Loka menghisap nikotin mengendapkan ke paru-paru hingga kepulan asap keluar menjadi proses akhirnya. Menghisap dan terus menghisap menghabiskan beberapa batang disertai desah napas frustasi juga gusar.Wajah tegasnya menyiratkan rasa lelah, ia lelah namun juga tidak mau melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya. Dia tidak akan pernah melepaskannya.
Cerutu itu terselip di antara dua bibirnya yang sexy, wajahnya menjadi gelap setelah melihat ID penelepon.
"...."
"Loka aku tidak peduli apa yang terjadi. Kau tahu Radit itu milikku dan Laras adalah pion di sini." tegas dari seberang.
Loka masih diam mendengarkan tangannya memegang ponselnya semakin kencang, kalau saja ia mengerahkan sedikit tenaga lagi ponsel ditangannya pasti telah hancur.
Mendengar kenyataan itu hatinya tercubit, rasa sakit dan tak enak mengganjal dihatinya. Menghimpit membuatnya sesak.
" Tugas dia adalah menghancurkan hubungan Radit dengan Gisel, tidak untuk memiliki Radit. Jangan sampai dia menghancurkan rencanaku Loka. Aku tahu kalau kamu mencintai Laras tapi jangan sampai dia merusak rencanaku. Aku tidak main-main dengan ucapanku."
"Ya." ujarnya singkat dan setelah itu ponsel mati. Loka membanting ponselnya ke dinding.
"Laras seharusnya kau bersyukur aku mencintaimu dan melindungimu." lirihnya terbawa angin.
Kenapa jatuh cinta rasanya sakit? Untuk pertama kalinya Loka jatuh cinta dengan perempuan. Tapi yang dicintai tidak menyukainya bahkan menginginkan dia menjauh darinya.
Untuk seorang tangan kanan dari Miss G, ia dituntut setia dan melakukan segala perintahnya. Untuk pertama kalinya ini, Miss G mengizinkannya dalam jatuh cinta dengan wanita yang dicintainya. Namun, takdir juga begitu kejam wanita yang dicintainya ternyata adalah pion dalam rencana besar seorang Miss G.
"Tuhan, tanganku penuh dengan darah dan nyawa yang telah melayang. Apakah ini hukumanmu dengan jatuh cinta dengan seorang yang harusnya saya tangani?" lirihnya frustasi sembari menatap malam yang kelam.
Mematikan cerutunya ia pun masuk ke dalam kamarnya.
.....
"Mas. Aku pengen pisang goreng keju." ujar Gisel mengusap perutnya yang sedikit membuncit.
Radit mengalihkan pandang, kemudian tangan besar dan hangat itu mengusap perut Gisel yang mengirim gelenyar hangat ke hatinya. "Dedek pengen apa? Mommynya lagi ngidam nih."
Gisel tersenyum, Radit pun bangkit mengambil kunci mobil di meja. Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB yang berarti belum terlalu larut. "Ya udah yuk, Mas beliin."
"Ga mau beli. Maunya Mas yang bikin bukan beli." sahut Gisel cemberut.
"Kan Mas ga bisa masak yang." kilahnya. "Nanti ga enak lagi."
"Ga mau. Pokoknya Mas yang masak." tolak Gisel dengan wajah semakin cemberut.
Radit terkekeh semakin gemas melihat istrinya yang merajuk seperti anak kecil itu. "Bangun dulu. Ayo kita cari toko yang jual pisang goreng keju nanti Mas yang masak."
Gisel langsung bangkit dan memeluk Radit. Wajahnya berubah seketika menjadi bersemangat. Gisel memamerkan senyum lebarnya, "Hayuk Mas, kita cari."
"Dih manja." ledek Radit.
"Biarin manjanya sama Mas kok bukan yang lain." balasnya masih dengan wajah berseri.
"Mas, nanti sekalian belanja ya, aku mau yang lain." ujar Gisel.
"Apapun buat kamu." balasnya menggombal namun tetap saja hati Gisel berbunga. Wajahnya pun merona malu.
Radit semakin bersemangat untuk menggoda istrinya itu. "Bumil satu ini cantik banget sih, apalagi yang lagi malu-malu kucing gitu."
"Siapa yang malu, enggak." elak Gisel enggan mengaku.
"Terus siapa dong yang pipinya merah."
"Ga tahu, Mas kali." ujar Gisel berpaling enggan menatap Radit.

KAMU SEDANG MEMBACA
I BECOME MOM [ On Going]
Chick-LitGisella Gabriola. Menjadi ibu merupakan hal yang diingin setiap wanita. Tak terkecuali oleh Gabril. Iapun suatu saat ingin menjadi seorang ibu. Namun yang membuatnya gila ia menemukan bayi mungil di pinggir jalan yang sepi saat malam selesai dari l...