Mereka berada di warung yang menjual pisang keju. Radit berkoordinasi dengan penjual bahwa dia akan menggoreng untuk istrinya yang tengah mengidam. Penjual pisang keju di sana pun mengarahkan Radit membuat pisang keju.Gisel duduk di kursi dan menatap suaminya yang tengah menuruti ngidam Gisel dengan senyum mengembang lebar.
Radit melepaskan jaketnya menyisakan kaus putih melekat pada tubuhnya yang sexy. Gisel semakin tersenyum lebar melihat suaminya yang tampan itu. Seketika senyumnya luntur ketika melihat para pembeli wanita menatap suaminya dengan senyum-senyum sendiri membuat Gisel berpikiran bahwa suaminya tebar pesona.
"Dih, dasar cewek-cewek kurang belaian." sinisnya dan kemudian cemberut menatap kesal suaminya yang tengah menggoreng pisang.
Gisel mengelus perutnya yang membuncit, berdoa dalam hati. "Semoga kamu tidak sepergti Daddymu yang menyebalkan. Di mana-mana ada lalat lalat menjijikan yang selalu mengerubungi Daddymu."
"Sayang nih pisang kejunya sudah selesai. Silahkan menikmati istriku yang cantik." ujar Radit duduk di samping Gisel sembari mengelus rambutnya dengan lembut.
Mood Gisel berubah menjadi baik ketika suaminya memanjakannnya. Ia tidak mengizinkan suaminya di goda orang lain. Apalagi melihat orang-orang menatapnya iri semakin membuat Gisel senang. Ya! Suaminya hanya miliknya.
"Makasih suamiku tercinta~" ujarnya dengan mendayu membuat Radit semakin berbunga dalam hatinya.
Gisel membuka mulutnya menerima suapan pisang keju setelah ditiup oleh suaminya agar tidak terlalu panas. Senyum Gisel semakin melebar sebagai hadiah Gisel mencium pipi Radit dengan singkat dan mengajaknya pulang.
"Makasih sayang."
Di dalam mobil Radit menggoda istrinya, sembari memajukan wajahnya. "Pipinya aja nih? Masa bibirnya Mas ga juga."
Gisel mencebik malu, "Ish apaan sih Mas."
"Hadiahnya lagi dong. Sini di bibir." ujarnya menggoda dengan menunjuk bibirnya.
"Ga mau. Malu ..." ujar Gisel sembari menutup wajahnya. Dengan tawa kecil Radit menurunkan tangan yang menutupi wajahnya Gisel. "Kenapa malu. Tadi di depan umum aja berani cium pipi Mas."
"Itu kan gara-gara ada yang cewek cewek yang merhatiin Mas. Aku ga mau kalo Mas kegoda sama yang lain." elaknya. Radit tertawa berhasil menggodanya. "Cemburu nih ye~." ledeknya.
Kesal mendengar tawanya. Gisel langsung mencium bibirnya dan itu berhasil membuat Radit terkejut, langsung saja Radit tersenyum dan menahan tengkuk istrinya yang ingin mundur. Oh dia tidak akan membiarkannya!
Radit melumat bibir manis itu dengan lembut. Sebuah candu saat bersama Gisel, manis alami yang membawanya terbang.
Setelah beberapa menit ia melepaskannya dan mengusap bibir yang merekah basah itu.Wajah Gisel merona malu, dan merah sekali. Radit tersenyum, mengecup lembut kening istrinya. "Ayo kita pulang." ujarnya dibalas anggukan Gisel.
.....
Laras duduk termenung di dalam ruangannya. Ia tidak peduli dengan apa yang terjadi nantinya. Yang pasti kini ia tengah menyusun rencana untuk menjadikan Radit sebagai miliknya. Entah bagaimanapun caranya.
Miss G? Ia tak peduli. Yang ia pedulikan adalah dia bisa mendapatkan Radit. Bahkan ia pun harus bersaing lagi. Dulu kakaknya, sekarang Gisel dan satu lagi Miss G! Huh dia tak peduli.
Loka? Jangankan dia. Laras sendiri sudah sangat membencinya. Ia membenci Loka sampai ke tulang.
Dia menyeringai di depan cermin menampakkan sosoknya yang menyeringai dingin. "Aku pasti mendapatkanmu sebentar lagi Radit."
Kebetulan minggu depan akan ada reunian dari sekolah. Radit merupakan kakak kelasnya dulu. Yang pasti kemungkinan dia akan datang hari itu. Kalaupun tidak ia harus mencari cara agar dia bisa memancing Radit agar menghadiri reunian yang dilakukan dua tahun sekali.
Laras mendial nomor salah satu kakak kelasnya dulu, "Halo Reldi. Apakah kau datang di acara reunian minggu depan?"
"Heem, datang. Memangnya kenapa?" tanya Reldi to the point.
"Bisakah kau juga mengundang Radit, temanmu itu?" tanyanya.
"Entahlah, dia orangnya susah kalau di ajak kumpul begituan."
"Kalau begitu, aku mau kamu bujuk dia ya. Kan hari Sabtu dia akan berulang tahun sekalian kita buat kejutan untuk dia." ujar Laras.
"Wah, kau benar sekali. Oke aku akan bujuk dia. Semoga saja dia mau datang." balas Reldi tanpa curiga.
Hari ini segini dulu ya. Jujur otak author lagi mentok hehe. Semoga memuaskan buat kalian yaaa.... Ini mendekati konflik benar benar konflik puncak hehe. Selamat menikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECOME MOM [ On Going]
Literatura FemininaGisella Gabriola. Menjadi ibu merupakan hal yang diingin setiap wanita. Tak terkecuali oleh Gabril. Iapun suatu saat ingin menjadi seorang ibu. Namun yang membuatnya gila ia menemukan bayi mungil di pinggir jalan yang sepi saat malam selesai dari l...