[12] Danau

103 60 10
                                    

Seperti biasa, jangan lupa vote dan komentar yang banyak yah. Aku sayang kalian💜

So, happy reading✨

🌷🌷🌷

Farah dan Bima keluar dari mobil ketika mobil itu sudah terparkir di bawah sebuah bukit. Bukit itu tidak terlalu tinggi, hanya butuh sekitar 15 menit berjalan kaki untuk sampai di puncak.

Setelah menetralkan diri, Bima mulai berjalan beriringan bersama Farah. Menolak awalnya karena sekarang sudah pukul 8 malam, tapi ketika adiknya sudah merengek Bima tidak bisa menolak. Oh ayolah, Bima sangat menyayangi adiknya itu.

"Lo yakin?" tanya Bima kepada Farah walaupun sudah tidak berguna lagi karena tinggal beberapa meter mereka sampai di tempat tujuan.

Sudah diduga, sang Adik tidak menjawab pertanyaan sang Kakak. Bima hanya menghela nafas sampai akhirnya dia bernafas lega ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. Bima tidak tahu apa nama tempat ini, tapi Bima pernah sekali ke sini ketika menjemput Farah waktu adiknya itu masih kelas sepuluh SMA. Dan Bima menyangka kalau ini adalah tempat bermain Farah bersama sahabatnya, dulu.

Farah berjalan menuju satu-satunya pohon yang berdiri berhadapan dengan danau. Bima mengikuti Farah dan duduk di bawah pohon itu. Farah meluruskan kedua kaki sambil badannya menyender di pohon dengan kepala ditempatkan dibahu kanan Bima karena Bima sama posisinya seperti dia.

Farah menghela nafas sambil tersenyum kecut menatap danau itu. Matanya mulai berkaca-kaca sedangkan tangan kirinya berada di genggaman Bima.

"Gue kangen mereka, Kak," ucap Farah pelan dengan suara yang sedikit parau.

Bima berdehem menanggapi ucapan sang Adik lalu berujar, "Gue tau."

Farah terisak lalu tiba-tiba kedua tangannya mulai gelisah, Bima yang sadar akan hal itu langsung menggenggam kedua tangan adiknya lalu mengelusnya guna menenangkan. Ketika adiknya mulai tenang, Bima berujar, "Far, gue tau perasaan lo, tau banget. Tapi gue mau kasih tau lo satu hal."

Farah menatap Bima. "Apa?"

"Jangan sampai kita terjebak sama masa lalu, karena sekali kita terjebak kita akan susah mencari jalan keluar. Masa lalu boleh dilupakan, tapi tanpa masa lalu kita tidak akan hidup. Kita harus mengikhlaskan masa lalu dan fokus sama tujuan hidup kita."

Farah kembali menatap ke danau. "Susah, sangat susah."

"Kalaupun susah, kita pasti bisa lambat laun mengikhlaskan masa lalu dengan cara belajar. Kalau kita tidak belajar, kita tidak akan bisa."

Bima tersenyum lalu kembali berujar, "Lo itu Adik kesayangan gue, gue gak mau lo hidup di masa lalu karena kita hidup dimasa sekarang."

Farah hanya diam tidak menanggapi, dia masih menatap danau yang terlihat sangat indah karena terdapat pantulan sinar bulan dan bintang. Farah tersenyum ketika dia melihat bayangan empat orang di pinggir danau sedang bercanda gurau sambil memegang kembang api di setiap tangan empat orang itu.

***

31 Desember 2018

Ada empat anak manusia sedang berjalan menuju sebuah puncak bukit pada pukul sebelas malam, mereka terdiri dari dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Jangan tanyakan apakah mereka takut atau tidak pergi ke bukit malam-malam, karena mereka tidak ada rasa takut dalam menghadapi apapun.

Mereka terus tertawa walaupun ada salah satu di antara mereka yang sering terpeleset karena kurang keseimbangan. Ketika sampai di atas bukit, mereka langsung menyibukkan diri dengan tugas masing-masing yang telah direncanakan sebelumnya.

FAYUDA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang