🌳[ 39 | WOUNDS AND FEELINGS ]

215 24 1
                                    

"Minjae," kali ini Jiwan benar-benar meloloskan tangisannya ketika melihat Minjae datang menyelamatkannya. Air matanya turun semakin deras juga dadanya yang naik turun karena terisak.

Laki-laki itu telah datang. Membawa harapan untuknya.

Minjae mengusap air matanya dengan lengan sambil merutuk dalam hati, seharusnya Ia tidak boleh terlihat lemah di mata gadis itu. Ia harus kuat jika ingin melindungi Jiwan. Minjae menangkup pipi Jiwan dengan kedua tangannya, mengusap halus dan menghapus air mata gadis itu. "Kita akan segera pergi dari sini." Minjae tetap tersenyum meski dalam hati ia ingin sekali mendekap gadis itu ke pelukannya. Tetapi Minjae masih sadar, ia tak bisa leluasa karena adanya batasan antara dirinya dengan Jiwan.

Kini tangisan Jiwan sudah mereda bersamaan dengan tali yang mengikat tangan serta kakinya di lepas oleh Minjae. Keduanya masih tak sadar ada seseorang yang sejak tadi tengah tersenyum miring memperhatikan mereka.

"Wah! Lihat siapa yang ke sini?"

Keduanya tersentak menoleh pada pria asing itu. Minjae meneguk ludah, dengan sigap menyembunyikan tubuh Jiwan di belakangnya. Pria itu mengerutkan dahi menatap dua remaja di depannya itu dengan tatapan bingung. Lebih tepatnya pura-pura bingung. Kemudian menutup mulutnya seolah yang dilihatnya adalah hal yang mengagumkan.

"Wah... Kisah cinta yang mengharukan," ujarnya dengan ekspresi kasihan yang dibuat-buat. "Tapi Aku tidak tertarik," lalu pria itu menyeringai kembali.

"Menjauhlah dari kami! Atau Aku akan menembakmu," Minjae tak sadar apa yang barusan ia katakan.

Pria bernama Jung Manhee itu melangkah mendekat sambil melengkungkan bibirnya. "Begini anak muda, sebenarnya Aku tidak bisa melawan bocah sepertimu. Aku ini cukup pemilih dalam memilih lawan bertarung Kau tahu."

Minjae mengeluarkan pistol yang sempat ditukar oleh Lee Jebin, karena pria itu tahu bahwa keselamatan dua orang akan terancam jika tidak memberikan senjata dengan benar. Hal itu membuat pimpinan Jung tertawa terbahak-bahak. "Kau serius mau melawanku dengan mainan seperti itu? Hah... Yang benar saja," pria itu menghapus air mata bualannya. "Hei bocah! Kau tidak tahu siapa Aku?" seringai kembali menghiasi wajahnya, kali ini lebih mengerikan dari sebelumnya.

Dorr! Dorr!

Entah dari mana Minjae mendapat keberanian untuk menembak, tetapi sorot matanya mengatakan bahwa ia tidak main-main. Minjae berhasil melukai lengan kanan pria itu sampai tersungkur ke tanah dan mengeluarkan darah. Namun, Jung Manhee masih bisa tertawa dan bangkit kembali. "Ya ampun ini menggelikan," setelah itu ia menatap Minjae dengan senyuman seperti seorang pembunuh yang sudah kehilangan kendali. "Kau sudah berani melukaiku hah?!" teriakannya menggema di seluruh ruangan.

Pria itu maju memukul Minjae, tapi gagal karena Minjae berhasil menghindar dengan menundukkan kepalanya. Selanjutnya, Minjae balas memukul wajah pria itu tapi terhalang oleh tangan kekar yang meremat kepalan tangan Minjae.

Laki-laki itu meringis, kembali melayangkan pukulan dengan tangan kiri kemudian menendang perut pria itu dengan lututnya.

"Hem. Lumayan kuat juga ya tendanganmu." 

Minjae menoleh ketika mendengar jeritan Jiwan yang berada tak jauh di belakangnya. "Lepaskan dia!" Minjae menembak kaki salah satu anak buah Jung Manhee. Tapi hal itu tidak bisa membuat ke enam pria lainnya melepaskan Han Jiwan.

Lima orang mendekat ke arah Minjae, memukuli laki-laki itu yang berusaha melawan tapi kewalahan karena kalah jumlah.

"MINJAE!!!" Kedua mata Han Jiwan melebar sempurna melihat itu. 

"HENTIKAN!" teriaknya.

"JANGAN PUKULI DIA!!" Jiwan kembali meneteskan air mata. Hatinya ikut terluka melihat Minjae yang mati-matian melawan lima orang bertubuh tinggi itu.

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang