🌳[ 21 | THE DAY ]

307 30 2
                                    

Musim semi masih berlangsung. Ribuan bunga sakura di pinggir jalan mekar dengan indahnya. Dengan harumnya yang semerbak di indera penciuman semua orang. Seperti dijatuhi ribuan kelopak bunga dari atas langit. Perasaan yang sama pada apa yang dirasakan Minjae saat ini. Perasaan bahagia yang selalu membuatnya ingin tersenyum, dan senyum itu terlukis begitu saja di wajahnya.

Ia sama sekali tidak merencanakan hal ini. Merencanakan untuk terus tersenyum ketika melihat gadis itu. Gadis yang saat ini telah memenuhi isi kepalanya. Gadis yang telah mengisi ruang khusus di hatinya.

Perasaan bahagia yang selalu membuatnya bersyukur pada Tuhan karena telah mempertemukan dirinya dengan gadis itu. Masker yang menutupi hidung dan mulutnya itu, juga telah menutupi rona merah di pipi Minjae. Sehingga tak ada satu orang pun yang tahu bahwa laki-laki itu sedang tersipu.

Minjae tersipu melihat gadis yang hanya berjarak beberapa senti di depannya itu. Ia tersentak dari lamunannya ketika Jiwan menghentikan langkah dan menoleh padanya. Minjae mengerutkan kening memandang Jiwan.

Belum sempat ia bertanya, Jiwan sudah mengatakan sesuatu yang membuatnya mengangguk begitu saja.

Tidakkah Jiwan bisa melihat mata Minjae yang agak menyipit karena tersenyum? Meskipun tidak bisa melihat senyuman Minjae karena laki-laki itu memakai masker, tapi apa Jiwan tidak bisa melihat bagaimana cara Minjae menatapnya? Dan ucapan Minjae yang selalu lembut padanya, tidakkah Jiwan melihat itu semua?

"Terserah kau mau kemana. Aku ikut saja," kata Minjae.

Jiwan mengangguk paham, "Oke." Dari awal, Jiwan memang tidak mengharapkan bertemu dengan Minjae lagi. Seseorang yang mengaku sebagai idol. Sejujurnya hal itu membuat Jiwan canggung, tapi setelah dipikir-pikir, toh berteman dengan idol tidak ada larangannya kan? Jadi, ya.., mungkin Jiwan akan menerima hal ini dengan senang hati.

Kini mereka telah sampai di depan toko buku yang cukup besar. Tak banyak pengunjung yang datang disana, lagipula sekarang hari Senin. Hari yang sibuk. Tapi entah mengapa laki-laki disebelah Jiwan ini sama sekali tidak menunjukkan kesibukan apapun.

"Kau memang lagi tidak sibuk ya?" tanya Jiwan begitu memasuki toko.

Minjae yang sedang memainkan tangannya di saku itu menoleh. "Apa? Oh. Ya bukannya tidak sibuk sih, hanya sedang ingin keluar saja." ia menjawab dengan santai, sambil terus mengikuti kemana arah Jiwan berjalan. Bedanya, sekarang Minjae berjalan disamping gadis itu.

Kalau boleh jujur, Minjae sebenarnya agak gugup jika harus berdekatan dengan Jiwan sedekat ini. Dan situasi ini mengingatkannya bahwa ia pernah lebih dekat dari ini dengan Jiwan. Kejadian Minjae yang hilang kesadarannya dan malah menarik tubuh Jiwan agar lebih dekat dengannya. Dalam hati Minjae sudah merutuki dirinya sendiri karena kejadian itu. Atas dasar apa ia melakukan hal memalukan itu? Sama sekali bukan seperti Na Minjae.

Minjae menghembuskan nafasnya sambil memejamkan kedua matanya. Ingin sekali ia melupakan kejadian itu, tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur bukan? Dan Minjae berharap, Jiwan sudah melupakan kejadian itu. Meskipun kemungkinannya sangat kecil.

"Kau sakit?" tanya Jiwan saat tak sengaja melihat keanehan dari raut wajah Minjae. Karena maskernya sudah dilepas oleh Minjae ketika sudah memasuki toko tadi.

"Engh?? Bukan. Hanya lelah berdiri. Hehehe."

Jiwan mengerjapkan matanya, kemudian menoleh kesana kemari mencari sesuatu. Kemudian matanya menangkap sebuah bangku yang berada di pojok belakang. Tanpa basa-basi lagi, Jiwan langsung menarik tangan Minjae untuk duduk disana.

"Duduklah! Sepertinya Aku akan sedikit lama. Jadi kau tunggu saja disini."

Jiwan langsung meninggalkan Minjae yang sudah terduduk. Laki-laki itu memandang Jiwan yang perlahan menghilang dari pandangannya karena tertutup oleh rak buku. Kemudian memegangi dadanya yang kembali berdentum keras.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang