[32] Jiwa yang terluka

70 31 16
                                    

Hi, gimana kabar kalian hari ini?
Aku harap kita semua selalu diberi kebahagiaan setiap harinya.

Seperti biasa, jangan lupa vote dan komentarnya yah. Farah sayang kalian. Yuda juga.

Happy reading✨

🌷🌷🌷

Seisi Perusahaan milik keluarga Abigail tengah ribut membicarakan kedatangan anak bungsu sang CEO. Mereka membicarakan sang Tuan Muda yang sangat jarang datang ke Perusahaan milik papanya jika tidak ada hal penting.

Seluruh pegawai di sana berbaris dan menunduk hormat kepada sang Tuan Muda mereka yang masih mengenakan seragam sekolah.

Yuda terus berjalan menuju lift khusus untuk CEO di ujung Lobi, tak mempedulikan dan membalas sapaan pegawai di sana karena dia sedang menahan emosi yang bergejolak.

"Pak Praja ada di ruangannya, Tuan. Beliau sedang membaca dokumen di sana dan sebentar lagi akan meeting dengan Perusahaan lain." Penjelasan dari Resepsionis di lantai khusus CEO tak dihiraukan olehnya. Dia terus berjalan menuju ruangan sang Papa.

Setelah membuka pintu ruangan dengan kasar dan melewati beberapa bodyguard yang juga menunduk kepadanya, Yuda langsung berdiri di depan meja Praja.

Brak.

Yuda melempar empat lembar foto ke atas meja sang Papa yang berisi seorang wanita sexy sedang berjalan sambil menggandeng lengan Praja. Dimana di salah satu foto terdapat Praja yang mencium pelipis si wanita di samping mobil.

"Malam itu, malam ketika Dokter butuh izin Papa buat operasi Dewa. Papa kemana? Dan tolong jelasin apa hubungannya sama foto-foto itu!" ucap Yuda berusaha tenang.

Praja terkejut lalu melihat foto yang dilempar oleh Yuda. "Bagaimana kamu tahu? Dan darimana kamu dapat foto ini, Yuda?" tanya Praja berusaha menyembunyikan keterkejutan pada ekspresi wajah. Akan tetapi, hasilnya nihil. Yuda tetap dapat melihat keterkejutan dari raut wajah sang Papa.

"Jelasin, Pa!" tandas Yuda.

"Malam itu, Papa meeting dan gak tau kalau Dewa bakal dioperasi," kata Praja memandang Yuda yang tengah dikuasai oleh emosi.

"Meeting?" Yuda tertawa miris.

"Apa meeting yang Papa maksud itu adalah selingkuh dengan wanita lain sedangkan kondisi Mama lagi gak baik-baik aja saat itu? Bahkan, saat Mama depresi Papa juga gak peduli," sambung Yuda begitu menggebu-gebu.

Praja berdiri lalu menatap Yuda dengan sorot tajam. "Jaga ucapan kamu, Yuda!" Praja membentak.

"Sekarang aku tau kenapa Papa sembunyiin penyebab kematian Dewa ke aku. Karena penyebabnya adalah Papa sendiri. Papa sibuk meeting sama wanita sialan itu tanpa mempedulikan kondisi Dewa dan Mama yang gak baik-baik aja. Dan Papa takut kalau kasih tau penyebab kematian Dewa ke aku, aku gak akan nurutin kemauan Papa untuk meneruskan Perusahaan ini. KARENA PAPA UDAH BUNUH DEWA!!!" teriak Yuda.

Plak!!!

Praja dengan cepat menampar pipi sang anak ketika sudah berdiri di hadapan Yuda. Praja semakin geram ketika melihat Yuda tertawa sambil memegang bekas tamparan di pipinya.

"Tampar aja aku lagi, Pa. Toh Papa gak peduli kan sama aku sedari dulu. Papa hanya peduli sama harta dan jiwa Papa yang sakit itu sampe Papa ngebiarin Dewa meninggal," tutur Yuda seakan belum puas untuk melampiaskan semua kekesalan pada Praja.

FAYUDA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang