🌳 [ 37 | FOR YOUR SAKE ]

173 23 0
                                    

Karena mulutnya terikat oleh kain, Jiwan jadi tak bisa bicara. Dan Jiwan benci akan hal itu, Ia benci senyuman pria itu. Tangannya bergerak-gerak ingin melepaskan diri namun berujung sia-sia, tenaganya terkuras karena hal yang tidak berguna.

"Sialan!" Jiwan mengumpat dalam hati.

Matanya terus menatap Zeo dengan tajam. Namun pria tak berhati itu sama sekali tidak goyah, yah untuk apa goyah dengan tatapan gadis kecil seperti Jiwan? Menggelikan.

"Kau tahu? Aku selama ini selalu mengingatmu." Zeo tersenyum angkuh.

Pria itu jongkok di depan Jiwan, menumpukan lengan kanan dengan lutut kanannya pula. Sedangkan tangan kirinya menyentuh kepala Jiwan tapi ditepis oleh gadis itu.

Zeo tertawa. Tawa itu terlihat normal bagi orang lain tapi di mata Jiwan terlihat menyebalkan. Sangat menyebalkan. "Hahaha! Santai saja... Aku tidak akan melukaimu" Zeo menepuk-nepuk ujung kepala Jiwan lagi.

"Sepertinya Kau ingin mengucapkan sesuatu padaku." Zeo melepas ikatan kain di mulut Jiwan lalu membuang kain hitam itu sembarangan.

Akhirnya Jiwan bisa bernafas bebas."Hah.." akibat kekurangan oksigen karena tak bisa menghirup udara dengan baik, dadanya jadi bergerak naik turun. "Sialan! Kau!?" umpatnya kemudian, meluapkan semua emosinya.

"Oh? Sekarang Kau bisa mengumpat heh??" Zeo memasang mimik terkejut. Lalu tertawa lagi, kali ini tawa nya benar-benar lepas. Tawa yang tak terdengar kejam sama sekali.

"Kau masih saja menjadi gadis yang manis sampai sekarang."

"Kenapa Kau membawaku kesini? Kau hanya bermusuhan dengan Papa ku, lalu kenapa Aku terseret seperti ini?"

Ekspresi Zeo langsung berubah menjadi datar seperti semula, sebelum menyadari bahwa Jiwan telah sadar dari siuman.

"Hanya Kau yang bisa membantu Kami."

Jiwan terkekeh pelan. "Membantu Kalian? Yang benar saja. Untuk apa Aku membantu penghianat sepertimu?"

Zeo berdiri. Kembali memasukkan kedua tangan dalam saku. "Kau tidak perlu melakukan apapun. Cukup duduk manis di sini dan tunggu apakah Papa kesayanganmu itu muncul atau tidak." kemudian pria itu pergi meninggalkan Jiwan yang tengah diliputi emosi di sana sendirian.

"Dasar bajingan!"

"Dasar penghianat!"

"Kau menghianati Papa hanya demi kekayaan!"

"Aku benci kau Kim Jye oh!!"

"AKU MEMBENCIMU KAU DENGAR?!"

Langkah Zeo berhenti. Tanpa berbalik ia berucap, "Gadis kecil sepertimu tidak akan mengerti." Tanpa Zeo sadari, di belakangnya gadis itu berusaha mati-matian agar tak terisak. Kedua bahunya bergetar hebat karena menahan tangis. "Kau.... Apa.... Kau yang membunuh Mamaku?"

Ada jeda sejenak sebelum pria itu kembali bersuara. "Ah, Soojin? Park Soojin, ya?" Zeo masih membelakangi tak mau menghadap Jiwan.

"Sudah bertahun-tahun lamanya Aku tidak melihat wanita itu, tapi wajahnya sama sekali tak berubah. Kau tahu kan, Soojin itu wanita yang cantik. Bahkan-"

"APA KAU MEMBUNUH MAMAKU?!!"

"JAWAB KAU PENGHIANAT!!!"

Nafas Jiwan memburu hebat, air matanya mengalir membasahi pipi mulusnya itu. Kedua mata yang lentik milik Jiwan juga hidung mancungnya sudah memerah karena menangis, Jiwan tidak bisa lagi menahan isaknya untuk tidak terdengar lebih jelas.

Hatinya terlanjur sakit. Rasanya menyesakkan ketika orang yang selama ini membuatmu bahagia tiba-tiba berubah seperti monster dan menghianatimu. Jiwan yang saat itu masih berumur sepuluh tahun tidak tahu menahu kenapa orang yang sudah Ia anggap seperti Pamannya sendiri itu pergi meninggalkannya.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang