2. 4. JUNG JAERIN

719 104 4
                                    

Theo tiba di unit apartemen Jaerin setelah memasukkan kode pintu dengan mudahnya. Namun, suasana apartemen mewah itu sunyi, benar-benar sunyi seolah tidak ada orang.

"Jaerin, kau di rumah?"

Perasaan Theo mendadak buruk. Jika keluarga Jaerin tahu kepulangan Jovè, gadis itu pasti akan langsung dinikahkan. Apalagi usia mereka kini sudah tidak lagi muda dan pantas untuk menikah.

"Jaerin?" panggilnya lagi ketika ia tiba di dapur. Hanya ada meja yang berantakan oleh tepung dan adonan pasta yang ditinggalkan begitu saja. Okey, ia mulai panik sekarang.

Saat ia hendak berbalik untuk pergi mencari Jaerin, sebuah dekapan menghentikannya. Sepasang tangan kurus mengurung perutnya dari belakang. Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk tahu siapa pelakunya.

"Aku merindukanmu," gumam Jaerin, gadis berambut cokelat dengan tangan yang dipenuhi tepung di belakang Theo.

Theo mendesah lega. Menarik tangan Jaerin agar melepaskan dekapannya itu. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya pada gadis yang kembali memijat adonan pasta di atas meja.

Gadis dengan rambut terikat tinggi itu mengendikkan bahu. Membiarkan Theo mengamatinya dari tempatnya berdiri. "Belajar memasak. Aku sedang mencoba membuat pasta."

"Pantas saja kau terlihat seperti badut."

Gerakan menguleni Jaerin terhenti. Ia menatap lurus ke arah Theo yang sedikit aneh hari ini. Mulai dari saat pria itu melepaskan pelukannya saja ia sudah merasa curiga. Bahkan Theo lupa kebiasaannya yang memeluk Jaerin dari belakang saat ia tengah mengerjakan sesuatu.

Jaerin merasa hilang.

"Kau kemana saja? Bahkan pesanku pun tidak kau baca. Panggilanku tidak kau angkat. Kau sudah menemukan wanita lain?" todongnya tanpa basa-basi.

Theo balas menatap Jaerin tanpa berani menguras jarak di antara mereka. Ia hanya ingin serius untuk saat ini. Karena itu lah ia menahan diri untuk tidak bersentuhan dengan Jaerin.

"Jovè sudah kembali. Itu alasanku sempat mengabaikanmu."

Wajah yang berkerut itu sempat kacau mendengarkan kalimat Theo. "Ah, benarkah? Bagaimana kabarnya? Apa baik-baik saja? Kenapa tidak memberitahu Ayah dan Ibu kalau dia sudah pulang?" Tangannya kembali menekan-nekan adonan walaupun sejujurnya pikirannya mulai berkelana.

"Sengaja. Jovè juga tidak akan pernah mau mengatakannya pada kedua orang tuamu karena pasti mereka akan segera menyelenggarakan pertunangan." Napas Theo tercekat saat mengakhiri kalimatnya.

Kesalahan terbesar dalam hidupnya adalah berani mencintai wanita yang seharusnya tidak pernah ia cintai. Jung Jaerin adalah wanita yang dipilih untuk mendampingi Jovè seumur hidup. Setidaknya itu lah yang ditentukan oleh keluarga Frederick dan Jung.

Pria itu menggeram. Akhirnya mengalah dan memeluk Jaerin dari samping. "Aku tidak mau kehilanganmu," bisiknya tulus dengan rahang yang menguat.

Jaerin mendengus keras. Gadis berwajah tegas itu nampak berkali-kali lipat lebih mengerikan dibandingkan Theo yang sejak pagi tadi menahan emosinya. Dengan kasar, ia mengambil adonan itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Theo melepaskan dekapannya. Terheran dengan apa yang baru saja Jaerin lakukan. "Kenapa dibuang?"

"Tidak ada gunanya aku belajar memasak." Gadis itu beralih untuk mencuci tangannya. Dalam kepalanya terputar beribu cara untuk menghindari pernikahan yang tidak pernah ia inginkan itu. Ia mengipatkan tangannya yang basah seraya melirik ke arah Theo. "Bagaimana jika belajar melarikan diri?" usulnya seraya menyeringai.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang