🌳[ 29 | HARD ]

222 28 7
                                    

Hari ini, mereka sedang tidak ada jadwal kemanapun. Tidak ada jadwal latihan maupun jadwal ke acara variety, sementara jadwal pemotretan untuk album comeback mereka juga sudah selesai cukup lama dari beberapa hari yang lalu. Membuat ke lima laki-laki berbakat itu tak ada kerjaan di dorm

Daeron dan Juno sedang asik menonton drama di televisi sambil memakan kentang goreng buatan Minjae. Jisol dan Chanhyuk masih sama, mereka bersaing saling memperebutkan kemenangan di game. Sesekali berteriak heboh membuat seisi dorm seperti stadion sepak bola. Jika sudah seperti itu, maka Daeron tak segan-segan akan melemparkan bantal ke wajah Chanhyuk. Yah, kalian tahu sendiri bagaimana rusuhnya suara Chanhyuk.

Xiaole masih berada di rumahnya, lebih mengisi waktu libur singkatnya dengan keluarga. Sedangkan Minjae seperti biasa, laki-laki itu berada di dapur mengasah kemampuan memasaknya.

Han Jiwan, hanya gadis itu yang tidak tahu harus melakukan apa. Ia masih canggung jika berinteraksi langsung dengan teman-teman Chanhyuk, karena pertemuan pertamanya dengan teman-teman Chanhyuk cukup membuatnya malu. Menangis di depan orang lain, sungguh bukan seperti Han Jiwan yang ia kenal.

Tapi Jiwan juga tidak terlalu memikirkan kedekatan itu, toh Jiwan hanya menumpang sebentar disini. Hanya beberapa hari ia menginap, setelah itu ia akan kembali ke rumah dan menjalani kehidupannya seperti biasa.

Jiwan menyandarkan punggungnya di sofa, ikut menonton TV dan sesekali melirik Chanhyuk di sampingnya, menonton laki-laki itu bermain game dalam diam. Jiwan menghela nafas merasa bosan, gadis itu menoleh ke dapur. Memandang Minjae yang tampak serius memotong-motong wortel.

Tanpa sadar bibirnya melengkung membentuk senyuman yang tipis, gadis itu jadi ingat kejadian tadi pagi. Si orange wortel dan laki-laki berambut biru-

Tunggu!

Jiwan mengerjapkan kedua matanya, ia baru sadar kalau Minjae mengecat rambutnya dengan warna biru. Selama ini Jiwan tidak pernah melihat dengan jelas seperti apa rupa Minjae dengan teliti karena dibutakan oleh sifat menyebalkan dari laki-laki itu. Sekarang mata Jiwan terpaku pada laki-laki itu, menatap setiap sudut wajah Minjae lekat-lekat. 

Hanya dari ruang tengah, ia bisa melihat bagaimana Minjae dan tangannya yang cekatan membuat sesuatu disana bak chef terkenal yang berpengalaman. Aura ketampanan milik Minjae jadi bertambah berkali-kali lipat saat ini. Tapi sayangnya Jiwan baru menyadari bahwa laki-laki itu memiliki paras yang tampan.

Rahang tajam milik Minjae, kedua mata yang tajam namun teduh itu, rambut biru yang terlihat cocok dengan wajahnya yang manis. Melihat semua itu membuat debaran khusus di jantung Jiwan. Perasaan yang sulit dijelaskan, seperti ada yang menyihir matanya agar terus memandang Minjae.

Baru tersadar akan sesuatu, kedua mata Jiwan mengerjap-ngerjap,

Apa yang barusan ia pikirkan?

Minjae tampan?! Yang benar saja.

Jiwan memalingkan muka pada TV yang menampilkan seorang pria tua sedang beradu argumen dengan istrinya. Wajah dan tubuh gadis itu memang menghadap ke depan, tapi pandangan matanya yang menatap TV itu kosong. Pikirannya terus tertuju pada Minjae, jika dipikir-pikir lagi- sejak ia bertemu Chanhyuk, dirinya belum berbicara dengan Minjae sama sekali.

Jiwan menunduk, kedua matanya menyorot sendu. Merasa ada sesuatu yang harus ia selesaikan dengan laki-laki itu, Jiwan merasa bersalah. Haruskah ia mengatakan terima kasih pada Minjae?

Kedua tangannya saling meremat gelisah. Lalu diam-diam ia kembali melirik Minjae.

Jika Minjae tidak mengiyakan permintaannya, ia tidak akan bisa bertemu Chanhyuk disini. Seseorang yang amat penting baginya. Jika ia tidak bertemu dengan Chanhyuk dan mendengarkan ungkapan menenangkan laki-laki itu mungkin Jiwan akan masih dalam keadaan yang sama.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang