🌳[ 3 | THEIR FIRST DAY ]🌳

634 48 0
                                    

Terkadang Jiwan iri melihat teman seumurannya di antar sekolah oleh orang tua nya dengan mobil. Tapi Jiwan juga mengerti bahwa di usianya kini ia sudah cukup dewasa untuk pergi ke sekolah sendiri naik bis, ia juga mengerti kesibukan Papa nya. Pria itu tidak bisa mengantarnya karena selalu sibuk bekerja sebagai seorang pegawai kantoran. Tapi Jiwan tidak yakin dengan hal itu. Karena Papa sendiri juga tidak pernah mengatakannya dan setiap kali Mama menanyakan hal yang sebenarnya sangat mudah dijawab misalnya "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Jiwan dapat melihat perubahan ekspresi Papa nya.

Lalu kemudian akan terjadi pertengkaran kecil dalam kamar mereka. Jiwan hanya tidak sengaja mendengar kok, bukan maksudnya menguping. Salah sendiri para orang tua itu tidak menutup pintunya dengan rapat. Kalian pikir Jiwan merasa senang bisa mendengar perdebatan mereka? Sama sekali tidak. Justru Jiwan sangat membencinya karena harus beberapa kali menjadi saksi keduanya saling beradu ego masing-masing

Dan di saat seperti itu, Jiwan ingin sekali kabur dari rumahnya dan pergi keluar sejenak. Sayangnya, Jiwan tidak memiliki tempat pelarian yang nyaman sehingga yang bisa ia lakukan hanya lah mengunci kamar dan menonton konten random di Instagram dengan volume keras. Jiwan bahkan pernah mempersiapkan mental kalau saja orangtua nya akan memutuskan untuk berpisah. ia tidak egois, jika berpisah adalah jalan keluar dari semua penderitaan mereka maka Jiwan tidak akan ragu-ragu memilihnya.

Sampai di halte, Jiwan berjalan kaki lagi untuk sampai ke sekolahnya. Tidak terlalu jauh untuk sampai di sekolah. Ketika melewati lapangan Jiwan tidak sengaja mendengar beberapa suara anak laki-laki disekitarnya.

"Itu yang katanya murid baru?"

"Cantik juga ya,"

"Samperin lah!"

"Tapi bukan tipeku."

"Hahaha!!"

Jiwan tidak memperdulikan suara-suara itu dan masih berjalan melewati lapangan. Apakah suara itu ditujukan padanya atau tidak, Jiwan tidak peduli. Tujuannya sekarang adalah masuk ke kelas dan membaca ulang beberapa materi yang masih belum ia mengerti.

"Hey!" tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang saat ia fokus membaca buku.

"Ya ampun, Saehyun—" ucapan Jiwan berhenti ketika melihat seseorang disamping Saehyun.

"Hai, J-Jiwan..(?)" Gadis itu tersenyum tampak canggung.

"I-iya, Hai.." Jiwan pun sama canggungnya.

"Aku Park Jisa, panggil saja Jisa." Meskipun agak ragu gadis bernama Jisa itu tetap mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Jiwan sebagai tandan perkenalan.

"Han Jiwan, panggil saja Jiwan." Jiwan membalas jabatan Jisa.

"Aku tahu namamu dari Saehyun,"

Jiwan menatap Saehyun meminta penjelasan, tapi Saehyun hanya cengengesan tidak jelas.

"Jisa itu orang yang Aku ceritain kemarin."

"Oh.., yang sahabatmu itu?" tanya Jiwan memastikan.

"Iya," Saehyun duduk disamping Jiwan, sedangkan Jisa berada didepan mereka sendirian. Gadis itu memang suka duduk sendiri tapi kalau ada yang memintanya duduk disampingnya, Jisa tidak mempermasalahkan.

"Nanti ke kantin bertiga ya!"

Saehyun dan Jiwan kompak memberi tanda jempol pada Jisa. Ketiganya tertawa kemudian.

🌳

Sedetik setelah bel istirahat berbunyi, terdengar sorakan bahagia dari semua murid. Mereka semua langsung berhamburan keluar kelas tak terkecuali Jiwan, Saehyun dan Jisa.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang