🌳[ 2 | AGAIN?! ]🌳

763 65 0
                                    

Pukul 15:42.

Gadis itu baru saja pulang dari sekolahnya hari ini. Namun, bukannya langsung masuk ia malah diam berdiri menatap lurus ke arah rumahnya. Rumah berlantai dua dengan nuansa hitam putih itu terlihat asri dan nyaman dengan adanya beberapa tanaman segar di halaman.

Pikirannya menjelajah pada sang Papa yang kini entah ada dimana keberadaannya. Seorang pria yang sangat ia sayangi dengan tiba-tiba menyuruh mereka pindah ke Seoul.

Gadis itu tidak tahu apapun karena tak diberi penjelasan mengenai alasan kenapa mereka harus pindah. Dan baru dua hari mereka tinggal di rumah ini, tiba-tiba Papa nya pergi tanpa mengatakan penyebab kepergiannya.

Lagi.

Ia selalu bertanya pada sang Papa mengenai hal itu, tapi jawabannya selalu sama, "Jiwan gak perlu tahu alasannya, nikmatin aja waktu Jiwan di rumah. Selain ke sekolah, jangan keluar rumah sendirian ya! Kalau sekolahnya udah selesai, langsung pulang ke rumah jangan mampir ketempat lain!"

Jika Han Jiwan bertanya kepada Mama nya, maka wanita itu akan menjawabnya dengan senyuman. Selalu. Senyuman teduh yang menenangkan milik sang Mama selalu dapat menghangatkan hatinya dan membuat Jiwan menurut tak bisa melawan.

Han Jiwan percaya pada orang tuanya. Dan ia sangat berharap harapan itu tidak akan putus sampai kapanpun.

Sudah dua kali mereka berpindah rumah dan Jiwan tidak pernah tahu apa alasannya, bahkan akhir-akhir ini Papa nya jarang sekali pulang ke rumah. Saat pria itu pulang saja selalu tengah malam, dimana Jiwan masih terlelap dalam tidur dan hal itu membuatnya tidak bisa menyambut sang Ayah. Lalu di paginya, pria itu sudah pergi lagi.

Dan yang paling buruk dari hal itu adalah orang tua mereka sama sekali tidak memberitahu anggota keluarga yang lain. Jiwan merasa hidupnya kini selalu bersembunyi menghindari orang-orang diluar. Tapi kenapa?

Kenapa hidupnya harus seperti ini?

Gadis itu kecewa, hatinya sesak mengingat semua itu. Jiwan bukan anak kecil lagi jika kedua orang tuanya mengatakan yang sejujurnya. Jiwan akan mencoba mengerti hal itu. Tapi mereka tidak melakukan itu.

Sambil memejamkan mata, Jiwan menghembuskan nafasnya. Membuang semua sesak dalam dadanya dan segala kebingungan yang selalu berputar-putar di kepalanya. Jiwan membalikkan badan untuk pergi kesuatu tempat. Dimana ia bisa merasa bebas dan tidak terkekang seperti ini.

Karena jika Jiwan berada didalam rumah itu, dirinya akan merasa di kurung dalam keheningan. Namun, baru saja ia membalikkan badan, kedua matanya langsung membulat melihat sosok wanita paruh baya berdiri tepat dihadapannya.

"Kenapa? Kok tidak masuk?" Wanita itu bertanya dengan nada lembut. Ada sebuah senyum tipis di bibirnya, senyum yang sangat indah bagi Jiwan.

"Mama?" Jiwan mencoba untuk menutupi rasa kagetnya. Tapi tubuhnya malah berubah kaku.

"Mau kemana, Jiwan?" wanita itu berjalan mendekati Jiwan dengan kening mengkerut. "Langsung masuk rumah saja, yuk!"

Jiwan hanya bisa mengangguk pasrah mendengar ada nada tegas dalam suara Mama nya. Ia melangkah pelan mengikuti wanita yang ia panggil Mama itu untuk masuk kedalam rumah.

Rencananya gagal.

🌳



Saat ini, Jiwan sedang berbaring di kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Jiwan masih tidak mengerti apa masalah keluarganya sampai mereka harus berpindah-pindah seperti ini.

Lelah memikirkan hal itu, Jiwan bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamar. Ia berjalan kearah dapur, melihat Mama nya sedang memotong buah.

"Tumben keluar kamar?"

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang