13. IBC

20K 1.9K 18
                                    

Happy reading

"Gisel!" panggil Mega  mendekat. Gisel mengernyit heran tatkala melihat Mega yang cengengesan dan senyum-senyum sendiri.

"Lo masih waraskan ?" tanya Gisel langsung membuat senyum Mega luntur.
"Lo kok gitu sih!" sebalnya.

Gisel menggedikkan bahu, lalu meneruskan perjalanannya menuju ruangannya. "Habisnya lo hari ini aneh banget tahu! Baru dapet cowok baru ya?" tebaknya asal.

Gisel tersentak kaget ketika mendengar teriakan antusias Mega, "Gue mau ngucapin makasih banget sama lo. Akhirnya gue sama Bang Adi deket ada lampu ijonya. Hehe." ucapnya dengan hati yang gembira.

"Wah, alhamdulillah. Gue ikut seneng dengernya. Moga aja lo langgeng sama dia haha." ujar Gisel.

"Makasih banyak, ini semua karena lo juga. Ntar gue traktir deh buat PJ jadian gue." tawarnya yang mendapat acungan jempol dari Gisel.

Beberapa waktu lalu Gisel mengenalkan Bang Adi dengan Mega. Siapa tahu bisa membuat Bang Adi pindah haluan dari Gisel ke Mega. Karena bagaimanapun Gisel tak menyimpan perasaan lebih kepada Adi selain perteman.

....

Sore hari itu, Gisel mendapat telepon dari Mami, mengatakan bahwa Baby Will sakit membuatnya panik seketika. Pada akhirnya segera meminta izin pulang terlebih dulu pada Mbak Luna.

"Mbak Luna. Saya ijin pulang lebih awal ya, anak saya sedang sakit saat ini. Jadi saya harus pulang lebih awal." ijinnya.

"Loh kamu sudah punya anak, Sel?" tanya Mbak Luna terkejut.

"Iya Mbak." jawab Gisel. Mbak Luna yang paham pun mengizinkannya lagipula saat ini memang mendekati waktu pulang kerja.

Gisel merapikan pekerjaan dan langsung menyambar tasnya dan ia pun segera meninggalkan kantor. Tak lupa ia memesan taxi online karena mobilnya masih dibengkel dan belum ia ambil.

Ia berlari  segera menuju ke parkiran namun sayang saat dilobi ia bertabrakan dengan pak bosnya yang terlihat berjalan cepat. Gisel rasa dengan ia sedang akan mengikuti rapat karena dibelakangnya diikuti oleh para investor.

"Maaf, Pak. Maaf saya tidak sengaja. Kalau begitu saya permisi dulu." ujarnya dengan mata berkaca.

"Iya tidak apa-apa. Kamu kenapa?" tanyanya masih menampilkan wajah datar andalannya, namun hatinya merasa khawatir melihat Gisel yang terlihat panik dan hampir menangis.

"Saya mau izin buat ke rumah sakit. Anak saya sedang sakit, Pak." jawabnya dengan suara bergetar. Gisel takut kalau terjadi apa-apa dengan Will, mengingat dulu Wil Gisel temukan dalam keadaan tak baik-baik saja.

Radit segera memberi kode pada Leo untuk mengambil alih. Leo mengangguk menyanggupi, setelahnya Radit langsung menyusul Gisel yang telah berjalan dengan tergesa.

Radit mencekal tangan Gisel dan membawanya ke mobilnya. Terlihat Gisel yang terkejut namun tetap mengikuti Radit.

"Biar saya antar." jawabnya.

Gisel mengangguk dan mencancel taxi online yang dipesannya. Mobil hitam milik Radit berjalan membelah jalanan dengan kecepatan cukup tinggi. Gisel sudah menangis ia tak bisa menahan rasa takutnya.

"Kenapa kamu begitu khawatirnya Sel, padahal dia bukan anak kandungmu?" tanyanya penasaran sembari menenangkan.

"Bersabarlah bentar lagi kita sampai." sambungnya.

" Saya hiks saya bertemu dengan Wil adalah sebuah keajaiban. Saya, saya takut Wil kenapa-kenapa bahkan saya sudah menyayanginya sangat sayang. Apalagi saat menemukan Wil, Wil harus kehilangan Bundanya karena kecelakaan. Bagaimana tidak sayang selain Wil memberi warna dalam hidupku juga Wil membantu saya lepas dari jerat perjodohan yang tak saya inginkan." jelasnya di sela tangisnya.

Radit mengelus lembut rambut Gisel karena ia tak tahu bagaimana cara menenangkan seorang gadis. Setelahnya mereka sampai dan langsung menanyakan keberadaan Will kepada resepsionis.

"Maaf, Sus. Dimana anak saya sus, William Stevano? " tanya Gisel.

Suster bagian resepsionis pun mengecek nama tersebut. "Anak Ibu ada di bangsal Anak ruang anggrek Bu." jawabnya.

"Terima kasih, Sus." Ia pun segera menuju bangsal anak. Terlihat di sana Mami yang terlihat resah dan langsung memeluk Gisel.

"Gimana keadaan Will, Mi? Will ga papakan?" tanyanya.

"Tenang ya, Wil sedang ditangani Dokter, dia sudah tidak apa-apa." ucap Mama menenangkan.

"Itu siapa yang sama kamu?" tanya Kevin yang melihat Radit di sana. Ia terlihat tidak asing tapi Kevin tidak yakin akan tebakannya.

Gisel menghapus air matanya, lalu mengenalkan Radit pada keluarganya. " Oh ya, Pak. Kenalin ini Mama saya Mama Lina, dan pria itu kakak saya namanya Kevin. Kenalin Ma, Bang. Yang bersama Gisel adalah bos di perusahaan tempat Gisel magang. Namanya Pak Radit, dia pemilik perusahaan tersebut."

Mereka pun langsung berkenalan. Dan terlihat langsung akrab. Kevin berbisik pada Gisel untuk menghibur adiknya itu dengan cara menggodanya.

"Dek. Apakah dia pria yang jadi kandidat calon ayahnya Wil?" bisiknya namun terdengar agak keras, Kevin langsung saja meringis mendapat sikutan di perutnya.

"Apaan sih lo bang? Lo gila!" balasnya sengit. Benar saja kan Gisel tidak nampak terlalu sedih malah ia kesal.

" Dia ga kelihatan kaya Om-Om kok Dek, dia cocok jadi ayahnya Wil, Abang setuju." godanya lagi mendapat balasan maut Gisel dengan menginjak kakinya membuat Kevin mengerang kesakitan.

Tentu saja hal itu tak lepas dari mata tajam Radit, dan bisikan kakak beradik itu. Radit tersenyum kecil melihat interaksi keduanya.

Tak lama  Dokter yang menangani  Wil keluar, dia menanyakan apakah ada dari anggota keluarga yang memiliki darah O- karena darah golangan tersebut langka. Gisel kembali menangis mendengar hal tersebut karena keluarga bergolongan darah O+, mama O+, Papa AB, dan Abang AB.

Ia langsung luruh ke lantai dan terbenam di pelukan Abang. "Dok, cari sesegera mungkin Dok. Saya tak peduli dengan apapun yang penting ponakan saya selamat." ujar Kevin dan setelahnya kembali menenangkan Gisel.

"Saya bergolongan darah O-, Dok. Ambil darah saya saja." ujar Radit, Dokter mengangguk.

"Silahkan ikuti saya, Pak."

Gisel menatapnya dengan sorot terima kasih, Radit hanya mengangguk dan mengikuti dokter.

Gisel tersenyum mendapati Wil sudah tidak apa-apa namun tetap saja harus di rawat inap. Di sana masih berdiri Keluarga Gisel dan Radit.

"Ma, sebenarnya apa yang terjadi dengan Wil, Ma kok bisa sampai begini?" tanya Gisel.

"Mama juga ga tahu, kejadiannya begitu cepat. Saat itu Mama ada di taman dengan Wil dan Mbok Mi. Tiba-tiba ada orang yang tak di kenal ingin merebut Wil. Mama dan Mbok Mi terkejut, karena itu kami bertengkar ketika ada salah satu mobil yang ingin menabrak Wil, dan mobil tersebut menyrempet Mbok Mi dan menyelamatkan Wil, sedang Wil seperti yang kamu lihat dia terluka, Mbok Mi juga terluka yang di rawat di ruang Melati." jelas Mama dengan sedih.

"Ya Allah, Ma. Mama dan Mbok Mi gapapa kan?Jangan-jangan ini semua ulah orang yang ngejar-ngejar Mbak Sabrina Ma?" ujarnya sambil berpikir.

Sorot mata Radit berubah mendingin saat mendengar bahwa ada yang dengan sengaja mengincar anaknya. Namun, ia tetap berusaha tenang di depan keluarga Gisel, walaupun amarah menggebu dihatinya.

"Sabrina?" tanya Radit.

Gisel mengangguk dan menjelaskan siapa yang ia maksud dengan Sabrina.
"Sebenarnya Sabrina itu nama yang saya beri buat Bundanya Wil, karena saya tidak tahu namanya. Waktu itu, sebelum dia meminta saya untuk menjaga dan membawa Wil saya melihat ada orang yang mengejar-ngejar dia hingga ia tetkena tabrak lari. Sampai saat ini saya tidak tahu bagaimana keadaanya. Karena setelah menelpon ambulan saya langsung lari membawa Wil, saya merasa bersalah karena tidak bisa membawanya." jelasnya sembari menangis, kejadian tragis itu berulang di memorinya karena itu ia takut dengan darah.

Radit mengepalkan tangannya erat. Tangisan Wil mengalihkan suasan tegang di ruangan itu.

Semoga sukaa...
Jan lupa vote dan comentnya

I BECOME MOM [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang