"Anaknya sudah berapa tahun?" sang istri mendekatkan diri dan bertanya pada Jiwan.
Minjae dan Jiwan dibuat membeku mendengarnya. Pertanyaan yang cukup mengejutkan. Beruntung Mama Jihoon sudah datang dan menghampiri mereka.
"Ada apa ini, ya?" tanya Mama Jihoon ketika sampai. Mungkin ia bingung karena anaknya kini berada diantara Minjae dan Jiwan, apalagi dengan pasangan orang tua yang berada di depan mereka. Seolah ingin tahu banyak tentang dua remaja dan anaknya itu.
Semuanya menoleh pada Mama Jihoon. "Ini anak saya!" Ia mengambil alih Jihoon agar berada disampingnya.
Jiwan tersenyum kikuk pada pasangan orang tua itu yang tampak terkejut. "I-iya! Itu Mamanya sudah datang. Saya tadi hanya-" ucapannya terputus saat Mama Jihoon semakin menatapnya tajam. Membuat lidahnya kelu dan takut bersuara.
"O-oh, maaf kalau begitu! Kami sudah salah sangka, Kami permisi dulu."
Akhirnya pasangan orang tua itu meninggalkan Minjae dan jiwan yang hanya diam memandang kepergian mereka. Mama Jihoon menatap mereka berdua dengan tatapan sengit seolah tidak suka dengan interaksi putranya dengan dua remaja itu. "Jihoon tadi ngapain sama Kakak-kakak ini?"
Jihoon menatap polos Mama nya, "Tadi Jihoon kenalan sama kakak itu Ma! Terus Jihoon dibolehin duduk disitu!" Jihoon menunjuk bangku yang tadi ia tempati.
Kini raut wajah Mamanya berubah menjadi raut penyesalan. "Maaf ya, Saya sempat berpikir yang tidak-tidak!" ucapnya tulus, tangan wanita itu mengelus-elus rambut hitam Jihoon dengan lembut.
Jiwan bisa mengerti perasaan wanita itu, wajar saja seorang Ibu khawatir terhadap tuduhan seperti itu. "Tidak apa-apa Bu, Kami bisa mengerti perasaan Ibu."
"Kami sebenarnya juga terkejut waktu Ibu tadi bilang Jihoon anak Kami berdua, jadi nya Kami hanya diam- soalnya, Kami tidak tahu harus menjawab apa," ujar Jiwan hati-hati dengan kalimat yang sopan dan lembut seperti senyumannya saat ini.
"Ah! Begitu rupanya- kalau begitu Kami pergi dulu ya! Sekali lagi Saya minta maaf."
Jiwan dan Minjae membungkukkan badannya menatap kepergian Jihoon dan Mama nya. "Dadah!! Kakak cantik!!" Jihoon sempat berteriak saat belum jauh dari mereka, membuat Jiwan tak bisa menahan tawanya.
Kemudian Jiwan menoleh menatap Minjae. "Kamu kenapa diem aja tadi?" tanya Jiwan.
Minjae menggaruk tengkuknya yang tak gatal sebentar, kemudian segera melahap ice cream nya yang hampir habis. Setelah itu Ia membuang bungkusnya ke tong sampah yang berada di belakang bangku mereka.
"Aku tadi shock banget dibilang suami istri." Minjae tertawa kecil, menatap Jiwan yang masih menggenggam ice cream di tangannya.
"Apalagi udah punya anak. Bingung aja mau ngejawab gimana tadi," lanjut Minjae diselingi dengan tawa kecilnya.
Jiwan mencibir. "Padahal Aku juga sama shock nya tau! Tapi Aku tetep usahain jelasin ke mereka. Setidaknya Aku udah berusaha."
"Iya! Usaha yang sia-sia. Hahaha!" Minjae tertawa terbahak-bahak, membuat kakinya sempat kehilangan keseimbangan.
Jiwan berdecak memandang Minjae. "Ya, daripada Kamu. Cuma diem nggak mau berusaha!"
"Iya, iya! Kamu lebih baik dari Aku. Tapi tetep aja Kamu akhirnya nggak berani kan?!" ledek Minjae sambil memberikan senyuman miring yang sangat menyebalkan di mata Jiwan.
"Yha! Berhenti meledekku dan mari pulang! Udah mulai gelap."
Jiwan buru-buru menghabiskan ice cream nya yang tinggal sedikit, kemudian langsung membuang bungkusnya ke tong sampah yang sama seperti Minjae membuang ice cream nya tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/219714561-288-k37464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL ✔
Dla nastolatkówBerawal dari pertemuan yang tidak terduga sampai pada suatu ikatan yang mengharuskan mereka bertemu.Tentang pertemuan seorang gadis yang sedang terluka dengan seorang Idol. Han Jiwan, gadis cantik bermuka datar yang hidupnya terus berpindah tempat...