🌳 [ 40 | SARANGHAE • 사랑해 ]

398 26 0
                                    

Gadis itu tersadar, perlahan-lahan kesadaran mulai terkumpul. Tetapi, ia masih tak mampu menggerakkan tubuhnya, rasanya sakit dan remuk. Hanya kedua matanya yang mampu mengerjap, ia memandangi langit-langit kamar inapnya.

Hal itu ia lakukan selama beberapa menit, sampai ia mulai merasakan tenggorokannya kering. Han Jiwan hendak bangkit mengambil air minum di atas nakas. Dengan susah payah ia menggerakkan tubuh namun yang ada malah rasa pusing yang menyerang kepalanya. Tangannya pun terasa agak keram karena sudah lama tidak digerakkan.

Ah, sudah berapa lama ya dirinya ada di sini?

"Oh? Kau sudah bangun?"

Jiwan terkejut melihat kedatangan Chanhyuk, laki-laki itu tiba-tiba saja sudah berada di sisinya. Membantunya duduk dan menyandarkan punggungnya dengan bantal.

"Kau ingin minum?"

Jiwan mengangguk lemas.

Setelah menerima segelas air, Jiwan langsung menghabiskannya hingga tak tersisa membuat Chanhyuk agak menganga sebentar. "Haus banget ya habis pingsan?" Ia tertawa kecil.

"Sudah berapa lama Aku di sini?" Jiwan bertanya dengan suara pelan. Tenaganya masih belum cukup pulih.

"Dua hari," Chanhyuk mengambil kursi dan duduk di dekat ranjang. Lalu melipat kedua lengan di depan dada menatap wajah Jiwan yang masih pucat itu.

"Dua hari?!" Jiwan sontak membulatkan mata karena terkejut. "L-lalu itu-" ia mengulum bibir agak ragu menyebut nama laki-laki yang sejak ia sadar sudah mengganggu pikirannya itu.

Jiwan berdehem kecil. Memalingkan wajahnya agar Chanhyuk tidak bisa melihat pipinya yang sudah merona. Ia tidak mau terlihat salah tingkah meskipun hati kecilnya mencemaskan laki-laki itu. "Minjae... Bagaimana?" akhirnya hanya dua kata itu yang terucap.

Chanhyuk diam sejenak lalu tersenyum penuh arti. "Kenapa tiba-tiba menanyakan dia?" Ia menggoda adik sepupunya itu.

"Bukan apa-apa," Jiwan menunduk memain-mainkan jarinya dengan selimut. Mendadak jadi gugup sendiri. "Hanya bertanya saja, karena dia juga... ikut menyelamatkan ku."

Chanhyuk tak bisa menahan senyum geli di wajahnya. "Iya aku tahu. Pahlawan mu tuh."

Jiwan berdecak sembari memutar bola matanya malas.

"Sudahlah lupakan!"

"Eh?? Sudah tidak penasaran? Padahal aku baru mau menceritakan keadaannya."

"Kau sendiri, kenapa kau di sini?" Jiwan segera mengalihkan.

"Wah, kau jahat sekali berkata seperti itu." Chanhyuk memasang wajah sedih yang dibuat-buat.

"Hentikan Oppa! Kau sama sekali tidak imut."

"Baiklah, sepertinya tidak ada gunanya aku di sini. Lebih baik aku pulang saja." Chanhyuk sudah berdiri namun belum satu detik ia kembali duduk karena teringat sesuatu.

"Eh, kau pasti lapar kan? Kau belum makan sejak kemarin. Aku akan belikan bubur dulu ya? Mau minum apa?" tanya nya beruntun.

"Katanya mau pulang," Jiwan menanggapi dengan candaan.

"Kau serius ingin aku pulang?" Chanhyuk sudah berdiri berkacak pinggang.

"Bercanda kok,"

"Jadi mau makan apa?"

"Terserah yang penting makan."

"Oke, siap! Tunggu di sini sebentar ya, jangan kemana-mana!" Chanhyuk melesat dengan tergesa-gesa keluar kamar.

Hingga beberapa menit ke depan, Jiwan menunggu dalam kamar melamun sambil sesekali melirik pintu. Barang kali laki-laki itu lewat di depan kamarnya?

Jiwan langsung menggeleng, hatinya menegaskan kalau itu tidak mungkin. Tetapi pikirannya malah mengatakan hal yang sebaliknya. Gadis itu diam-diam khawatir. Berbagai pertanyaan bermunculan dalam benaknya.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang