[5] Keyakinan

166 85 13
                                        

Guys, tetap jaga kesehatan yah. Akhir-akhir ini COVID-19 meresahkan banget. Aku harap kalian happy terus.

Seperti biasa, jangan lupa vote dan komentar yang banyak yah. Aku sayang kalian💜

So, happy reading✨

🌷🌷🌷

Deretan angka-angka yang sedang dijelaskan oleh guru Matematika tidak menarik perhatian Clara, Farah dan Rakha. Clara dan Rakha sedang asik bermain kertas batu gunting dimana yang kalah akan dijitak oleh yang menang, cekikikan mereka untungnya tidak terdengar ke depan karena mereka sengaja berpindah posisi duduk guna menghindari pelajaran yang membuat otak pusing itu.

Jari-jari tangan kanan Farah sibuk memainkan pulpen tanpa berniat untuk menorehkan tinta ke buku yang sudah terbuka dihadapannya. Dia sengaja tidak ikut pindah posisi duduk kebelakang karena memang dia tidak ingin.

Ingatan Farah berkelana ke kejadian semalam dimana Yuda mengantarnya pulang dan menyampirkan jaketnya ke tubuh Farah. Selama perjalanan, mereka banyak mengobrol meskipun Yuda yang lebih mendominasi. Farah sempat berfikir kalau Yuda memang orang lain, bukan dia.

Otak Farah tiba-tiba teringat pesan yang dikirimkan oleh orang misterius semalam sebelum dia pergi keluar rumah. Saat Yuda pulang setelah mengantarkannya, Farah tidak melihat tanda-tanda orang misterius itu memberikannya hadiah seperti biasa.

Apa orang itu lupa?

Farah menolehkan wajahnya ke arah Yuda yang ternyata laki-laki itu tengah menatapnya. Dengan gerakan refleks, Yuda memalingkan tatapannya ke depan setelah berdehem karena gugup. Farah terkekeh sebentar, setelah itu dia fokus ke pelajaran matematika yang lima belas menit lagi akan selesai.

***

Diruang TV milik keluarga Pradipta, Bima sedang duduk disofa bersama kedua orang tuanya, Bayu dan Lisa. Ayahnya itu sepertinya akan pergi ke kantor agak terlambat karena dilihat dari tadi Bayu hanya diam menatap televisi yang menampilkan acara hiburan sambil tangan kirinya merangkul bahu Lisa dengan seragam kantor yang sudah melekat ditubuhnya.

Bima berdehem dan merubah posisi duduknya menjadi menghadap Bayu dan Lisa. "Bima mau ngomong sama Ayah dan Bunda."

Seakan mengerti anaknya ingin berbicara serius, Lisa menekan tombol off remote kearah TV.

"Bicara apa?" tanya Bayu.

"Waktu aku jemput Farah pulang sekolah kemarin, Farah ngomong sesuatu ke aku Yah, Bun." Bima menghela nafas berat dan melanjutkan, "Dia..."

Bayu dan Lisa diam untuk mendengarkan ucapan Bima selanjutnya.

"APA?!"

Bayu dan Lisa menegakkan tubuhnya dan menatap Bima tak percaya setelah anak pertamanya itu selesai bercerita.

Bima mengangguk dan berbicara, "Makanya aku pengen Ayah mastiin. Kasian Farah Yah, Bun. Aku gak mau Farah kayak dulu lagi setelah kejadian waktu itu."

"Ayah berangkat ke kantor sekarang sembari memastikan," ujar Bayu seraya bangkit. Setelah berpamitan ke Lisa dan anak pertamanya, Bayu melangkahkan kakinya tergesa-gesa menuju garasi mobil diantar oleh Lisa.

"Hati-hati, Mas."

Bayu hanya mengangguk dan tersenyum menyembunyikan gurat kekhawatiran diwajahnya yang sudah tidak muda lagi. Setelah itu, mobilnya membawa dia menuju perusahaan Pradipta Group.

***

Saat pulang Sekolah setelah mendaftarkan diri untuk acara Pentas Seni bulan depan, Farah berjalan bersama Clara dan Rakha menuju Gerbang depan.

FAYUDA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang