8. LOVE-HATE

1.4K 152 14
                                    

Jaehyun menatap pintu periksa, tempat Yeona berada untuk diperiksa oleh psikiater. Berbeda dengannya yang nampak tidak terlalu tenang, Jaemin justru begitu santai duduk di ruang tunggu dengan mata yang aktif menelusuri koran.

Pria berlesung pipi itu menggigit bibir bawahnya, beralih menatap Jaemin yang nampaknya sudah terbiasa menunggu Yeona periksa. "Sudah lama dia bersinggungan dengan dunia psikologi?" tanyanya penasaran.

"Hm. Semenjak teror itu datang. Dan berhenti lah berlalu lalang seperti orang bodoh, dia tidak sedang operasi besar." Jaemin melirik Jaehyun dengan tatapan yang sangat tajam. Tidak lama karena berikutnya ia kembali fokus dengan koran di tangannya.

Tanpa diminta dua kali, Jaehyun mendudukkan dirinya di samping Jaemin. Ia hanya penasaran dengan apa yang Yeona rasakan dan keluhkan selama ini. Apa itu salah?

"Jaemin."

"Ck! Apa lagi?" sahut Jaemin kemudian membalik halaman koran dengan kasar. Sangat terlihat bahwa ia terganggu dengan perbincangan ringan mereka.

Mendapatkan reaksi kasar itu membuat Jaehyun mengerutkan keningnya. Siapa juga yang senang diperlakukan dingin seperti itu? Ia memosisikan dirinya menghadap Jaemin. "Apa selama ini kau mencurigaiku sebagai orang yang meneror Yeona? Karena itu kau bersikap seperti ini?"

Jaemin menutup korannya. Balas menatap Jaehyun tak kalah tajamnya. "Kau pikir begitu?"

"Sepertinya begitu. Kau terlihat membenciku," jawab Jaehyun ringan. Seolah perbincangan mereka tidak seberat kenyataannya.

Pria berambut cokelat tua itu mendengus kasar seraya memutar bola matanya jengah. "Aku benci semua orang jika kau ingin tahu." Ia kembai menyibukkan matanya untuk membaca berita pada koran di tangannya.

"Yeona juga?"

"Jika tidak ada sesuatu hal yang penting lagi untuk dibicarakan, diam lah. Berisik sekali."

Ingatkan Jaemin untuk menahan emosinya dan tidak menebas leher Jaehyun saat ini. Pria yang lebih tua 3 tahun darinya itu bahkan terlihat seperti anak kecil usia 8 tahun yang penasaran dengan segala hal. Dan ia kesal dibuatnya.

Jaehyun menutup kedua matanya erat. Di antara dirinya dan Jaemin seperti ada dinding pembatas yang begitu sulit ditembus. Jika seperti ini terus, ia kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang Yeona dan segala aktivitasnya.

"Bisa bantu aku? Yeona dalam bahaya."

"Aku tahu. Itu memang tugasku sebagai seorang pengawal. Kenapa kau jadi ikut campur?"

"Ada hal lain yang lebih membahayakan untuk Yeona. Dia bisa mati."

Gerakan bola mata Jaemin berhenti seketika. Kelopak matanya juga ikut membola mendengar kalimat terakhir yang baru saja Jaehyun katakan. Bahkan napasnya sempat terhenti sesaat mendengarnya.

Perlahan, ia menurunkan korannya. Menatap Jaehyun dengan bola mata yang bergetar. "Apa?"

Jaehyun meringis pahit. Ia tidak tahu apa hubungan Jaemin dengan Yeona di balik layar, yang pasti Jaemin akan selalu sigap jika itu berhubungan dengan Han Yeona. "Karena itu, percaya lah padaku. Kita selamatkan Yeona, okay?"

Tanpa pernah Jaehyun sangka, Jaemin melemparkan korannya ke sembarang arah kemudian mencengkeram kerah Jaehyun. Rahangnya menguat. "Siapa kau sebenarnya?" cicitnya dengan jarak di antara mereka yang begitu kecil.

Gelengan tercipta sebagai jawaban pertanyaan Jaemin. "Itu tidak penting," kata Jaehyun seraya berusaha melepaskan cengkeraman Jaemin dari kerah kemejanya.

Namun, cengkeraman itu kian kuat. Jaemin mengguncang tubuh Jaehyun cukup kasar. "Itu penting! Hidup dan mati Yeona ada di tanganku."

Akhirnya Jaehyun menyentak kuat tangan Jaemin agar dapat terlepas dari kerahnya. Kelakuan Jaemin membuatnya hampir tidak bisa mengontrol emosinya. Usai menghela napas berulang-ulang, ia menjawab, "Bisa dibilang aku bekerja sama dengan polisi. Aku memiliki tugas untuk memata-matai bahaya yang mengintai Yeona."

ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang