1 tahun kemudian
Jeno menyeruput kopi pertamanya di hari ini sebelum kemudian melemparkan tatapannya keluar jendela kafe. Dari situ, ia bisa melihat bangunan kantor polisi yang berada di ujung jalan. Kantor itu meninggalkan banyak kenangan untuknya, sayang sekali ia harus dipindahtugaskan ke kantor pusat.
Berbicara tentang kenangan, ada banyak hal yang membuatnya bisa berdiri tegak sebagai seorang Lee Jeno. Terkhusus kehadiran Jovène sebagai Jung Jaehyun di misi pembunuh koper biru.
Juga Han Yeona. Gadis itu membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu memperluas jaringan dengan orang-orang penting. Permintaan terakhir Jaehyun untuk menjaga Yeona memang membawa banyak keberuntungan baginya. Karena itu lah, bisa ia bilang Jaehyun adalah kartu emas untuknya.
Ingatan tentang hari di mana Jaehyun datang menghadapnya dan memberikan sebuah pistol untuknya tiba-tiba terlintas di kepalanya. Tepatnya setelah ia memberikan pisau kecil pada Jaehyun untuk berjaga-jaga.
"Aku juga tidak membutuhkan ini. Rasanya tidak akan layak untukku menyelesaikan kasus ini." Ia menyerahkan pistol itu pada Jaehyun yang hampir pergi untuk pergi ke rumah ayah Yeona.
Namun, saat itu Jaehyun menolak. Ia mendorong pistol itu kembali ke sisi Jeno kemudian kembali duduk.
"Mau kau pakai untuk membunuhku atau Jaemin, kami tidak akan pernah mati. Peluru ini tidak akan menembus dalam dan hanya akan memberi efek kejut sehingga orang yang tertembak akan pingsan."
Jeno masih merasa bimbang dengan keputusan yang akan diambilnya. Pistol berwarna hitam itu nampak nyata, namun ia bisa merasakan beban tak kasat mata yang dipikul saat memegangnya.
"Jika kau menyerah untuk menangani kasus ini, setidaknya bantu aku untuk menghilang."
"Huh?" Jeno menatap lurus ke arah Jaehyun yang berbicara aneh.
Jaehyun tersenyum tipis. Ia mengusap punggung tangannya dan berujar, "Kau harus ingat, aku tetap lah seorang Anonim. Setelah semuanya selesai, aku harus menanggalkan identitas Jung Jaehyun dan pergi sebagai orang asing."
Rahang Jeno menguat. Ia meletakkan pistol itu ke meja kemudian mengalihkan pandangannya. Ini masih terasa tidak mungkin baginya. "Aku tidak bisa."
"Apa yang kau lakukan itu sebagai usaha perlindungan diri. Tidak akan ada hukum yang memberatkanmu." Jaehyun merosot dari kursi dan berlutut di depan Jeno. "Aku minta tolong padamu, Lee Jeno. Balaskan rasa sesalmu karena tidak bisa melindungi kakak dan ibumu dengan melindungi Yeona. Juga untul melindungi korban-korban selanjutnya."
Jeno buru-buru menarik Jaehyun agar tidak lagi berlutut padanya. Bagaimana bisa seseorang yang berdedikasi tinggi akan kasus ini mengemis pada seorang pengkhianat sepertinya?
Pria berlesung pipi itu kembali duduk di kursi. Ia menarik tangan Jeno dan memaksa pundak Jeno agar kembali tegap. Dengan cukup keras, ia menepuk pundak itu dengan senyuman penuh arti.
"Tegakkan badanmu dan angkat dagumu. Seorang detektif ada bukan untuk menyerah. Aku percaya padamu, Lee Jeno. Angkat senjatamu dan datang ke pabrik kosong tempat kita menemukan Yeona dan Jaemin di sana. Bawa pasukan polisi untuk mengepung gedung pabrik karena ayah Yeona mungkin ada di sekitar situ untuk membantu eksekusi Yeona."
Sejuta pertanyaan hadir di benak Jeno. Kenapa pula seorang Anonim masih terlihat percaya pada detektif rendahan sepertinya saat ia bisa melakukan apapun, termasuk membunuh Lee Hyunwoo saat ini juga.
"Kau Anonim. Kau bisa melakukan itu sendiri."
Dan Jaehyun menggeleng. "Sudah tugas kalian sebagai polisi dan detektif untuk menangkap penjahat. Aku hanya membantu saja." Ia kemudian menarik tubuh Jeno untuk ia dekap. "Aku akan segera pergi. Kau tahu, 'kan, seberapa besar rasa percayaku padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] 🔞🔞🔞 Terdapat banyak kekerasan, pembunuhan, dan adegan seksual di dalamnya. Di mohon untuk bijak memilih bacaan sesuai umur dan kondisi mental. Anonymity atau anonimitas adalah keadaan tanpa nama, dimana kondisi ini dimanf...