2. 2. MELEPASKAN

705 109 12
                                    

Yeona tiba di Bandara Internasional Bradley pukul 9 malam waktu Connecticut. Perbedaan waktu yang kentara memang membuatnya cukup terkejut. Namun, rasa penasarannya untuk segera menemui Jovè melebihi segalanya.

Kang Tae bilang jika seseorang bernama Theo akan menjemputnya. Ia belum pernah melihat Theo secara langsung, namun melihat foto yang Kang Tae berikan meyakinkannya bahwa ia akan cepat mengenali pria itu di antara orang-orang di bandara.

Dari fotonya, Theo terlihat seperti orang Korea. Wajahnya rupawan dan lebih cocok disebut dengan pria komik dibandingkan orang asli. Rahangnya tegas dan kepribadiannya sepertinya cukup keras.

"Han Yeona?"

Yeona mengangkat wajahnya dari layar ponselnya. Seolah foto di layarnya itu berubah menjadi kenyataan. Ia segera menyimpan ponselnya di saku. Dia pasti Theo. "Ya, itu benar."

Theo mengulurkan tangan kurusnya. "Perkenalkan, nama saya Theodore Lee. Kau bisa memanggil saya Theo. Saya yang akan mengantarmu ke mansion Jovè," sapanya ramah seraya menjabat tangan lembut Yeona.

"Terima kasih."

Yeona membiarkan pria itu mengambil alih koper kecilnya. Mengantarnya ke sebuah mobil yang hitam mahal yang mengilap. Dari situ saja ia sadar bahwa keluarga Jovè bukan lah keluarga sembarangan.

"Is he okay? I mean Jovè."

"Not really. Something happened dan dia menolak untuk keluar dari kamar."

Theo menutup bagasi setelah menata koper Yeona di sana. Ia berbalik menghadap Yeona kemudian tersenyum pahit. "Dia menganggap kami penipu karena terus menyembunyikan identitas ayahnya. Tapi, di sini kami hanya melaksanakan permintaan Mr. Frederick saja. Well, aku paham apa yang dia rasakan. Aku dan Kang Tae bahkan sudah mengantisipasi jika Jovè akan mengamuk dan melukai kami. Alih-alih menumpahkan amarahnya pada kami, dia justru diam sepanjang hari. Itu yang membuat kami semakin takut."

Lantas pria itu mengarahkan Yeona untuk masuk ke mobil.

"Poor him," gumam Yeona setelah duduk di samping kemudi. Tatapannya redup. Pasti sangat berat bagi pria itu untuk menerima kematian ayahnya yang bahkan belum pernah ia temui selama hidupnya. Pasti itu tambah berat saat tahu bahwa selama ini ia sudah bertemu dengan ayahnya namun ia sama sekali tidak menyadarinya.

Theo segera melesatkan mobil mewah itu ke jalanan. Tak membuang waktunya untuk membawa Yeona pada Jovè yang masih mengurung diri di kamar seperti anak yang sedang merajuk.

"Mr. Frederick pernah menjadi managermu, 'kan? Apakah hubungan Jovè dengan ayahnya berjalan baik?" tanya Theo penasaran.

"Ya, sangat baik. Pak Hong— maksudku Pak Frederick tidak pernah seperhatian ini pada Jaemin atau timku lainnya. Tapi, dengan Jovè dia berbeda. Dia bahkan lebih mempercayakan diriku bersama dengan Jovè dibandingkan dengan yang lainnya."

Theo mendesah lega. Setidaknya dengan hubungan yang baik itu Jovè tidak terlalu dalam merasakan sesal.

"Mr. Frederick juga banyak menceritakan tentangmu. Kau sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri."

Yeona pun merasakan hal yang sama. Sepertinya memang pria bermarga Frederick itu memiliki sifat keayahan yang bahkan tidak ia dapatkan pada ayahnya sendiri. Hal itu membuatnya semakin merindukan sosok managernya itu.

Hampir 1 jam perjalanan mereka hingga akhirnya mobil itu tiba di sebuah mansion yang luas dan mewah. Bahkan Yeona sendiri yakin jika mansion itu lebih besar dari miliknya.

Mobil yang Theo kendarai berhenti di depan tangga. Pria itu lantas menghadap ke arah Yeona, menatapnya dalam-dalam.

"Yeona, aku minta tolong padamu untuk meyakinkan padanya bahwa ayahnya menyayanginya lebih dari siapa pun. Yakin kan dia bahwa Mr. Frederick tidak menginginkan anaknya menyesal hanya karena kematian yang mendahuluinya."

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang