"Melamun lagi, hyung?" Xiaole keheranan karena melihat Minjae melamun entah sudah berapa kali.
Jisol yang awalnya fokus pada game di ponsel Xiaole jadi ikut menoleh. "Perasaan akhir-akhir ini Minjae hyung udah sehat deh. Kenapa melamun lagi??" Jisol dan Xiaole saling pandang, sama-sama tak mengerti hyung mereka yang satu ini. Labil, seperti seorang gadis baru puber saja.
"Kali ini beda, Jisol-a." Minjae tertawa kecil sambil mencubit kedua pipi sang maknae dengan gemas.
"Sakit hyung!" Jisol mengelus-elus kedua pipinya sambil cemberut. Kemudian fokus lagi dengan game nya, tak memedulikan topik pembicaraan yang sempat membuatnya heran tadi.
"Bedanya apa coba?" Xiaole menyahut.
"Ya pokoknya beda saja." Minjae menjawab dengan santai lalu berdiri hendak masuk ke kamarnya.
"Cerita dong hyung! Aku lagi senggang nih buat dengerin curhatan orang." Xiaole mengikuti Minjae ke kamarnya hingga tengkurap di atas ranjang.
Memandang wajah Minjae yang berseri-seri sambil memeluk ponselnya. "Hyung! Jangan bikin Aku mikir Minjae hyung udah gila ya." Xiaole terus mendesak agar Minjae bercerita padanya. Ia benar-benar penasaran apa yang terjadi pada Minjae akhir-akhir ini.
Muram kemudian ceria, muram lagi dan ceria kembali. Benar-benar labil. Xiaole jadi curiga bahwa Minjae tidak memiliki jiwa laki-laki, melainkan jiwa perempuan. Pemikiran yang konyol, namun Xiaole percaya.
"Kalau Aku cerita, bisa sampai besok selesai nya. Jadi-" Minjae menjeda kalimatnya sebentar. Sementara Xiaole dengan setia mendengarkan.
"Lebih baik nggak usah."
Xiaole memandangnya datar. Datar se datar-datarnya. Kalau sudah seperti ini, jiwa sultan Xiaole langsung keluar. Ingin disombongkan. "Mau apa coba, biar hyung mau cerita? Aku belikan semua."
Minjae menoleh. Menatap Xiaole shock. Tidak menduga bahwa Xiole akan menggunakan jurus sultannya untuk menyuap Minjae agar mau bercerita.
Bukannya tidak tergiur dengan tawaran Xiaole, hanya saja Minjae merasa jika ceritanya itu tidak sepenting itu, hingga Xioale menawarkan apapun padanya.
Minjae tertawa kecil. "Eey~ Ceritaku nggak terlalu penting kok. Nggak usah berlebihan gitu deh!"
"Bikin penasaran aja! Biasanya kalau Aku tawarin nggak pernah ada yang nolak." Xiaole memicingkan matanya.
Minjae tertawa. "Lagian, Aku lagi nggak mau apa-apa kok. Kalau mau tahu tanya Juno atau Daeron hyung saja!"
Kedua mata yang sebelumnya menyipit itu sekarang membuka lebar. "Loh? Juno hyung sama Daeron hyung udah tahu??" Minjae hanya mengangguki.
Tanpa menunggu lagi, Xiaole langsung bangkit. "Oke, Aku mau nyari Juno hyung dulu."
Setelah kepergian Xiaole, Minjae menghela nafasnya. Memandang kosong pintu kamar yang terbuka lebar. "Kalau sudah kayak gini.... semua orang bisa tahu."
🌳
Sepulang sekolah, Jiwan hanya mendekam diri dalam kamarnya. Meskipun ia tak mengantuk tapi Jiwan enggan beranjak dari ranjang. Rasanya malas sekali untuk beraktifitas, karena Jiwan sendirian. Di rumah hanya ada dirinya. Dan lagi-lagi ia kesepian.
Begitu keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan diri, Jiwan menghembuskan nafas. Entahlah, ia hanya masih merasa tidak ingin melakukan apa-apa hari ini. Setelah tragedi itu, dirinya lebih sering diam dan menutup diri bahkan pada teman-temannya. Jiwan hanya ingin sendiri, tak mau di usik oleh siapapun. Ia butuh waktu untuk mengikhlaskan semua yang terjadi. Hanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL ✔
Fiksi RemajaBerawal dari pertemuan yang tidak terduga sampai pada suatu ikatan yang mengharuskan mereka bertemu.Tentang pertemuan seorang gadis yang sedang terluka dengan seorang Idol. Han Jiwan, gadis cantik bermuka datar yang hidupnya terus berpindah tempat...