18. IBC

17.1K 1.4K 20
                                    

Happy reading

Gisel menangis terharu setelah ijab kabul terucap lantang nan tegas dari bibir pria yang kini sah menjadi suaminya. Pria yang akan membimbingnya dan menjadi ayah dari anak-anaknya kelak.  Gisel masih tak menyangka status lajangnya kini berganti menjadi seorang istri dan seorang Ibu.  Tapi ia tak menyesal.

Gisel dituntun oleh Mami menuju ruang tempat ijab untuk menghampiri Radit,  bos yang sekarang menjadi suaminya. Senyum Gisel tak lepas dari wajah ayu dan cantik dengan make up natural dan baju pengantin berwarna putih yang anggun.

Untuk sesaat Radit tertegun melihat kecantikan gadis yang menjadi istrinya kini. Ia terhanyut dalam pesona seorang Gisel yang tersenyum malu memandangnya.  Begitupun Gisel yang terjebak pesona sang suami.

Mereka memasangkan cincin pernikahan di jari manis keduanya. Tak bisa dipungkiri Radit sangat bahagia dan bersyukur. Gisel mencium tangan suaminya dengan khidmat dan berdoa Semoga keluarganya dalam limpahan kebahagiaan,  sakinah,  mawardah,  warrohmah.

"Terima kasih sayang,  mau menjadi istri Mas dan Ibu dari Rion. " bisiknya setelah mencium kening Gisel tentunya dengan doa yang terpanjatkan kepada Tuhannya agar keluarganya selalu baik-baik saja,  harmonis dan langgeng.

......

Resepsi digelar setelah akad banyak tamu yang hadir mulai dari kolega bisnis Mas Radit maupun Papi,  juga kerabat dan sahabat. Mendoakan kebahagiaan sang pengantin yang tengah berbahagia di singgasananya.

Senyum bahagia tak luntur dari wajah Radit dan Gisel.  Tentu saja mereka bahagia. Sayang,  ada beberapa orang yang terlihat tak suka bahkan mencibir pelan.

"Gisel!  Ya ampun ga nyangka gue lo nikah duluan. Astaga padahal lo yang anti-nikah kok malah nikah duluan sih.  Tapi,  gue ikut bahagia moga samawa ya Sel dan Pak Bos!" ucap Mega heboh tentu saja bahagia membuat Gisel jengah.  Anti-nikah apaan?
Gisel hanya ga mau ya nikah sama orang yang ga disuka.  Makanya ia menolak semua perjodohan itu.

"Btw,  doain gue cepet nyusul sama doi." ucap Mega di balas acungan jempol oleh Gisel. "Assiap! "

Bang Adi menatap canggung sama halnya Gisel yang sedikit merasa tak enak. "Semoga samawa Sel,  Pak Radit. " ujarnya dengan tulus walaupun sedikit merasa sedih.

"Makasih Bang Adi, semoga Bang Adi mendapat yang lebih baik dari aku,  orang yang bener sayang sama cinta bang Adi dengan tulus. " balasku.

Radit memandang Gisel dengan raut bertanya.  Gisel pun berbisik. "Salah satu yang dijodohin Mami sama Papi dulu.  Raditpun berdecak. "Untung kamu nolak." Ucapnya pelan.

Gisel hanya cengengesan,  tak lama dari itu masuk Laras,  yang Gisel ketahui adalah adik dari Mbak Sarah istri pertamanya Mas Radit yang telah tiada.

Perempuan cantik seumuran Mas Radit itu mengembangkan senyumnya ketika menjabat tangan Radit untuk mengucapkan selamat,  namun berbeda ketika Gisel,  tatapan sinis menghujam Gisel membuatnya tidak nyaman.

Setelahnya mereka cipika-cipiki dan berpelukan namun saat Laras memeluknya dengan senyum dia berbisik.

"Aku tak suka melihatmu dengan Mas Radit. Tunggu saja aku tidak akan membiarkan kamu hidup tenang. " bisik Laras pelan yang hanya didengarnya,  membuat tubuh Gisel kaku,  karena terkejut.

Gisel tak menyangka karena kemarin lalu saat mereka berkunjung dan memberitahukan bahwa baby Rion sudah ketemu sekalian mengabarkan tentang pernikahan Gisel dan Radit disambut bahagia dan dukungan dari mereka,  keluarganya Sarah.

Namun,  apa yang terjadi sekarang?

Gisel sedikit melamun setelah Laras pergi,  ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada rumah tangganya nanti,  bahkan ia baru memulai dan belum sehari menjadi istri Mas Radit sudah mendapat ketidaksenangan ini.

"Kamu kenapa sejak kepergian Laras kok kamu jadi diam begitu? " tanya Radit.

"Gapapa kok,  Mas. Nanti aja deh aku ceritanya. Sekarang sambut para tamu dulu. " jawab Gisel sambil tersenyum.

....

Malam telah tiba,  dimana jantung Gisel semakin bertalu tak tahu malu,  bahkan ia mendengar jelas detakan kencang dan cepat itu membuatnya gugup.  Pikiran Gisel entah sudah melayang entah kemana, ia semakin gugup ketika melihat Radit keluar dari kamar mandi dengan shitless dimana menampakkan otot-otot Radit yang membuat Gisel panas-dingin. Pria itu mengelap rambutnya yang basah menggunakan handuk,  membuat pria itu terlihat semakin seksi terlebih ketika rambutnya sedikit acak. Gisel menahan napas,  Astaga apakah dia suamiku?  Tidak tertukar dengan Sehun exo-kan? Batinnya bergemuruh.

Radit tersenyum melihat Gisel yang menatapnya tanpa kedip dengan pandangan kosong itu,  dia mengerling jahil menggoda Gisel.

"Terpesona,  eh? " tanya Radit yang entah  sudah berdiri di depan Gisel yang terlihat melamun.

"Ti-tidak!  Siapa bilang! " kilahnya cepat dengan gagap.

"Terpesona juga tidak apa-apa.  Nih bahkan peluk-pelukan sudah boleh,  dapat pahala lagi. " goda Radit sembari memeluk Gisel,  membuat tubuh gadis itu kaku.  Tubuh Gisel jadi panas dingin dan tentu saja Radit menyadarinya membuat pria itu terkekeh gemas apalagi melihat rona kemerahan di pipi istrinya.

Iya istrinya!

Seketika Gisel melepaskan pelukan dan lari menuju kamar mandi dan menutupnya dengan keras saking malunya membuat Radit tertawa.

Di dalam kamar mandi Gisel meurutuki dirinya yang cepat sekali terpesona,  merutuki hatinya yang dengan mudahnya meleleh karena melihat tubuh suaminya yang begitu segar.  Tak mau ambil pusing,  ia memutuskan untuk mandi.

Gisel semakin merutuki kebodohannya ketika ia lupa membawa handuknya.  Ia menggigiti kukunya dengan cemas,  bagaimana ini,  ia harus apa?

Sudah setengah jam ia duduk gelisah di kamar mandi,  ia mmebuka sedikit pintu dan mengintip apakah Radit masih di sana atau tidak. Namun,  yang terlihat adalah Radit yang duduk di sana sembari menenangkan Rion yang tidak mau pisah dengan mereka karena pada saat resepsi Rion dimonopoli oleh Nenek dan Omanya.

Radit menoleh ke arah kamar mandi dan tak sengaja melihat Gisel yang mengintip ketika ketahuan langsung menutupnya dan membukanya lagi membuat Radit dibuat gemas. 

"Lihat,  Ion.  Mommy kamu malu-malu. " bisik Radit ke putranya.

"Ada apa Gisel,  kenapa kamu bersembunyi seperti maling begitu? " tanya Radit.

Gisel menggigit bibirnya ragu harus bilang apa tidak,  tapi ia juga sudah kedinginan di kamar mandi.  Dan hal itu tentu saja membuat Radit sedikit tergoda melihat Gisel yang menggigit bibir bawahnya itu.  Dimatanya Gisel terlihat sexy.

"Em-Mas.  Tolong ambilin handuk Gisel,  tadi lupa bawa masuk sekalian. " ucapnya dengan gugup.

Radit meletakkan Rion yang sedang melihat video anak-anak di ponselnya.  Ia pun berdiri dan mengambilkan handuk milik Gisel.

"Nih. " serahnya pada Gisel.  Gisel membuka celah sedikit tapi ditolak Radit dengan dalih tidak bisa ngasih.

"Dibuka dong,  itu tanganku ga bisa masuk nyerahinnya. " kilah nya.

Akhirnya Gisel sedikit melebarkan pintunya kepalanya menyembul dari pintu namun tubuhnya mepet pintu.  Salah satu tangannya keluar menodong handuk itu.

Radit menaruh handuk tersebut ditangan Gisel namun belum ia lepas sepenuhnya.  Dan dengan seringaian jahilnya ia langsung mengecup bibir Gisel membuat gadis itu langsung terkejut dan menutup pintu dengan cepat tentu dengan handuk yang sudah ada ditangannya.

BLAM

I BECOME MOM [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang