Hehehe pada tegang yaaa?Laras membawanya ke sebuah kamar. Belum sempat, dia menutup kamar datanglah Loka dengan wajah datar dan dinginnya. Langsung saja dia menyeret Laras pergi. Dia benar-benar marah kali ini. Loka tidak peduli apapun dengan Radit, namun kali ini Laras benar-benar membuatnya marah. Karena dia tahu apa yang diotak Laras. Dia tidak akan rela bahwa anaknya, akan dijadikan korban untuk menarik Radit.
Bayi dikandungan Laras hanya miliknya! Anaknya!
Ponsel Radit berdering. Pelayan hotel yang mendengarnya pun mengangkatnya setelah terdiam ketika melihat pertengkaran Laras dan Loka. Pada akhirnya, dia membantu Radit.
"Halo. Dengan siapa ini?"
"Bos, lo di mana? Istri lo khawatir di rumah karena nunggu lo." tanya Leo.
"Ini siapa. Lo bukan bos gue?" ujar Leo ketika mendengarnya.
"Maaf, saya Juned. Pelayan hotel Guardians. Sepertinya Bos Anda terlalu mabuk hingga pingsan. " ujar Juned menjelaskan hal tersebut.
"Bagaimaan bisa? Jelaskan apa yang terjadi!." tegas Leo ketus karena marah. Dia curiga, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Emm, tadi ada seorang wanita yang memesan satu kamar, yang mengaku istrinya. Namun, sekarang telah pergi bersama seorang pria setelah lertengkaran mereka." jelasnya setelah sedikit ragu tadi.
"Jaga bos saya. Lima belas menit lagi saya sampai."
"Baik, Tuan."
....
Pada akhirnya Leo sampai di Hotel Guardians dan langsung menghampiri Radit.
Setelah membuat sang bos sadar, ia pun membawa Radit pulang.
"Tips buat lo. Makasih sudah jaga bos gue."
"Terima kasih Tuan." ujarnya dengan senang.
Radit bersandar di kursi penumpang sembari memijit pelipisnya merasa pusing.
"Untung saja, tidak terjadi apa-apa padamu Bos. Kau tidak tahu kan kalau istrimu cemas menunggu." celetuknya.
Radit menghela napas gusar. Hatinya merasa tidak tenang. "Selidiki semua ini Le." perintahnya.
Leo tersenyum, dan menyerahkan berkas. Ya, dia memerintah Bawahannya untuk mengecek cctv sementara dia menghampiri Radit.
Radit berdecak sinis, "Lakukan sesuatu pada dia."
"Lo tahu ga, Dit?" celetuknya sudah tidak menggunakan bahasa formal lagi.
Radit mengangkat alisnya, masih dengan gaya santai. "Dari informasi yang gue dapat. Laras ini tengah hamil. Melihat semua ini, pasti lo tahu apa yang dia inginkan?"
"Ck. Sialan! Kalau sampai terjadi apalagi ini merusak rumah tanggaku. Aku tak akan biarkan dia tenang dalam hidup ini."
Mobil yang mereka kendarai telah sampai rumah. Radit memasuki ruangan yang gelap. Di sofa ada Kevin yang tertidur , hingga dia terbangun ketika mendengar suara langkah kaki.
"Baru pulang lo?!" ujar Kevin sinis karena kesal dan sedih melihat adiknya yang cemas.Bugh
Tak tanggung-tanggung Kevin memukulnya. Dia langsung menyalakan lampu. "Lo tahu ga sih?! Lihat ga gimana Gisel dan Rion mendekor semua ini. Menunggu lo dengan harapan dan memberi lo kejutan. Kenapa lo ga pulang lebih awal? Hah?! Bukannya Gisel udah mewanti-wanti lo? Nelpon semalem." ujarnya meluapkan semua emosi.
Radit tak membalas Kevin. Karena dia tahu, dia melakukan ini untuk Adiknya. Dia bisa mengerti apa yang dirasakan Kevin sebagai Abang.
"Sorry. Bener-bener ada hal yang di luar kendali. Gue mau menghampiri Gisel terlebih dahulu."ujarnya meninggalkan Kevin.Kevin yang ingin menghajarnya karena masih kesal di tahan Leo. Leo pun menjelaskan semua yang terjadi.
Kevin mengacak rambutnya dengan emosi. Dia tidak akan membiarkan orang lain menyakiti adiknya. Terus mematikan lampu lagi, dan menunggu Gisel dan Radit keluar. Yah, Radit pun tahu apa yang harus dia lakukan. Dia berpura-pura tidak tahu kalau Gisel memberikan sebuah kejutan. Bagaimanapun Kevin telah membongkarnya tadi.
Radit menciumi pipi Gisel. Membuat sang empu menggeliat merasa terganggu. "Sayang, Mas pulang."
"Mas udah pulang?" tanyanya sambil mengucek matanya sehabis bangun.
Radit mengangguk," Maaf ya pulangnya terlambat banget. Tadi ada kemacetan di dekat hotel dan mobil mas mogok."
Gisel pun mencubit pinggangnya, "Kenapa ga ngabarin? Ga telpon aku?"
Radit terkekeh, "Maaf batrenya lowbat."
"Iya deh. Di maafin, tapi jangan diulangin." ujarnya.
Gisel pun langsung memeluk suaminya itu, dan berbisik. "Selamat ulang tahun suamiku."
"Makasih sayang." ujarnya membalasnya dan tak lupa memberi kecupan bertubi-tubi pada wajahnya yang cantik itu. Membuat Gisel tertawa geli.
"Sekarang, Yuk. Lihat kejutannya." ujar Gisel antusias dan menarik Radit ke ruang tengah.
Ruangan gelap itu terlihat terang setelah lampu dinyalakan. Hanya ada mereka berdua, karena Kevin dan Leo telah pergi ke kamar tamu masing-masing tidak ingin mengganggu Radit dan Gisel.
"Kejutannya telat. Sekarang tiup lilinnya dan jangan lupa berdoa." ujarnya setalah menyalakan lilin.
Radit berdoa dan setelah itu menyalakan lilin. 'Semoga keluarga kecil kami selalu dilimpahi kebahagiaan, kelanggengan, keselamatan. Semoga di umurku semakin dewasa aku bisa menjaga malaikat-malaikatku ini, Rion, Gisel, dan Babby R. Membahagiakan mereka sesuai dengan peran dan tugasku. Dan cinta yang tak akan ada habisnya. Semoga keluarga besar dilimpahi kesehatan dan keselamatan' doanya dalam hati.
Setelah itu akhirnya memotong cake tersebut. Gisel menyuapi Radit begitupun sebaliknya hingga Radit mendekat memeluknya erat dan menciumnya dengan lembut.
"Makasih sayang. Makasih tidak akan cukup aku ucapkan. Tapi akan ku balas dengan cinta yang lebih besar. Apapun untuk membahagiakanmu."
Di sini Radit yang ulang tahun, Gisel yang menangis karena terharu. Sampai mereka akhirnya menonton video dokumentasi yang Gisel minta dari sahabatnya itu.
Mereka menikmati momen tersebut dengan bersandar di sofa dengan pelukan hangat disertai cinta dan kehangatan di hati mereka yang semakin meluap. Seolah cinta akan terus tumbuh dan tidak akan pernah habis.
Akhirnya bisa update. Hehe
Udah lunas dulu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECOME MOM [ On Going]
Chick-LitGisella Gabriola. Menjadi ibu merupakan hal yang diingin setiap wanita. Tak terkecuali oleh Gabril. Iapun suatu saat ingin menjadi seorang ibu. Namun yang membuatnya gila ia menemukan bayi mungil di pinggir jalan yang sepi saat malam selesai dari l...