8. Bertemu Kembali Part. 2

23.4K 2.2K 20
                                    


Cerita ini hanyalah fiksi semata. Kalau ada yang terasa di luar nalar. Maklumin saja, karena dunia realita tak seindah dunia kehaluan saya.

So, happy reading

G
isel kembali menuju ruang kerjanya yang dekat dengan Mbak Luna. Setelah bebera saat yang lalu keluar dari ruangan big bos. Gisel sempat berpikir, apakah mereka pernah bertemu? Tapi rasanya tidak, Gisel menggendikkan bahu tidak peduli karena ia terbilang orang yang susah menghapal wajah. Jadi, dia tak memikirkan hal tersebut.

"Gimana Sel, udah diterima sama big bos?" tanya Mbak Luna.

"Sudah kok Mbak. Saya letakkan dimejanya sesuai perintah big bos. " jawab Gisel. Mbak Luna menatap Gisel dari atas ke bawah, memerhatikan wajahnya yang terlihat tenang dan santai membuat Mbak Luna sedikit heran.

"Kamu ga diapa-apain atau diomelin begitukan?" tanya Mbak Luna. Gisel menggeleng bahkan sang bos malah terlihat ramah waktu itu.

"Engga kok Mba. Big bos biasa saja. Malah big bos terkesan ramah." jawab Gisel apa adanya.

Mbak Luna terkejut selama ini big bossnya itu sangat dingin, ia sudah bekerja lama di sini bagian accounting, bahkan kesalahan sedikit saja membuatnya marah apalagi kesalahn besar membuatnya marah besar. Sudah banyak anak magang bahkan seior disini yang tak jarang keluar dari ruangan dengan wajh sembab atau takut karena kemarahan big bos. Bahkan sering ada pekerja yang tak kuat lantaran kena omelan dari big boss membuat mereka rigsain. Walaupun gaji yang diterima di sini terbilang besar. Terlebih setelah beberapa bulan lalu istrinya dikabarkan telah meninggal membuatnya menjadi sosok yang makin tak tersentuh.

" Ya udah ga papa. Kamu teruskan pekerjaan kamu ya." ucap Mbak Luna.

....

Waktu istirahat kini Gisel pergi ke kantin kantor untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Ia pun bersama Mega makan di kantin yang ramai oleh pembeli itu. Ada juga beberapa orang yang lebih memilih delivery atau membawa bekal sendiri karena malas mengantri.

Di depannya tersaji dua soto dan es teh. Mereka pun memakan makanan dengan khidmat terkadang juga diselingi percakapan ringan.

"Gimana tadi Sel hari pertama lo magang?" tanya Mega setelah menelan makanannya dan menatap Gisel.

"Lancar kok. Malah masih dibilang mudah dan ringan karena baru mengimput data gitu. Apalagi Mbak Luna Supervisor gue baik banget orangnya." jawab Gisel.

"Lo sendiri gimana, enak dong dipemasaran nawar-nawarin kek jadi sales gitu kan?" tanya Gisel.

"Ya ga gitu juga sih, Sel. Sama sih masih ringan gitu apalagi kita kan anak magang ya kali dikasih tugas yang berat. Pemasaran ga cuma jual kek sales kali tapi juga kaya menentukan target pasar, membangun sebuah media, menaikan rating dan membuat konten menarik dan masih banyak lagi sih. Apalagi ini teknologi kan makin canggih." jawab Mega. Gisel mengangguk membenarkan.

"Berarti enak dong tidak hanya berurusan dengan angka. Lah gue yang dilihat angka-angka. Sampe mau muntah angka." curhatnya kesal.

"Lah mending dong dapet supervisor sama temen yang nyenengin baik lagi. Gue dapet supervisornya super sensian, dikit-dikit ini, dikit-dikit itu. Mana sukanya nyari kesalahan orang lagi. Kan makin nyebelin tuh." balas Mega dengan menceritakan teman-teman barunya.

"Hahaha." Mereka pun tertawa bersama, menertawakan kekonyolan mereka sendiri-sendiri. Kalau dipikir memang sesuatu itu ada kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Oh ya Sel. Dari gosip yang gue denger, big bos kita itu ganteng dan keren banget tapi sayangnya  dingin takbtersentuh. Lo udah pernah ketemu gitu sama big boss?" tanya Mega yang penasaran.

"Udah kok tadi. Tapi apa yang lo omongin salah Meg, orangnya ga sedingin itu deh menurutku."

"Loh kok bisa lo ketemu?!" ucapnya terkejut disertai kekepoan Mega yang sudah menjadi ciri khasnya, yaitu anak yang selalu kepo dan penasaran. Tidak akan diam sebelum mendapatkan jawaban.

"Ya, gara-gara di surih Mbak Luna mengantar berkas ke ruangannya big bos." jawab Gisel sekenanya.

"Padahal gue juga pengen lihat big boss secara langsung dong." ucapnya.

.....

Seetlah kepergian Gisel dari ruangan kerja Radit. Radit dan Leo bertukar pandang seolah bertanya lewat pandangan mata.

"Bukankah dia orang yang menyelamatkan saya waktu itu, Leo?" tanya Radit.

"Benar, Pak. Dia yang menyelamatkan Anda. Tapi yang saya herankan mengapa di tidak mengenali Bapak?" tanyanya balik.

Mereka berdua menjadi bingung. Mengapa hal itu terjadi berbeda yang biasanya terjadi, akan selalu mengingat kejadian dan mengungkit sebagai salam kenal dan berbasa-basi.  Malah banyak yang akan sok mengenal, membuatnya muak. Namun, kali ini gadis itu terlihat berbeda dan menarik. Radit pun menarik sudut bibirnya.

"Selidiki dan cari tahu, siapa dia Leo. Setelahnya berikan kepada saya." ucapnya.

"Baik, Pak." jawab Leo dengan sopan. Setelah itu ia berlalu dan meninggalkan Radit menuju ruangannya sendiri.

Setelah sekian lama ga update. Hehe. Kali ini gue update nih wkwk. Hppy reading
Jangan lupa tekan ⭐ dan comentarnya. Follow akun author
Lai_aja

Dan ig author
Dere_Kile

❣️

I BECOME MOM [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang