16. BUKTI BARU

725 126 31
                                    

"Kita kehilangan barang bukti rekaman pelaku teror." Haesoo merebahkan kepalanya di atas meja sementara Yuta mengusap rambutnya pelan.

Suasana kantor polisi pagi ini sedikit berantakan karena Jeno yang terus menerus mendewakan ponselnya. Ini cukup merepotkan karena data di dalam ponselnya hanya akan tercadangkan otomatis di penyimpanan awan setelah melewati 24 jam.

Alhasil, Haechan yang pandai mengenai teknologi itu selalu Jeno tarik ke mana pun demi keselamatan rekaman itu.

"Aku mungkin bisa menghibur kalian dengan bukti yang ku bawa."

Suara riang Mark membuat Haesoo dan Yuta menoleh cepat ke arah pintu. Mark tersenyum sumringah dengan kotak kecil berisi kuku dan sarung tangan lateks itu.

Dokter ahli forensik itu menarik sebuah kursi dan mendekat ke arah Yuta. Ia meletakkan kotak itu ke depan Yuta dan Haesoo, membiarkan dua detektif itu membukanya. Sementara dirinya kemudian mengulurkan kuku tangan kanannya yang sudah ia potong bergerigi.

"Pembunuh koper biru itu memiliki kuku yang tajam seperti ini," jelasnya seraya menggerakkan jemarinya ringan.

Buru-buru, Haesoo menyingkirkan tangan Mark dari hadapannya. "Mark! Untuk apa kau memotong kukumu seperti itu? Menjijikkan."

Melihat itu, Mark hanya terkekeh. Ia tahu jika hal itu akan terjadi. "Lihat dan cermati."

Yuta yang semula mengamati isi kotak itu mengalihkan tatapannya pada Mark yang mulai mengenakan sarung tangan lateks miliknya. Keningnya berkerut saat melihat mark mencengkeram lengannya sendiri dengan sarung tangan lateks itu.

Luka baru tercipta di lengan Mark. Sangat mirip dengan foto yang ia kirimkan pada Yuta tadi.

Luka itu membuat Haesoo melongo. Dengan cepat menyahut laptop milik Jeno di sampingnya dan membuka laporan forensik korban-korban pembunuh koper biru. "Itu mirip dengan luka di leher korban," gumamnya dengan mata yang berkilat kagum.

"Exactly."

Yuta membandingkan sarung tangan milik Mark dengan sarung tangan di dalam kotak. "Jadi, kemungkinan pembunuh koper biru memiliki kuku yang rusak atau sengaja dirusak."

Jemari Mark menunjuk ke arah layar laptop kemudian membandingkannya dengan luka miliknya. "Letak titiknya tidak lah rapi. Kemungkinan kukunya rusak bukan karena disengaja sepertiku. Ada indikasi bahwa orang itu pekerja berat atau memiliki kebiasaan yang merusak kukunya."

Yuta dan Haesoo terdiam. Mencermati bukti baru yang Mark bawa untuk mereka. Jika seperti itu, maka mudah bagi mereka untuk melacak orang dengan kuku yang rusak.

Yuta mengirimkan pesan langsung pada Jeno dan Haechan. Berharap jika mereka membawa indikator ini saat pergi untuk penyelidikan.

Setelah ia mengirim pesan itu, ia bisa melihat pesan masuk dari Jaehyun. Ia mengernyit membaca pesan singkat itu. "Ada yang mengenal Lee Hyunwoo?"

"Siapa dia?"

"Entah lah. Jaehyun mengirimiku pesan, menanyakan siapa Lee Hyunwoo. Dia diberi kertas oleh Pak Hong sebelum meninggal dan kertas itu bertuliskan Lee Hyunwoo."

Mark yang sama sekali tidak mengetahui permasalahan Yeona hanya menggaruk kepalanya. "Oh, astaga siapa lagi mereka?"

"Jaehyun adalah supir Yeona dan Pak Hong adalah manager Yeona. Ini tentang teror yang dialami oleh Yeona." Haesoo menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel Yuta.

"Bukan kah itu kasus yang ditangani oleh Jeno? Kenapa kalian jadi ikut campur?"

Haesoo menggebrak meja dengan cukup keras. Ia buru-buru mengambil kalender di meja Jeno. Ia bergumam kecil, "Aku tahu siapa Lee Hyunwoo. Tapi, Lee Hyunwoo yang aku tahu itu sudah mati."

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang