2. 10. HAMPIR

520 73 5
                                    

Yeona akhirnya bisa benar-benar bernapas lega ketika berada di kafe depan kantor polisi. Aluanan musik jazz lembut membuatnya dapat bernapas teratur lagi. Terutama ketika ia akhirnya bisa menenggak air tanpa terburu-buru.

Tak berapa lama kemudian, makanannya dan milik Leo datang. Sesuai dengan permintaan Yeona, mereka makan siang di luar. Tak ada alasan kuat yang membuat Yeona yakin untuk menetap di Orange Clip meskipun Leo sudah menjamin keselamatannya.

Ia termenung. Beruntungnya Sungchan karena Jovè tidak sedang berada di Korea. Jika saja Jovè di sini, mungkin Sungchan sudah babak belur olehnya.

Omong-omong tentang Jovè, ia sangat merindukan pria itu. Saat ini masih tengah malam di Connecticut hingga ia tidak mungkin menghubunginya. Perbedaan waktu yang signifikan itu membuat komunikasi mereka benar-benar terbatas.

Ketika Yeona hampir melahap saladnya, ponselnya yang tergeletak di meja berdering. Ia buru-buru mengangkatnya ketika melihat nama Jeno di sana. "Jeno, lama tak bersua," sapanya seraya menyantap saladnya lagi, mengabaikan Leo yang menatapnya penuh rasa penasaran.

"Ya, tentu saja. Di Connecticut kau terlalu fokus dengan Jovè sampai-sampai tidak pernah mengabariku."

Yeona terkekeh. "Astaga, kau cemburu?" kelakarnya.

"Aku tidak seberani itu untuk mencemburui seorang Jovène. Bisa-bisa kepalaku dipenggal olehnya."

Yeona setuju akan hal itu. Rupanya bukan hanya dia yang berpikir jika Jovè begitu mengerikan jika menyangkut tentang kepemilikannya.

Ia menoleh ke arah kantor polisk di luar jendela. Pemandangan ini adalah pemandangan bersejarah yang selalu ia rindukan. Walaupun di dalamnya ada memori yang sangat buruk.

"Kau dimana, Jeno? Aku sedang makan di kafe depan kantor polisi bersama managerku. Kalau kau senggang bergabung lah dengan kami."

"Tidak, Yeona. Aku masih di Daegu. Ku dengar kau menjadi duta untuk Orange Clip."

Mendengar nama Orange Clip membuat bibir Yeona kembali turun. "Hm. Hari ini adalah seminar dan rapatnya dilaksanakan."

"Pasti akan sangat sibuk bagimu. Kau juga akan menghabiskan waktumu di Orange Clip, 'kan?"

"Yup."

"Yeona, ada yang ingin kusampaikan. Bisa tolong kau menjauh dari managermu? Usahakan tidak membuatnya curiga."

Yeona sedikit mengernyit, penasaran dengan apa yang hendak Jeno sampaikan. Ia melirik ke arah Leo yang sudah tak lagi peduli dengan perbincangannya. Manager barunya itu memang lebih pendiam dari Pak Hong. Dia lebih condong ke arah tindakan daripada perkataan.

Ia hirup napas panjang sebelum memasang topeng bohongnya. "Oh, baiklah, Jeno. Sampai nanti." Ia menyakukan ponselnya yang masih tersambung dengan Jeno. Ia segera bangkit seraya berkata, "Leo, aku ke kamar mandi sebentar."















***
















"Cari berkas pembelian tanah dan izin pembangunan Orange Clip. Apapun yang menurutmu mencurigakan, ambil saja."

Perintah Jeno membuat Yeona pusing tujuh keliling. Sekembalinya ke Orange Clip, ia harus mengendap masuk ke ruangan Sungchan, pria yang hampir memerkosanya siang tadi. Tolong garis bawahi itu.

Tapi, penjelasan Jeno mengenai keburukan Orange Clip serta sangkut pautnya dengan Jovè membuatnya rela melawan traumanya. Tidak, Jeno tidak memberitahu tentang perjodohan itu. Jeno hanya berkata bahwa ini untuk Jovè yang sedang terancam.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang