15. KUKU

779 132 12
                                    

Tidak ada yang berubah dari kebiasaan seorang Mark Lee. Datang sesuai jadwal dan tidak pernah terlambat. Terutama ketika ia mulai terjun untuk membantu identifikasi korban pembunuh koper biru. Ia harus mau untuk merelakan waktu paginya demi pertemuan-pertemuan dengan detektif atau pun dokter senior.

"Dokter Lee!"

Mark menoleh saat melewati pusat informasi. Di sana, seorang gadis berambut sepundak tergopoh-gopoh mendekatinya dengan kotak kecil di tangannya. "Oh, ada apa, Mina?" tanyanya seraya menyimpan kunci mobilnya di balik saku celananya.

Mina, gadis manis itu menyodorkan kotak seukuran telapak tangan berwarna cokelat ke arah Mark. Di atasnya ia bisa lihat terdapat nama Mark Lee. "Kemarin ada yang menitipkan ini ke pihak keamanan, tapi kau sedang tidak ada. Kemudian pihak keamanan menitipkannya padaku."

Dengan ragu, Mark menerimanya. Ia membolak-balikkan kotak itu, berharap menemukan petunjuk siapa yang mengirimkan itu untuknya. Namun, ia sama sekali tidak menemukan apapun selain namanya yang tertulis cukup besar di salah satu sisi kotak.

"Dari siapa?" tanyanya seraya menatap Mina.

"Entah. Pihak keamanan juga tidak tahu."

"Kalau begitu, terima kasih, Mina."

Senyuman manis itu terpatri di wajah Mina. Gadis itu mengangguk kecil, mempersilakan pria itu pergi menuju ruangannya. "Iya, sama-sama."

Baru beberapa langkah berjalan, Mark berhenti. Ia menoleh kembali ke arah Mina, gadis yang ia ketahui menyimpan perasaan untuknya.

"Omong-omong, kau ada acara malam ini?"

Alis Mina terangkat. Terlihat cukup terkejut dan gugup mendapatkan pertanyaan itu. "Tidak. Ada apa, Dok?"

"Temani aku makan, ya? Tapi, tunggu aku selesai rapat pukul 6 nanti. Tak apa, 'kan?"

Gadis itu terlihat semakin sumringah saat mendengarkan tawaran itu. Tanpa menunggu pertanyaan lanjutan, ia mengangguk cepat.

Mark tersenyum kecil, melambaikan tangannya sejenak sebelum melangkah cepat menuju ruangannya. Mungkin sudah saatnya untuk mencari pasangan. Lagipula usianya sudah tidak bisa dianggap muda lagi. Mina juga terlihat seperti gadis yang baik-baik.

Ia segera mendudukkan dirinya di kursi putarnya. Meletakkan kotak paket misterius di meja dan menatapnya serius. Ia kemudian membukanya dengan cutter yang ia simpan di laci meja.

Betapa terkejutnya ia mendapati apa yang ada di dalam kotak itu. Bukan, benda di dalamnya bukan lah benda yang penting. Benda itu kelewat tidak penting sehingga membuatnya bertanya-tanya apa maksudnya itu.

Di dalam kotak itu terdapat sepasang sarung tangan lateks dan potongan kuku yang dipotong sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti gigi. Untuk menghindari sesuatu yang tak diinginkan, ia mengambil sarung tangan miliknya dan mengeluarkan benda itu dengan pinset.

Diangkatnya potongan kuku itu. Tidak ada yang mencurigakan selain bentuknya yang aneh. Ia kembali meletakkan kuku itu di atas kotak kemudian beralih pada sarung tangan lateks berwarna hitam.

Sungguh, jika ia tidak teliti saat itu, ia tidak akan menemukan sebuah lubang kecil di setiap ujung jari sarung tangan. Lubang itu terlihat seperti bekas robekan.

Kedua matanya beralih pada potongan kuku di atas kotak. Bentuknya yang runcing itu memungkinkan untuk siapapun pemiliknya dapat merobek sarung tangan lateks saat memakainya.

Tiba-tiba, Mark merasakan tengkuknya merinding. Ia teringat tanda titik di setiap leher korban pembunuh koper biru. "Mungkin kah?"

Buru-buru, Mark menggunting kukunya, membentuk kukunya jemari tangan kanannya itu menjadi bergerigi. Setelahnya, ia memakai sarung tangan lateks miliknya. Menariknya ke bawah hingga sarung tangan lateks itu robek akibat kuku runcingnya.

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang