Kedatangan Theo membuat Jovè maupun Jaerin sedikit lega. Pria itu cukup lama tiba karena terlebih dahulu mengambil bukti-bukti yang terkumpul oleh detektif sewaannya. Harapan terbesarnya adalah bahwa bukti-bukti itu bisa menjatuhkan Jung Taewon.
Jovè memakai kaos serta celana yang Theo bawakan, begitu pula Jaerin yang kini berada di kamar mandi untuk mengenakan pakaian yang lebih pantas.
"Kita sudah punya banyak bukti. Semua itu bisa menjatuhkan bisnis Jung dalam sekejap. Tapi—" Theo menggantungkan kalimatnya, kepalanya mendongak menatap Jovè yang berdiri tak jauh di depannya. Tangannya bergerak merapikan kertas-kertas di atas ranjang seraya melanjutkan, "Kau tidak apa?"
"What do you mean? I think the question is for Jaerin."
"No. It's for you, look!" Theo menyerahkan kertas ke arah Jovè yang langsung disahut oleh pria berlesung pipi itu.
Di kertas itu tertulis sebuah pernyataan bahwa seluruh harta milik Brandon Frederick yang tercatat akan jatuh pada Jovène Frederick jika Brandon telah wafat. Dan yang paling menarik perhatiannya adalah nama Pheonix Group berada di urutan pertama daftar harta milik Brandon Frederick. Ia mengernyit, berusaha mencari kebenaran dari surar warisan itu.
"Pheonix Group adalah milik Brandon Frederick dan Jung Taewon hanya lah orang yang ditugaskan untuk menggerakannya. I mean, setelah Mr. Frederick meninggal, maka Pheonix seratus persen jatuh ke tanganmu dan Jung Taewon tidak mau itu terjadi. Maka ia merencanakan untuk menjodohkan kalian berdua agar nantinya dia masih bisa mendapat bagian di Pheonix."
Suasana di dalam kamar semakin tegang. Tak jauh berbeda dengan Jaerin yang baru saja keluar dari kamar mandi dan harus mendengar kenyataan baru yang cukup mengejutkan itu. Well, tidak terlalu mengejutkan baginya mengingat bagaimana Brandon Frederick selalu terdengar bergelimang harta berdasarkan yang ayahnya ceritakan padanya. Dengan langkah pelan, ia mendekati Theo yang masih duduk di atas ranjang dengan tatapan yang tertuju pada Jovè.
"Permasalahannya di sini adalah pada dirimu, Jovè. Kau menginginkan Pheonix jatuh, bukan begitu? Tapi, apakah kau relakan warisan ayahmu ikut lenyap begitu saja karena kau umbar kebusukan di dalamnya?" Theo bertanya, berusaha untuk meyakinkan keputusan Jovè nantinya.
Baginya, tidak begitu masalah apakah Pheonix Group akan bangkrut atau tetap bertahan. Yang pasti ia tahu jika obsesi Jovè kini adalah untuk menghancurkan Jung Taewon. Itu berarti pula bahwa Pheonix Group akan menjadi domino berikutnya yang akan hancur.
Ia menoleh ke arah Jaerin yang berdiri di sisinya. Gadis itu juga menginginkan kehancuran ayahnya sendiri. Dan jika Jovè tidak menghancurkan Jung Taewon, maka gadis itu sudah pasti akan menikah bukan dengannya. Ia mendengus kecil sebelum menatap Jovè sekali lagi.
"Kau jelas dijebak, Jovè. Pada akhirnya kau tetap harus menikahi Jaerin agar warisan itu jatuh di tangan yang tepat."
Jovè menoleh ke arah balkon, menatap langit yang cukup cerah di luar sana dengan tatapan menerawang. Biar ia ingat lagi bagaimana sosok Pak Hong selama ini.
"Selama aku mengenal ayahku sebagai Pak Hong, aku tahu ia bukan orang yang bodoh. Aku yakin dia tahu apa yang terjadi di Pheonix. Ayah tidak akan membiarkan miliknya dicemari oleh tangan kotor Jung Taewon. Tapi, kenapa dia diam saja jika tahu sahabatnya sendiri bertindak kotor di perusahaannya?"
Pintu kamar hotel itu terbuka dari luar dengan mudahnya. Hampir saja Theo mengangkat kakinya untuk menyerang siapapun yang mengusik perbincangan rahasia mereka sebelum menyadari bahwa itu hanya Kang Tae.
"Jung Taewon berharga di mata Mr. Frederick."
"Apa maksudmu?" Jovè melipat tangannya di depan dadanya, menatap Kang Tae yang tengah memerhatikan kamera tersembunyi yang ia hancurkan tadi di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMITY - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] 🔞🔞🔞 Terdapat banyak kekerasan, pembunuhan, dan adegan seksual di dalamnya. Di mohon untuk bijak memilih bacaan sesuai umur dan kondisi mental. Anonymity atau anonimitas adalah keadaan tanpa nama, dimana kondisi ini dimanf...