Part 2 (Sana)

232 33 2
                                    

Plak... Plak... Suara tamparan itu terdengar nyaring membuat siapapun yang mendengarnya akan meringis memikirkan bagaimana sakit nya jika itu terkena di wajah sendiri.

Rasanya sangat sakit sekali saat tangan besar dan kekar itu menyentuh wajahku. Diujung bibirku terasa sangat sakit dan sepertinya mengeluarkan sedikit darah, serta pipi kiri ku sangat terasa panas dan ku yakini pasti pipiku juga sangat memerah karena beberapa tamparan yang kudapat dari laki-laki di depanku ini.

Aku hanya dapat memandang sendu mengharap laki-laki yang sudah 20 tahun terakhir bersamaku ini berhenti memukuli ku, namun laki-laki itu tetap memandangi ku dengan sorot mata yang tajam dan mengerikan, seolah amarahnya belum reda sedikit pun.

" Kemari, aku tak puas memukul wanita jalang seperti mu." Ucap lelaki itu sambil menjambak kasar rambutku.

" LEPASKAN AKU...." Aku terbangun dari mimpi nya dan tak lupa keringat yang membasahi wajahku. Mimpi yang sama yang selalu datang 1 tahun belakangan ini. Mimpi tentang kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh suamiku sendiri, aku yang dipukuli tak manusiawi oleh orang yang telah hidup dengan nya selama 20 tahun, setiap potongan-potongan kejadian yang terasa nyata,bahkan juga rasa sakitnya..

" Mami..... Mami gak apa ?" Ucap anakku Mina yang terlihat telah berseragam sekolah lengkap serta suara dan raut wajah khawatir yang tidak bisa dia sembunyikan dariku.

" Mami gak apa-apa. Oh... Kamu udah mau berangkat ?" Aku bertanya kepada anakku karena dia tampak rapi dengan seragam dan tas dipunggung nya.

" Iya Mi, Tante Momo udah jemput. Mina berangkat ya Mi." Momo adalah adikku, karena anakku dan anaknya bersekolah yang sama, jadi dia selalu menjemput den mengantar Mina kesekolah.

" Tapi Mami beneran gak apa kan ?" Ucap Mina yang masih khawatir dengan kodisiku.

" Gak apa, Mami baik-baik aja sayang." Ucapku sambil memperlihatkannya senyum lebar ku, tanda bahwa aku baik-baik saja, agar di tidak khawatir dengan kondisiku saat ini.

" Ya udah, kalau gitu Mina berangkat ya Mi, kalau Mami ada apa-apa telepon Mina ya Mi." Ucap Mina meninggalkanku pesan dan tak pula kecupan kecil ia berikan kepadaku.

" Iya sayang. Hati-hati ya, belajar yang rajin." Ucapku mengelus rambut yang mulai panjang dan berwarna coklatnya itu.

" Iya Mi." Ucap Mina dan keluar dari kamarku.

Setelah anakku Mina pergi dan tak kulihat dia, aku pun mengusap-usap wajahku mencoba menenangkan diriku, agar mimpi buruk yang selalu datang kepadaku itu menghilang. Aku hanya melihat bayanganku di cermin, melihat betapa kacaunya aku setelah mengetahui jika suamiku berselingkuh dan menikahiku hanya karena harta orangtuaku saja.

Padahal dahulu dia terlihat sangat mencintaiku, dahulu kami seperti keluarga bahagia impian semua orang, namun sekarang jangankan berharap seperti kami, memikirkan saja mungkin mereka enggan dengan situasi keluarga kami.

" Huft..... Kapan mimpi buruk itu berakhir." Ucapku sambil mengejamkan mataku dengan sangat rapat.

Setelah cukup tenang, aku pun membersihkan diriku dan memulai kegiatannya sehari-hari yang biasa kulakukan, berangkat ke Cafe yang baru saja kubuka dan mengurus anak bungsukku yang berusia 4 tahun, dia sangat aktif-aktifnya, tak jarang aku bahkan Mina kewalahan dengan sikap aktifnya itu.

" Mami...... Liat Nako udah ganteng, tadi di mandiin sama Nenek." Ucap Nako, anak bungsuku yang telah rapi dengan pakaiannya, dia mengenakan celana panjang dan juga kemeja yang membuatnya terlihat sangat lucu.

" Aduh.... Ganteng banget sih jagoannya Mami. Wangi lagi." Ucapku menghujani pipi Nako dengan ciuman gemas.

" Mami... Udah.... Hahahhah." Tawa Nako memenuhi rumah yang bisa dibilang cukup besar.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang