Part 34 (Sana)

160 17 1
                                    

Sekarang aku sedang memarkirkan mobilku di  basemen salah mall, tempat aku dan Wendy sepakat untuk bertemu sekedar makan bersama.

Kulihat pergelangan tanganku, menandakan jika aku sedikit terlambat dari janji temu ku dengan Wendy.

Tak ingin membuang waktu lama, aku pun langsung menggerakkan kaki ku menuju restoran yang telah kami sepakati sebelum.

“ Mudah-mudahan dia gak nunggu lama.” Gumamku di sela perjalanan ku menuju restoran.

Dan benar saja, dari luar kaca restoran ku melihat Wendy yang sibuk melihat kesana kemari. Saat mataku dan matanya bertamu, Wendy langsung melambangkan tangannya kepadaku, mengisyaratkan keberadaannya.

“ Disini Sana.” Gerakan bibir Wendy.

Aku pun memasuki rastoran dengan nuansa dan masakan khas Jepang itu.

“ Sorry ya, saya lama.” Ucapku merasa bersalah dan tak enak, karena dia juga merupakan rekan bisnis papa yang cukup memberikan efek kepada perusahaan kami.

“ Gak apa, aku juga baru sampai kok.” Ucap Wendy di selingi senyuman. “ Oh iya, kita pesan sekarang ya.” Sambung Wendy meminta persetujuan ku.

“ Oh iya boleh.” Ucapku seramah mungkin.

“ Mbak...” Ucap Wendy memanggil waiters itu dan mulai memesan makanan, begitu pun makanan ku.

Cukup lama ku dan Wendy saling bungkam. Jujur jika di lihat Wendy adalah pria yang cukup tampan, kulit putih dan terlihat seksi. Namun, aku bingung kenapa papa bersikeras mengenalkan aku kepada Wendy.

“ Oh iya, kata papa kamu. Kamu punya anak yang masih kecil?” Tanya Wendy yang terdengar sedikit canggung.

“ Iya benar, aku memiliki anak bungsu berumur 4 tahun. Anak pertamaku 23 tahun, dan anak kedua ku 10 tahun.” Ucap ku masih ramah, tak lupa ku tutup dengan senyum tipis.

“ Em... Boleh ku tahu kenapa tidak ikut ?” Tanya Wendy kembali dengan ragu-ragu.

“ Anak kedua dan ketigaku pergi bersama teman ku untuk jalan-jalan.” Jawab ku kembali.

“ Oh gitu...” Ucap Wendy sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

“ Kamu, apakah kamu punya anak ?” Ucap ku menanyakannya.

“ Iya aku memiliki seorang putra kecil.  Dia sangat lucu, saat dia pulang dari sekolahnya, dia mengatakan banyak hal padaku. Walaupun usianya sekarang 15 tahun, dan memasuki bangku SMA, namun dia masih menggemaskan dengan cerita-cerita lucu nya.” Ucap Wendy dengan wajah yang berbinar senang, dapat ku lihat jika dia begitu sayang kepada putra nya itu.

“ Bagaimana dengan istri anda ?” Tanya ku kembali, dan jujur aku sangat penasaran, bagaimana jika dia  memiliki seorang istri, pasti papa ku sudah gila ingin aku mengenal suami orang.

“ Istriku, dia telah meninggal, saat dia melahirkan putra kecil ku. Jadi sekarang yang ku punya hanya putri kecil ku saja.” Ucap Wendy tersenyum gusar. Jujur aku merasa sedikit bersalah menanyakan tantang istri.

“ Maaf saya tidak tahu.” Ucap ku merasa bersalah.

“ Tidak apa, itu sudah lama berlalu, jangan merasa sungkan.” Ucap Wendy masih tersenyum ramah. Jujur dia adalah pria yang baik.

“ Maaf pak, bu.” Ucap seorang waiters sambil menyajikan makanan untuk ku dan Wendy.

“ Silahkan pak, bu.” Ucap Waiters itu sebelum kembali ketempatnya.

“ Terima kasih.” Ucapku dan Wendy secara bersamaan.

Tak ada percakapan lagi, kini kami berdua hanya fokus terhadap makanan yang ada di hadapan kami.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang