🌳[ 17 | A DREAM ]

376 34 0
                                    

Pemuda itu sedang tiduran di sofa ruang tengah. Sementara yang lain entah kemana, sekarang hanya ada Jisol yang sedang selonjoran di lantai bermain games dan Juno di dalam kamarnya sedang menelepon kedua orang tuanya melepas rindu setelah hampir sebulan tak saling kontak.

Nam Minjae memandangi ponselnya sambil menggigit bibir, teringat lagi pada kejadian tadi.






"Yang waktu itu."

Han Jiwan sedikit memiringkan kepalanya berusaha mengingat. Keningnya tampak mengerut samar.

Di hadapannya ada Minjae yang terus memandangnya tanpa ragu menunggu jawaban dengan senyuman yang masih tergambar jelas di wajahnya. Ekspresi itu malah membuat Han Jiwan bingung. Pemuda ini terlihat sekali sedang gugup dan berusaha menutupinya, bahkan Jiwan bisa melihat kedutan samar di kedua ujung bibir Minjae yang tersenyum.

Dia ini kenapa? Memangnya Jiwan semenakutkan apa sampai membuat seseorang gugup?

"Mungkin Kau lupa tentang janji yang Aku buat di taman waktu itu."

"Oh...," Kata Jiwan lirih, membulatkan mulut sambil menganggukan kepalanya pelan.

Sekarang ia ingat janji yang dimaksud Minjae. Ah, bagaimana Jiwan bisa lupa tentang kesepakatan konyol itu? Gadis itu jadi teringat lagi pada hari dimana ia bertemu untuk pertama kalinya dengan sosok Nam Minjae. Lalu kalimat menyebalkan itu kembali terlintas di benaknya.

"Kamu manusia kan?"

Apa-apaan kalimat itu? Kenapa pula ia masih mengingatnya? Han Jiwan jengkel setengah mati. Ia dibuat kesal karena mudah tersinggung dengan kalimat itu, meskipun ia yakin Minjae tidak bermaksud menghina tapi KENAPA RASANYA KESAL SEKALI???!! Setiap mengingatnya Jiwan selalu ingin mengamuk.

Jiwan memejamkan mata sejenak. Berusaha bersabar dan menguasai diri, ia mengambil nafas lalu mengeluarkannya secara perlahan. Kemudian ia memberanikan diri menatap Minjae.

"Oke," Kata Jiwan akhirnya, membuat Minjae yang sedari tadi gugup menunggu jawaban dengan tak sabar dan jadi menggigiti bibir bawahnya.

Pemuda itu tersentak. Dadanya kembali berdebar kali ini dengan ritme yang lebih keras. "Apanya yang oke?" Tanya Minjae memastikan. Meskipun pemuda itu tahu maksudnya tapi tetap saja ia ingin memastikan telinganya tidak salah dengar.

"Aku setuju untuk memenuhi kesepakatan kita dulu. Lagipula Kau kan sudah janji,"

Ya, Han Jiwan sudah memutuskan bahwa ia akan memberikan kesempatan pada Minjae. Tidak ada salahnya kan menjadi teman seorang artis? Lagipula yang mendekatinya duluan kan Minjae, ia bahkan sudah menyiapkan kalimat-kalimat sanggahan kalau saja ada rumor yang beredar mengenai mereka.

Mendengar itu, hati Minjae meledak. Ia merasakan ada puluhan ribu bunga-bunga bertebaran di sekitarnya karena bahagia. Pemuda itu menggigit bibir, yang tak lama senyuman manisnya kembali terukir. Minjae menahan diri agar tak berteriak kesenangan sambil memukul-mukul udara. Rencana yang ia buat matang-matang dalam otaknya akhirnya berbuah manis. Terimakasih Juno.

Mereka saling memandang satu sama lain. Minjae dengan senyum yang terus mengembang, membuat deretan gigi putihnya terlihat jelas dimata Jiwan. Dan Jiwan dengan ekspresi datar memandang  Minjae sambil melipat kedua lengan di depan dada dengan tenang.

"Jadi-eum..  Apa Aku boleh meminta nomor ponselmu??"

"Untuk apa?!"

"Tentu saja untuk menghubungimu. Aku tidak bisa memenuhi janji kita sekarang karena setelah ini Aku ada jadwal latihan. Maaf ya,"

"Ck. Kenapa minta maaf," Jiwan berujar lirih. Hampir tak terdengar karena ia mengalihkan pandangan sebentar.

"Bagaimana kalau lain kali? Aku benar-benar tidak bisa sekarang. Kau mau?"

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang