🌳[ 23 | TRAGEDY ]

292 27 0
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Jiwan tak berhenti untuk terus tersenyum. Mengingat kejadian yang tak terduga di kedai ice cream tadi, kemudian kejadian dimana Jaemin menutupi noda merahnya dengan hoodie. Membuat dirinya tertawa geli jika mengingatnya lagi.

Memang agak memalukan jika mengingatnya, tapi entahlah Jiwan merasa senang hanya karena perlakuan kecil laki-laki itu. Seperti ada kupu-kupu yang berada diperutnya, perasaan yang bisa membuat seseorang melambung ke angkasa saking bahagia nya. Dan Jiwan sedang mengalaminya.

Setelah hari ini, apa Ia bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi?
Mungkin iya. Dan mungkin tidak. Mengingat Jaemin adalah seorang idol yang sedang naik daun saat ini.

Ia bahkan bisa melihat poster laki-laki itu bersama member lain dijalanan. Tidak terlalu banyak, tapi juga tidak sedikit. Mereka beruntung, karena sudah tiga kali mereka bertemu tapi tidak ada yang tahu kedekatan mereka. Bahkan sasaeng pun tidak lagi mengejar Jaemin seperti hari itu.

Bagaimana bisa? Pikir Jiwan heran.

Dan kini Jiwan sudah sampai didepan rumahnya. Kemudian membuka gerbangnya dengan perlahan-lahan, agar tak menimbulkan suara bising yang mengganggu ditelingan orang. Dahinya mengernyit ketika melihat rumahnya dalam keadaan gelap tanpa lampu yang menerangi.

Apa Mama nya itu belum pulang dari toko? Atau Mama nya lupa menyalakan lampu? Jiwan tak berpikir panjang dan langsung membuka pintu. "Tumben nggak dikunci?" gumamnya.

Matanya menyapu seluruh sudut dalam rumahnya. Gelap, satu kata yang terucap dimulut gadis itu setelah berhasil memasuki rumahnya. Ia meraba-raba udara dan berjalan pelan-pelan untuk menyalakan saklar lampu.

Ctek!

Akhirmya Jiwan berhasil menyalakan lampu didalam rumahnya. Tapi bukan rasa lega yang Ia rasakan saat ini, melainkan gemetar rasa takut yang menjalar diseluruh tubuhnya. Matanya memanas dan mulutnya bergetar ketakutan. "M-mama?"

"M-mama kenapa disitu??" totebag berisi gaun dan buku yang dibelinya tadi terjatuh begitu saja dilantai.

Tetesan air matanya sudah berjatuhan, berhasil membasahi wajahnya. Jiwan melihat keadaan Mama nya yang tak sadarkan diri dengan posisi tengkurap. Darah mengalir segar dari kepala wanita itu, dengan luka tikaman diperut yang masih membekas jelas disana.

Jiwan terisak melihat Mama nya. Ia benar-benar takut saat ini, Ia bahkan tidak berani mendekati tubuh Mama nya yang tergeletak lemas dilantai. Tubuhnya pun kini ikut melemas tak mampu lagi untuk berdiri, membuatnya terduduk secara paksa kelantai. Isakan nya semakin menjadi-jadi juga air matanya yang mengalir dengan deras.

"JIWAN!!"

Jiwan menoleh ke sumber teriakan itu, Ia bisa melihat Papa nya dengan nafas yang memburu dan wajahnya yang gelisah seperti situasi saat ini. "Pa! Hiks- Ma-ma k-kenapa?!" tanya Jiwan ditengah isakan nya.

Papa nya itu langsung merengkuh tubuh Jiwan yang terduduk. Mendekap gadis itu di dada bidangnya, berusaha menenangkan nya. Walaupun akan sulit, karena Ia juga sama terkejutnya dengan gadis itu. Pria itu berusaha mati-matian bersikap biasa dihadapan putrinya, Ia tak mau putrinya itu semakin takut dan menangis jika melihatnya dalam keadaan yang sama.

Matanya memerah antara menahan amarah dan menahan air mata agar tak meluncur begitu saja dari bola matanya. "Sst..! Jiwan tenang dulu ya? Papa mau nelfon ambulance dulu, oke?!" Pria itu mengecup singkat dahi Putrinya.

Dengan tangan kiri yang setia merengkuh putrinya, Pria itu menekan nomor di ponselnya untuk menghubungi ambulance.

Jiwan hanya diam. Lidahnya kelu untuk berucap, bahkan untuk mengangguk pun gadis itu tak sanggup. Kepalanya menunduk tak berani memandang tubuh Mama nya didepan. Gadis itu menangis sejadi-jadinya.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang