17. IBC

17.8K 1.6K 4
                                        

Happy reading ❣️

Gisel duduk di kantin bersama Mega seperti biasa. Mereka makan siang dengan canda dan bergosip riang, lebih tepatnya Mega yang bergosip dan Gisel hanya mendengarnya sesekali menanggapi.

"Oh ya gue mau kasih undangan pernikaham gue nih buat minggu depan. " Sodor Gisel memberikan undangan berwarna emas itu.

Bruur

Mega langsung menyemburkan es teh yang belum tertelan saking terkejutnya megenai wajah Gisel.  Sontak saja Gisel langsung sebal mendapat serangan mendadak dari sahabatnya itu.

"Ihh,  lo kok main sembur aja sih!  Mana di muka gue lagi. " kesalnya sambil mengusap  wajahnya dengan tissu jangan lupakan mata Gisel yang mendelik kesal menatap Mwga.

Mega nyengir tanpa dosa,  "Yee,  sorry habis bercandaan lo ga lucu.  Njirrr! Lo dijodohin aja kabur lah ini masa mingdep tiba-tiba mau nikah! " ucapnya tak percaya.

Pada akhirnya Mega membuka surat undangan tersebut dan matanya langsung melotot menatap undangan dan Gisel secara bergantian. Nyaris saja Mega menjerit saking syoknya tapi beruntung Gisel dapat membekap mulut lemes sahabatnya itu.

"Jangan teriak-teriak. Gue ga mau ada kegemparan di sini.  Awas aja lo! " ancam Gisel mendapat cengiran.

"Sumpah lo demi sempaknya kolor ijo. Lo beneran ini mau nikah sama pak Bos. Kok lo ga pernah cerita ke gue pendekatan kalian. Tahu-tahu langsung merried aja.  Gilaaa! " ucapnya penuh penekanan menahan agar tidak histeris.

Ayolah Mega tahu sahabatnya ini anti-nikah.  Orang sudah dijodohin berkali-kali aja selalu gagal dan banyak macam alasannya untuk menggagalkan perjodohan itu.  Dimulai dari pura-pura gila,  pura-pura hamil, bersikap jelek apapun itu hingga membuat orang menjadi ilfil dan yang terakhir mengaku suka memiliki anak dan suami.  Bukankah hal tersebut sangat gila?!  Saking tidak mau dijodohkannya tapi sekarang malah nyebar undangan.

"Kalo dijelasin ga akan selesai soalnya panjang banget dan gue males jelasinnya ke elo." ucap Gisel dengan malas menyentak Mega dari pikirannya.

"Heleh,  lo mah gitu! "

......

Malamnya Gisel pulang ke rumahnya Tante Amara calon mertuanya yang sangat baik,  karena selama dua hari bersama nenek dan kakeknya.

"My,  my.  Omy. " celetuk Rion merentangkan tangannya minta digendong. Gisel pun menggendong baby kesayangannya itu dan menyalim tangan calon mertuanya itu.

"Uh,  baby boy tadi main apa sama nenek?" tanya Gisel sebari mwncium pipi chubby yang selalu membuatnya gemas.

"Bil,  bil.  (mobil)" balasnya dengan lucu.

"Ga mau cium daddy nih. " ucap Radit ke Rion. Rion merentangkan tangan dan langsung mencium pipi Radit saat Radit mendekat membuat Radit tersenyum lebar.

Mereka pun akhirnya duduk bersama dan berbincang ringan.  "Oh ya Ma,  Mas.  Lalu bagaimana dengan keluarganya Mbak Sarah mereka sudah tahu mengenai Will apa belum? " tanya Gisel penasaran.

"Mereka sudah tahu mengenai Rion yang telah ditemukan. Untuk pernikahan kita Mas belum menberitahukannya. " jawabnya.

Gisel mengangguk,  "Kalau gitu pas hari pekan saja kita ke rumah orang tuanya Mbak Sarah, Mas.  Bagaimanapun mereka juga harus tahu mereka juga keluarganya Will. "

"Iya, pekan nanti kita ke sana. " ucap Radit dengan malas membuat aku heran.  Memangnya apa yang terjadi kok Radit terlihat tidak terlalu suka begitu. Tapi ya sudahlah!

Malamnya Gisel menginap di rumah Radit,  ia itawari untuk tidur di kamar Radit namun Gisel menolak memilih tidur di kamar tamu dengan dalih belum sah.

"Baby,  mau ikut tidur sama Mommy apa sama Daddy? " tanya Gisel pada batita berumur satu tahun lebih itu.

"My,  my,  omy. " jawabnya dengan suara khas bayi.

"Ya udah yuk.  Rasain Daddy tidur sendiri wlee. " ejek Gisel memeletkan lidah membuat tawa Radit terbit di wajahnya.  Untuk sesaat Gisel terpaku mendengar tawa indah yang belum pernah ia dengar itu.

"Hayoo,  terpesona yaa. " goda Radit membuat pipi Gisel bersemu dan langsung berbalik pergi diiringi tawa Radit yang semakin menggelegar.

Damar dan Amara yang melihatnya dari jauh tersenyum bahagia mendengar tawa yang mereka rindukan.  Sejak menikah dengan Sarah dan memiliki Rion tak pernah mereka mendengar Tawa lepas seperti itu,  biasanya kalaupun tertawa hanya tawa kecil saja. Damar langsung mendekap istrinya dan mencium pelipis Amara sembari mengucapkan doa untuk kebahagiaan anaknya.

"Semoga Radit bahagia Mah. " ucapnya.

"Semoga Gisel bisa membuat Radit menjafi seperti dulu,  Radit yang hangat.  Mama bahagia melihatnya,  Pah. " ucapnya penuh haru.

Rion tidur dipelukan Gisel, Radit tersenyum bahagia melihatnya. Ia langsung mencium Rion dan mengecup dahi Gisel lama.

"Aku mencintaimu,  Sel. " bisiknya yang tak terdengar karena Gisel sudah terlelap dengan nyenyak.

Setelah Radit memfoto diam-diam kebersamaan Gisel dan Rion.  Segera ia keluar dari kamar tersebut menuju kamarnya sendiri dengan senyum mengembang yang tak luntur sedari tadi.

Semoga sukaa
Jangan lupa vote dan comentnya.
Ily sebanyak-banyaknya buat readers 💞💞❤❤

I BECOME MOM [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang