EPILOGUE 2: AKHIR

1K 122 14
                                    

Kinda 🔞, jadi mohon kebijakannya ya.
Epilogue 2 cuman tambahan aja kok, ga ada informasi penting selain nananina, jadi bisa diskip🙂
Anak kecil tutup mata dulu, yuk.

Bukan berjalan-jalan ke pantai atau taman hiburan. Bukan pula makan di restoran mewah atau kafe populer. Waktu bersama di dalam mobil dipilih oleh Yeona dan Jovè untuk mengobati rasa rindu mereka.

Jovè memberhentikan mobil Yeona di sebuah kolong jembatan. Tempat yang seharusnya mencurigakan bagi Yeona. Namun, sampai detik ini ia hanya berusaha berpikir positif.

Ah, Jovè memang mengerti kondisi Yeona yang merupakan seorang public figure. Haha!

Yeona memekik keras ketika Jovè mengenggam tangannya. Ia mengerjap, menatap gugup ke arah Jovè yang terheran-heran oleh reaksinya. "Maaf, aku terlalu gugup," ujarnya jujur.

Mendengar itu, Jovè terkekeh. Ia mengusap lembut kepala Yeona. "Menggemaskan sekali," gumamnya kemudian mencubit pelan pipi merona gadis itu.

Setelah itu, tidak ada yang mereka bicarakan. Yeona dan Jovè bak kehilangan semua topik menarik untuk dibahas. Jika saat itu terjadi, maka hanya satu bahasa yang mereka gunakan untuk saling berkomunikasi.

Jovè memajukan tubuhnya untuk menjangkau Yeona. Bibir tebalnya terbuka kecil, siap untuk kembali menerkam bibir tipis yang begitu menggodanya.

Kedua mata Yeona tertutup, membiarkan sang pria mendominasi ciuman mereka. Ia membiarkan Jovè mulai membuka sabuk pengaman mereka berdua. Ia pun sangat pasrah ketika pria itu mulai mendorongnya hingga dirinya terpojokkan ke kursi. Atau ketika jemari Jovè mulai menggelitik leher jenjangnya.

Pria itu menjauhkan bibirnya untuk sementara. Menatap wajah sayu yang membuat sesuatu di dalam dirinya terbangun. Ia kembali mundur ke kursinya. Menyeringai kecil seraya menepuk pahanya.

Melihat itu, Yeona menelan ludahnya kasar. Ini adalah pertama kali baginya untuk melakukan hal-hal dewasa seperti ini. Dan sungguh, ia sangat malu. Ia pasti terlihat amatiran.

Perlahan, Yeona naik ke pangkuan Jovè. Ia hanya menunduk dalam tanpa berani balas menatap Jovè yang memandanginya penuh minat.

Jovè menarik tangan Yeona dan meletakkannya di dada kirinya. Gemuruh jantungnya yang cepat membuat gadis itu menaikkan alisnya. Ia terkekeh. "Kau tidak sendiri. Aku juga gugup."

Alis Yeona bertaut. Pria itu tak nampak seperti orang yang gugup. Justru pria itu berlagak seperti seorang profesional.

Kemudian Jovè mengarahkan jemari Yeona menuju ke kancing kemejanya. Ia mengangguk kecil, mempersilakan gadis itu untuk melakukan apapun padanya.

Saking putus asanya, Yeona hampir menangis. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar tidak berpengalaman. Namun, saat melihat anggukan Jovè yang terus meyakinkannya, ia memberanikan diri untuk melepaskan satu persatu kancing kemeja hitam sang pria.

Saat semua kancing terlepas, Jovè menariknya hingga terlepas. Badannya yang terbentuk langsung terekspos begitu saja. Jangan lupakan tato dan juga bekas-bekas luka di perutnya.

Yeona bersumpah, ia berniat untuk mengalihkan tatapannya. Namun, ia sama sekali tak bisa melepaskan pandangannya dari tato fase bulan di atas dada kiri Jovè. Begitu indah menurutnya, hingga tanpa sadar ia bergerak mengusapnya pelan.

"Akhir-akhir ini aku suka melihat tato di tubuh orang dan memutuskan untuk membuat tato. Aku pikir tato itu adalah perjanjian abadi. Sekali kau melukiskannya, maka itu akan terpatri seumur hidupmu. Kau suka?"

Yeona tersenyum tipis dan mengangguk. "Cantik."

"Aku yang memilihnya sendiri. Mau tahu apa artinya?" tanya Jovè, mengamati kedua mata bulat yang masih mengagumi tato di bawah selangkanya.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang