Seperti biasa, jangan lupa vote dan komentar yang banyak yah. Aku sayang kalian💜
So, happy reading✨
🌷🌷🌷
Kejadian di ruang seni membuat seisi Sekolah dilarang untuk masuk ke ruangan itu untuk beberapa hari yang belum dipastikan. Penyebab kejadian itu sedang diselidiki oleh pihak Sekolah dan Yuda langsung dilarikan ke Rumah Sakit terdekat ditemani oleh Pak Bagas yang disusul oleh Farah, Rakha dan Clara. Pak Bagas menunggu di kursi depan ruangan Yuda sedangkan Farah beserta dua temannya pergi ke kantin.
"Coba lo cek," ujar Rakha setelah menyimpan kotak hitam di atas meja kantin Rumah Sakit. Sedangkan yang diajak bicara hanya diam menatap kotak hitam itu.
"Tadi waktu gue ambil tas lo di kelas, gue nemu itu di atas meja lo. Isinya sama, cuma ada satu yang beda. Di atas tumpukan biasanya, ada satu kertas yang pastinya buat lo. Gue enggak ada niatan buat buka tadi, takutnya itu khusus buat lo," ucap Clara panjang lebar.
"Bukain," jawab Farah dengan lesu.
Clara menatap Rakha yang menghela nafas dengan kasar lalu membuka kertas yang ada di dalam kertas. Clara pun ikut mengintip apa isinya. Setelah dibuka, Rakha langsung menyimpan kertas yang sudah terbuka di depan Farah.
"Sialan!"
Umpatan Rakha membuat Farah langsung menatap tajam kertas itu yang isinya adalah foto Yuda yang sedang main gitar di ruang seni sebelum kejadian tadi dan tulisan 'Halo, Yuda!' di bawah fotonya.
"Gue liat orang itu di ruang seni tadi. Dia yang udah nusuk Yuda," ucap Farah lemah.
"Kita tau. Kita juga liat tadi waktu orang itu natap lo."
Farah mengangguk setelah mendengar jawaban Clara. Setelahnya, mereka bertiga langsung pergi ke ruangan Yuda. Kotak hitam tadi langsung dimasukkan Farah ke tasnya. Sedangkan di depan ruangan Yuda, terlihat persepsi pria tegap sedang menatap Farah tajam seperti menusuk.
"Ikut saya!"
Belum sempat sampai di depan ruangan Yuda, Farah langsung pergi mengikuti Praja meninggalkan kedua temannya yang terlihat cemas. Farah melarang Clara dan Rakha yang ingin mengikutinya sembari memberikan senyuman meyakinkan hingga kedua temannya itu menurut. Sesampainya di ujung lorong yang tidak banyak orang berlalu lalang, Praja langsung menatap Farah hingga yang ditatap hanya diam menunduk.
"Apa yang kamu lakukan pada anak saya?"
Farah diam.
"Kenapa kamu melukai anak saya lagi? Setelah kehilangan Dewa, harapan saya satu-satunya adalah Yuda. Apa kamu belum puas menghancurkan keluarga saya?"
Farah masih diam sambil menahan air mata yang tidak bisa diajak kerja sama.
"Bahkan setelah kamu menyakiti Dewa dan membuat dia pergi dari dunia ini, kamu masih bisa bersenang-senang? Dan setelah itu kamu menyakiti Yuda? Orang macam apa kamu ini?"
Bahu Farah bergetar karena air matanya sudah keluar sedikit demi sedikit.
"Apa kamu mau membuat Yuda bernasib sama kayak Dewa? Iyah? Dan setelah itu kamu kembali bersenang-senang lalu kamu mencari korban lain dari keluarga saya? Kamu mau menyakiti Arka setelah Yuda? Iyah?"
"Om!!!"
Dengan berani, Farah menatap Praja dengan mata yang berkilat marah.
"Saya memang bersalah sebelumya Om dan saya mengaku salah. Tapi apa Om lupa? Salah satu penyebab Dewa pergi itu karena Om yang tidak mengkhawatirkan Dewa. Kalau saja Om mengijinkan dokter dengan segera untuk melakukan operasi kepada Dewa, mungkin Dewa enggak akan pergi!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FAYUDA ✔
Ficção AdolescenteBagaimana bisa seseorang yang telah mati kembali menampakkan diri dalam kondisi baik-baik saja? Konyol, bukan? Namun itulah yang dialami oleh Elfarah Pradipta. Pertemuan pertama Farah dengan seorang pria bernama lengkap Yudhistira Abigail mampu mem...