Yeona menatap kontrak di tangannya dengan tangan gemetar. Di dalam kontrak itu tertulis bahwa ia hanya lah milik Orange Clip dan Sungchan selama waktu yang tidak ditentukan. Pada intinya, kontrak itu mengikat Yeona, bukan hanya sebagai budak Orange Clip, tapi juga budak Sungchan.
Ini gila! Ia bahkan tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan perusahaan sekotor Orange Clip. Ia bahkan tidak bisa berkutik atau pun memprotes karena Sungchan sudah membawa kartu as miliknya.
Ia akan dituntut atas kekerasan yang diperbuatnya dan dapat dipastikan kariernya hancur jika ia menolak kontrak itu.
Jovè, ia teringat akan pria itu. Prianya yang kini tidak tahu apa-apa atas permintaannya untuk berpisah. Yang pasti kini ia tidak mungkin merelakan Jovè hidup menderita karena ia menginginkan untuk bertahan.
Meskipun ia juga tidak pernah rela Jovè berakhir menikah dengan gadis lain.
"Ayo, Sayang. Tanda tangani lah. Itu tidak sulit bukan?" Sungchan mengusap leher Yeona secara sensual. Jika saja ia tidak tengah berbaring, ia sudah pasti akan memenuhi leher jenjang itu dengan tanda kepemilikannya.
Atau menyetubuhinya detik ini juga.
"Itu memang tidak sulit, Mr. Jung."
Pintu kamar itu terbuka lebar, mempersilakan dua orang pria yang diikuti oleh beberapa polisi di belakangnya masuk ke sana. Dia adalah Jeno dan Haechan.
Yeona membulatkan matanya melihat bantuan yang datang dengan begitu tepat waktu. Ia hampir menangis haru ketika Jeno dan Haechan tersenyum ke arahnya dengan kompak.
Namun, yang hampir membuatnya tak habis pikir adalah keputusan Jeno dan Haechan untuk menangkap Sungchan yang begitu mendadak. Setelah ia membuat Sungchan pingsan waktu itu, ia sempat menggeledah lagi dokumen-dokumen tanah yang Sungchan simpan. Sungguh, ia pikir surat itu sangat tidak lengkap untuk bisa menjatuhkan Orange Clip.
"Who the fuck are you? Penjaga!" teriak Sungchan tidak terima.
"Perkenalkan, saya Detektif Lee Jeno. Dan ini Haechan, ini Polisi—"
"Apa maumu? Jangan usik aku. Kau tidak lihat, ini rumah sakit. Aku butuh istirahat," putus Sungchan. Ia berusaha menekan tombol pemanggil dokter di sampingnya.
Jeno terkekeh melihat Sungchan. Tentu polisi sudah meminta dokter atau perawat untuk tidak memenuhi panggilan Sungchan sementara ini. Juga penjaga yang sudah diamankan oleh polisi yang berjaga di luar.
"Oh, ya. Benar. Ini rumah sakit, aku tidak buta. Tapi, izinkan aku menyita waktu istirahatmu untuk melakukan tugasku. Untuk menangkapmu."
"Hah? Atas dasar apa kalian menangkapku, huh?"
Jeno melirik ke arah Haechan yang dengan sigap membuka map yang ada di tangannya.
"Biar aku lihat dulu. Hmm, surat pemindahtanganan tanah palsu, surat ancaman yang ditandatangani oleh pemilik tanah Blok G dan H, dan sertifikat tanah," ujar Haechan kemudian menutup berkas-berkas tersebut.
Hal itu mengundang gelegar tawa Sungchan yang membuat Yeona sedikit bergidik ngeri. Apakah bukti yang ia kumpulkan itu kurang hingga membuat pria itu sangat tenang? Oh, mati lah ia.
Pria bermarga Jung itu menyeka air mata yang ia produksi karena tertawa terlalu keras. Ia menatap remeh dua detektif di hadapannya. "Apa? Kau salah, Tuan. Aku bahkan tidak memiliki sertifikat tanah—"
"Exactly. Kau tidak mempunyai sertifikat tanah karena kau mencurinya." Jeno menyahut dengan cepat. Pancingan Haechan tepat sasaran dan membuat Sungchan secara sukarela mengakui bahwa ia tidak memiliki sertifikat tanah pada lahan yang akan ia bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] 🔞🔞🔞 Terdapat banyak kekerasan, pembunuhan, dan adegan seksual di dalamnya. Di mohon untuk bijak memilih bacaan sesuai umur dan kondisi mental. Anonymity atau anonimitas adalah keadaan tanpa nama, dimana kondisi ini dimanf...