20. IBC

16.5K 1.3K 3
                                        

Happy reading

Hari ini Gisel kembali seperti ke rutinitas awal,  yakni kuliah,  magang, di rumah merawat Rion dan juga suami. Statusnya kini telah berubah di mana tanggung jawabnya semakin banyak.

Dan syukurlah kini adalah hari terakhir Magang setelah satu bulan. Tentu saja hal tersebut membuat Gisel senang,  waktunya untuk bersama keluarga akan lebih banyak dari biasanya.

Seperti biasa saat ini Gisel berada di kantin kantor bersama Mega sahabatnya, namun kini ditambah dengan Mbak Luna—Senior dan rekan juga orang yang dihormati oleh Gisel.

Sebenarnya tak biasa wanita itu ikut makan ke kantin,  karena biasanya lebih memilih membawa bekal atau delievery.

"Wih,  yang udah honeymoon. Udah unboxing dong." goda Mega membuat Gisel malu.

"Apaan sih,  mulut lo emang minta diplaster! " kesalnya.

"Ya gapapa kali Sel,  udah nikah juga.  Cie-cie buatin ponakan yang banyak buat Mbak ya.  Pesen lima. " ujar Mbak Luna semakin memanas-manasi Gisel.

"Apaan sih Mbak!  Ih Mbak Luna kerja sama sama Mega.  Ngeselin.  Mana ada pesen lima kaya es teh aja. " gerutu Gisel sembari mencebikkan bibirnya kesal.

Sontak Mbak Luna dan Mega tertawa berhasil menggoda Gisel, kapan lagi coba?  Mereka berdua  bertos ria,  sedang Gisel cemberut.

"Tapi,  bener loh Sel.  Sejak menikah dengan lo.  Radit itu berubah menjadi hangat. Lebih banyak tersenyum dibanding dulu.  Semoga lo jadi sumber kebahagiaan Radit,  Sel.  Gue sebagai sahabatnya juga mau ngucapin makasih sudah mengembalikan Radit menjadi orang yang hangat sama orang terdekatnya. " ujar Mbak Luna. Mbak Luna ini dikenal ibu-ibu gaul dan kekinian dengan panggilan lo gue,  dan juga jangan lupa fashion yang membuatnya terlihat muda walaupun sudah memiliki buntut dua.  Tak ayal suaminya yang cemburuan selalu cemburu melihat istrinya dekat dengan pria lain walaupun sebatas rekan kerja,  karena ya begitu Mbak Luna terlihat masih muda.

Gisel tersenyum dan mengaminkan semua itu.  "Semoga aja Mbak." balas Gisel.

"Yah,  ga kerasa udah sebulan kita magang di sini dan hari ini adalah hari terakhir.  Yah,  walaupun ada senior yang nyebelin banget,  tapi aku menikmatinya.  Jadi ga rela deh. Banyak banget pengalaman yang gue dapet di sini! " ucap Mega mengalihkan topik.

"Ya,  kalau gitu lo setelah lulus lamar kerja di sini saja Meg.  Ada peluang besar  buat lo diterima karena juga magang disini. " ujar Mbak Luna.

"Iya deh,  Mbak.  Makasih sarannya. "

"Kalo lo gimana Sel? " tanya Mega.

"Entahlah.  Gue ga tau masih bingung.  Nanti kalau suami ngizinin kerja ya mungkin aku akan kerja di sini aja.  Kalo ga ya di rumah aja ngerawat Rion sama keluarga. " jawabnya.

"Yang udah nikah mah beda.  Apa dayaku yang masih berharap  dan di php mulu. " ujar Mega sedikit kesal mengingat perjuangan Mega tidak terlalu ditanggapi oleh sang pujaan hati.

"Hahaha nasib lo! " balas Gisel.

"Semua keputusan ada ditangan lo Sel.  Nah,  tapi jangan lupa komunikasi sama suami.  Agar tidak terjadi kesalahpahaman atau hal tidak mengenakkan lainnya. Itu saran Mbak, bagaimanapun Mbak lebih berpengalaman dari kamu hehe. " Nasihat Mbak Luna membuat Gisel tersenyum senang.

"Buat lo Meg.  Cari cowok lain kalo doi kamu dah ga bisa diharapkan. " ucapnya.

"Noh,  denger Meg. " celetuk Gisel, membuat Mega mencebik kesal.

"Itu juga gara-gara lo ih!  Masa ga bisa move on.  Lama banget deh, gue udah ngejar dia selama sebulan loh.  Perkembangan cuma pas kondangan ke nikahan kamu doang. Gue kan kesel. " keluh Mega.

Akhirnya makan siang tersebut di isi oleh obrolan ringan dan berbagai curhatan dari Gisel,  Mega dan Mbak Luna. Bercerita tentang apa saja,  tentang Mega yang masih harus berjuang mendapatkan hati Bang Adi,  orang yang pernah dijodohin sama Gisel.  Mbak Luna tentang keluarganya dimana suaminya yang cemburuan. Dan Gisel tentang ia bekerja atau tidak nantinya.

.....

Jam menunjukkan waktu pukul 17.10 WIB dimana menunjukkan waktu pulang kerja.  Mbak Luna sudah berberes barang-barangnya dan hendak pulang,  sudah ditunggu suami di depan.

Yah,  karena jam pulang di perusahaan Stev'corp ini memang pukul 17.10 sehingga orang-orang sudah berberes,  beda lagi kalau yang lembur.  Mereka bisa pulang paling lama pukul 20.00. Karena di perusahaan tersebut memiliki visi  waktu untuk kerja dan keluarga seimbang. Sehingga membuat mereka bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan kleuarga. Karena perusahaan tersebut berbeda dengan perusahaan lainnya yang pulang pukul 19.00.

Gisel juga membereskan barang-barangnya.  Ia mengecek ponsel mendapat pesan dari suaminya yang telah menunggu di parkiran. Ia pun bergegas menuju parkiran takut membuat Radit menunggu terlalu lama.

"Mas.  Udah lama? " tanya Gisel sembari membuka pintu mobil.

"Ngga kok,  baru aja tadi turun. " balasnya.

Radit pun mulai menjalankan mobilnya membelah jalanan ibu kota. Tangan kekar berhiaskan jam rolex terbaru mengendalikan setir. Gisel terpesona melihat visual Radit yang begitu tampan dan gagah.

" Ga usah dilihatin sampe segitunya Yang,  tenang aja aku ada disampingmu selamanya,  aku milikmu Yang. " rayu Radit sembari tersenyum jumawa mendapati Gisel terpesona.

"Aku tahu aku tampan. " sambungnya.

Gisel berdecak enggan mengakui. "Apaan sih Mas.  Pede banget. Orang aku lihat pemandangan jalan yang tumben kok ga macet. " elaknya.

"Aku pemandangan yang lebih indah Yang,  lihatin aku aja. " godanya.

" Mas! " kesalnya dengan wajah merona.
"Udah deh jangan godain Gisel mulu. "

Radit pun terkekeh sembari mengacak-acak rsmbut Gisel gemas. Membuat Gisel semakin sebal saja.  Melihat Gisel yang cemberut memajukan bibirnya membuat Radit gemas ingin melumat bibir manis istrinya yang tengah ngambek itu.

Bersyukurlah ada lampu merah di depan.  Radit pun langsung mencuri ciuman dari Gisel,  membuat tubuh wanita itu kini kaku.  Dan tak lama menyambutnya.
Mengingat saat honeymoon di Bali membuat Radit melebarkan senyumnya.  Iya gadisnya,  wanitanya,  itu Gisella Gabriola.  Gadis yang berubah menjadi wanitanya,  istrinya.

Radit melepaskan lumatan itu dengan tidak rela karena lampu merah telah berganti hijau dan mau tak mau ia menjalankan mobilnya kembali.

" Jangan memajukan bibir kek gitu lagi. Nanti Mas khilaf jadi pengen makan kamu." ujar Radit serius.

"Ish,  dasar mesum! "

Radit tertawa kecil mendengarnya.  "Mesum sama istri sendiri gapapa dong. " balasnya.

"Oh ya mau makan dimana? "tanya Radit.

"Engga ah Mas,  makan di rumah saja nanti bareng-bareng.  Sekalian sama Rion.  Lain kali kalo mau makan di luar ajak sekalian Rionnya. Kan seharian kita sudah kerja,  aku ga mau kalau Rion kurang waktu sama kita Mas.  Apalagi dia masih dalam masa pertumbuhan dan butuh kasih sayang penuh sama orang tuanya. " ujar Gisel.

Radit tersenyum mendapatkan istri Gisel yang sayang dan peduli sama Rion,  wanita yang menerima kelebihan dan kekurangan suaminya.  Bahkan Rion bukanlah anak kandung Gisel,  namun Gisel menyayanginya dengan tulus.  Ia sangat bersyukur mendapatkan Gisel.  Berbeda dengan wanita di luaran sana yang pasti mengejar dirinya karena harta.

I BECOME MOM [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang