🌳[ 14 | SORRY ]🌳

376 34 2
                                    

Han Jiwan menopang dagu. Memandang papan tulis di depan, lalu kedua matanya bergulir melihat teman-teman sekelasnya kini sibuk dengan kegiatan masing-masing karena guru pelajaran mereka sudah mengakhiri pelajaran lebih awal. Sekarang mereka hanya perlu duduk manis menunggu waktu istirahat tiba. Tapi sampai saat ini, ketiga gadis itu masih saling mendiamkan. Enggan untuk memulai pembicaraan bahkan menoleh pun tidak.

Seseorang datang menghampiri Jiwan. Gadis cantik dengan tubuh ideal itu mendekat dengan santainya. Mengerti ada yang aneh, gadis itu bersuara pelan.

"Kalian kenapa? Kok saling diam-diaman begini? Biasanya kan nempel terus seperti lem dan kertas. Ada masalah ya? Kalian bertengkar??" Kepo Nicha dengan gaya berbisik.

Jiwan agak terlonjak karena melihat wajah Nicha dengan dirinya yang begitu dekat. Untungnya Jiwan bisa mengontrol nafas dan degup jantung dengan mudah sehingga ia tidak perlu malu karena latah.

"Apa?" Balas Jiwan. Menoleh tepat pada Nicha yang kini berjongkok di bawah dekat kakinya.

Nyatanya, gadis dengan rambut pirang kecoklatan itu mempunyai sifat aneh yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Sangat kontras dengan wajah cantik yang tampak seperti putri raja itu.

Nicha mencolek-colek kaki Jiwan, tersenyum miring sambil menaik-turunkan kedua alisnya. "Hemmm..... Lagi berantem yaaaa....." Katanya sudah sok tahu.

Awalnya Jiwan mendelik melihat sikap absurd gadis ini namun, dengan cepat kendalikan wajahnya dan kembali datar. Kenapa pula Nicha harus bersembunyi seperti ini kalau mau mengobrol? Semua orang yang bisa melihatnya pun tidak akan peduli.

Jiwan meneguk ludah. Sebenarnya agak malu ketahuan sudah saling berjauh-jauhan begini seperti anak kecil. "Mau apa sih?!" Tanya Jiwan mencicit kecil agar tak menimbulkan keributan. Ia menjauhkan kakinya dari jari-jari laknat Nicha yang masih saja menggerayangi.

"Cuma ingin bertanya kok." Nicha kembali tersenyum miring menatap Jiwan dari bawah dengan tatapan misterius. "Dan ingin memberi saran saja."

Kening Jiwan mengerut bingung. Ia menoleh lagi pada Nicha yang sekarang sudah menopang dagu dengan kedua tangan sehingga membentuk huruf V.

Melihat ada ketertarikan dari ekspresi Jiwan, membuat senyuman Nicha mengembang. Kini sudah berganti posisi dengan duduk bersila di lantai. Kemudian merubah ekspresinya dalam sekejap. Tatapan jahil itu menjadi datar, menatap lurus Jiwan dengan sorot matanya yang tajam.

"Han Jiwan, dengar baik-baik."

Gadis yang namanya dipanggil langsung mendelik, menjauhkan diri agak takut dengan perubahan ekspresi itu. Namun tetap saja ia perhatikan.

"Aturan pertama ketika Kau ada masalah adalah menyelesaikannya secara bijak. Jangan pernah biarkan emosimu mendominasi. Kau harus menggunakan otakmu untuk memikirkan jalan keluarnya." Kata Nicha serius. " Aturan kedua, jangan memandang masalah dari sudut pandang mu saja. Coba cari dari sudut pandang orang lain juga."

Melihat wajah blank Jiwan, membuat Nicha mendecak tak sabar. "Dengar, Aku tahu kita memang tidak sedekat itu untuk saling memberi saran tapi apa salahnya jika Aku membantu? Kita manusia, dan saling membantu itu manusiawi. Jadi Kau jangan malu-malu untuk meminta bantuan ya, apalagi denganku." Nicha mengibaskan rambutnya ke belakang dengan gaya sok keren. "Sumber kebijakan dan kecantikan alami."

Han Jiwan diam sejenak. Memandangi Nicha dengan tatapan bingung, julid dan aneh........







"..eum... Oke......" Dan hanya dua kata itu yang terpikirkan untuk jawaban dari kalimat panjang dari Nicha.









Jiwan cukup mengerti kok maksud gadis ini, hanya saja dirinya dan Nicha sama sekali tidak akrab. Bisa dibilang sekarang adalah pertama kali mereka saling berbicara. Bahkan awalnya, Jiwan tidak mengenal Nicha. Tapi mengingat Nicha yang keluar masuk kelas karena urusan osis, membuatnya agak tahu tentang gadis itu.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang