Setelah dari Arcade Game, mereka berbelanja di Mall cukup lama kemudian menghabiskan waktu di taman kota. Melihat pertunjukan sulap yang kebetulan ada di sana.
Suasana cukup ramai dengan orang-orang yang saling berdesak-desakan. Beberapa berteriak kompak saat sang pesulap berhasil melakukan aksinya. Aksi yang mampu menipu ribuan mata dengan waktu yang cepat dan tepat.
Jiwan dan kedua orang tua nya tampak menikmati pertunjukan itu. Walau sebenarnya Jiwan tidak terlalu tertarik, tapi melihat antusias dari para penonton akhirnya ia penasaran juga. Dengan tangan kanan memegang gula kapas, Jiwan hampir saja menabrak seseorang yang tampaknya akan berbalik dari pertunjukan itu dengan buru-buru.
"Ah! Maaf Aku—"
Ucapan Jiwan terhenti karena orang itu tidak peduli akan bahu mereka yang berbenturan dan langsung pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Jiwan.
"Jiwan, kenapa?" tanya Mama saat menyadari gelagat Putrinya yang aneh.
"Bukan apa-apa kok, Ma." Jiwan menggelengkan kepala.
"Ayo cepat kesana! Supaya bisa melihat sulapnya dengan jelas." Papa menghampiri dan menggandeng tangan Jiwan, tidak lupa ia juga menggandeng tangan istrinya dengan mesra.
Sepertinya Papa Jiwan tampak sangat antusias melihat pertunjukan itu. Tentu saja. Ia sudah lama tidak sebebas dan sebahagia ini. Pekerjaannya itu terlalu membuatnya lembur dan berpergian kemana-kemana. Itulah alasan kenapa Papa jarang sekali pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Pria itu tertawa kecil melihat ekspresi Jiwan yang sedang fokus memperhatikan aksi pertunjukan. Mulut Putrinya tampak terbuka kecil dengan kedua mata yang membulat takjub.
Istrinya itu menoleh, menatapnya dengan dahi mengkerut. "Kenapa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Istri, Pria itu malah tersenyum lembut mengeratkan gandengan tangan Istrinya. Kemudian membisikkan sesuatu. "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu nanti di rumah."
Mama tampak terkejut. Wanita itu bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Suaminya nanti. Ia hanya membalas dengan senyuman pada sang Suami tanpa mengatakan apapun lagi.
Keduanya kompak mengalihkan pandangan pada Putri mereka yang sedang asik menikmati pertunjukan. Lihatlah, tadinya gadis itu tidak tertarik dan sekarang Jiwan sudah menjauh dari orang tuanya dan memilih menonton lebih dekat. Walaupun Jiwan harus menerobos lautan manusia yang tidak sedikit dan sangat ricuh.
🌳
Pertunjukan sulap tadi menjadi aktifitas terakhir mereka di malam ini. Setelah itu, mereka memilih langsung pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Jiwan yang berada di jok belakang mobil sudah tertidur pulas sambil memegangi boneka Ryan kakaotalk yang memang sengaja diletakkan di mobil mereka sebagai bahan untuk Jiwan peluk saat tidur seperti sekarang."Tadi Kau bilang ingin membicarakan sesuatu?" Mama bertanya tenang, melirik Suaminya yang sedang menyetir. Lalu kembali memandangi jalanan dari balik kaca mobil di depannya.
Wanita itu tahu bahwa percakapan mereka kali ini akan cukup serius. Sebisa mungkin ia mengendalikan ekspresi supaya terlihat biasa saja meskipun beberapa kali berusaha untuk menyingkirkan pikiran negatif pada Suaminya itu.
Papa tersentak mendengar ucapan yang tiba-tiba itu. Yang kemudian ia berdehem untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka— sebenarnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk mengatakannya. Pria itu melirik Jiwan yang tertidur di belakang melalui kaca diatas. Memastikan bahwa Putrinya itu benar-benar tertidur dan tidak mendengar apapun. Papa berdehem kembali untuk membuka pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL ✔
Teen FictionBerawal dari pertemuan yang tidak terduga sampai pada suatu ikatan yang mengharuskan mereka bertemu.Tentang pertemuan seorang gadis yang sedang terluka dengan seorang Idol. Han Jiwan, gadis cantik bermuka datar yang hidupnya terus berpindah tempat...