Jeno mengetuk-ketukkan ujung penanya di atas meja dengan mata yang fokus pada tulisan di buku kecilnya. Terkadang ia bingung kasus mana yang harus ia prioritaskan, apakah kasus Yeona atau pembunuh koper biru. Pasalnya, sampai saat ini pun Yuta sama sekali tidak berani untuk mengambil keputusan yang berbeda dari hasil penyelidikan sebelumnya. Semua buktinya sama dan hanya akan menciptakan tanda tanya baru di benak masyarakat nantinya.
"Biar aku yang tangani kasus Yeona." Haechan menarik kursi ke hadapan Jeno. Di tangannya terdapat apel yang sudah beberapa kali ia gigit.
Mendengarnya, Jeno mengangkat alisnya kebingungan. Ia terkekeh kemudian mengibaskan tangannya.
"Tidak perlu. Semua data-data Yeona sudah ada di tanganku. Akan lebih sulit jika berpindah tangan."
"Kalau begitu berikan padaku. Ya?"
Jeno menatap tangan Haechan yang tiba-tiba mengenggam tangannya. Juga jangan lupakan tatapan memelasnya yang terkadang membuatnya berpikir jika pria di hadapannya itu lebih cocok berteman dengan anak usia 5 tahun.
"Tidak akan semudah itu pastinya," jawabnya singkat seraya melepaskan genggaman di tangannya.
"Aku akan membantumu. Kita berdua yang tangani. Please."
Jeno memutar kursinya agar menghadap langsung ke arah Haechan. Kepalanya meneleng, menatap pria yang kini tengah menangkupkan kedua tangannya di depan wajah. "Kenapa kau bersikeras memegang kasus Yeona?"
Haechan berdecak. "Oh, ayolah. Siapa yang tidak mau setiap hari melihat wanita secantik Yeona?"
Sudah Jeno duga. Menurutnya, tidak akan pernah mungkin seorang Lee Haechan mau dengan sukarela membantu orang. Sebagai orang yang pamrih tentu saja.
Pandangan Jeno teralihkan ke arah ponselnya di atas meja yang tiba-tiba bergetar menunjukkan pesan masuk. Sejenak, ia abaikan desakan Haechan yang membuatnya sedikit risih siang ini.
Well, seharusnya hari Minggunya diisi dengan pesta perayaan ulang tahunnya. Bukan mengurusi pekerjaan yang membuat otaknya mendidih seperti ini.
Alinya mengerut membaca pesan di ponselnya. "Tidak mungkin."
"Kenapa?" tanya Haechan penasaran. Ia menarik kursinya lebih mendekat pada Jeno dan ikut membaca isi pesan di ponsel milik Jeno.
Jeno membiarkan Haechan mengambil alih ponselnya dan membaca pesan dari Polisi Kang. "CCTV-nya tidak bisa diperbaiki. Rekaman CCTV yang tidak bisa dibuka kemarin oleh Polisi Kang sempat diperbaiki. Namun, sepertinya memang ada seseorang yang merusak sistem penyimpanannya."
Pupus sudah harapannya selama ini. Ia pikir ia bisa dengan cepat menyelesaikan masalah teror yang menimpa Yeona kemudian fokus pada pembunuh koper biru. Namun, seolah kini semua kasus yang ia tangani datang untuk mengejeknya.
"Oh, astaga itu sangat buruk. Aku akan membantumu."
Tak ada alasan lagi bagi Jeno untuk tidak mengiyakan tawaran Haechan. Lagipula bantuan Haechan mungkin akan menyelesaikan masalah dengan cepat.
"Lee Haechan," panggil Yuta. Pria jangkung itu memasuki ruangan rapat dengan diikuti oleh Haesoo. Dari sorot cerah wajah sepasang kekasih itu, sudah dapat dipastikan ada hal yang terjadi semalam yang membuat mereka sesemangat ini.
"Hyung?"
"Temani aku sore ini."
Haechan menghela napas, membuat wajahnya semenyesal mungkin ketika menatap Yuta. "Ah, sayang sekali. Akan ada turnamen game nanti."
Yuta hanya mengangguk kecil, tidak seperti biasanya. Ia kemudian beralih menatap wajah Jeno yang sangat kusut itu. "Kalau begitu Jeno saja. Temani aku bertemu dengan Jaehyun, ya?" pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] 🔞🔞🔞 Terdapat banyak kekerasan, pembunuhan, dan adegan seksual di dalamnya. Di mohon untuk bijak memilih bacaan sesuai umur dan kondisi mental. Anonymity atau anonimitas adalah keadaan tanpa nama, dimana kondisi ini dimanf...