Part 6 (Sana)

140 24 0
                                    


Di ruangan yang tidak terlalu besar, di sekelilingku terdapat beberapa rak tempat nyimpan bahan makanan atau stok kafe ku. Tempat ini adalah gudang, tidak seperti gudang pada umumnya, gudang ini tak terdapat debu sedikit pun, karena memang gudang ini baru saja digunakan mengingat kafe ku yang buka baru beberapa hari lalu.

Walaupun baru beberapa hari, kondisi gudang ku cukup berantakan, di sebelah kiri ku dapat kulihat beberapa goni bahan makanan yang hampir robek. Disebelah kananku kulihat ada beberapa goni yang hampir terjatuh dari rak. Aku pun langsung masuk jauh lebih dalam dan menyamakan berkas di tanganku yang kubawa sebelumnya.

Aku pun mulai mencatat dan menyamakan beberapa stok barang mulai dari rak pertama. Aku yang sibuk dengan urusan gudang, membuatku seakan lupa dengan waktu.

" Kak Sana, udah jam 10 malam. Kak Sana gak pulang ?" Jessica mengagetkanku yang masih sibuk dengan stok di rak pertama.

" Bentar lagi Jess, nanggung rak Pertama ini hampir selesai. Kalian duluan aja. Bentar lagi saya juga pulang." Ucapku sambil tersenyum.

" Gak apa kak ? Ini udah malam loh, atau mau aku temenin ?" Ucap Jessica memastikan.

" Beneran gak usah, bentar lagi juga selesai" Ucapku memastikan Jessica.

" Ya udah, kalau gitu aku sama yang lain balik dulu ya kak. Jangan kemalaman pulangnya kak." Jessica pun pamit padaku dan meninggal ku sendiri yang berada di gudang.

Tak terasa aku menghabiskan waktu lebih dari 1 jam, dan kini jam tanganku hampir menunjukkan jam 11 malam. Rupanya aku menghabiskan waktu cukup banyak di gudang walaupun hanya menyelesaikan 1 rak di gudang ku.

" Pasti besok lembur juga ni." Gumamku setelah melihat sekelilingku yang terdapat beberapa rak bahan makanan yang masih belum ku sentuh.

Setelah membereskan barang-barangku, aku pun menutup kafe ku mulai dari mematikan lampu-lampu hingga mengunci kafe pun aku lakukan agar kafe ku tetap aman walaupun ditinggalkan.

Namun, beberapa menit aku meninggalkan kafe, pedal gas mobil ku tiba-tiba saja terasa loss dan tak lama mobilku pun mati. Dengan naluri ku, aku pun langsung membuka kap mobilku, walaupun aku sendiri tidak mengerti apapun soal mesin mobil.

" Telepon montir jam segini ada gak ya ? Atau telepon papa aja ?" Gumam ku yang masih mengimbang-ngimbang mana yang harus ku lakukan.

Namun saat aku mulai tersadar, rupanya aku sekarang berada di jalan yang cukup sepi, hanya beberapa rumah dengan pintu tertutup, sehingga suasana seperti ini membuatku sedikit agak ketakutan.

" Telepon papa aja deh, dari pada bingung." Gumamku sambil mencari kontak papaku.

" Tapi kalau papa sekarang lagi istirahat gimana ?" Aku pun kembali memikirkan solusi untuk diriku sendiri yang kini berada di situasi yang tidak baik.

Namun, saat aku sedang berfiki-fikir, sebuah motor parkir tidak jauh dari mobilku, lebih tepatnya di samping mobilku.

" Aduh kalau orang jahat gimana?" Gumamku melihat orang orang asing itu. Dia pun langsung melepaskan helm nya dan berjalan menuju ke arahku.

" Kak Sana?" Ucap nya membuka suara. Aku merasa tidak asing dengan suara ini, tapi siapa pemuda ini. Aku pun mengerutkan keningku mengingat-ingat siapa orang asing yang kini berada di depanku.

" Dahyun ?" Ucapku memastikan setelah mengingat bahwa suara pemuda itu mirip dengan calon pegawai gudang.

" Iya kak, saya Dahyun, yang tadi ngelamar kerja." Ucap pemuda itu dengan senyum, rupanya benar dia Dahyun calon pegawai kafe ku untuk posisi gudang.

" Oh iya, kakak kenapa sendiri disini, tempatnya juga agak sedikit gelap bahaya." Ucap Dahyun kembali setelah melihat situasi sekitarku.

" Mobilku, tiba-tiba mati sendiri, aku juga gak ngerti." Aku pun berbicara sedikit rileks setelah tahu dia adalah calon pegawai ku.

" Aku gak ngerti mobil kak jadi gak bisa cek mobil kakak." Ucap Dahyun sedikit tidak enak, mungkin karena tak dapat membantu masalahku.

" Iya gak apa." Ucapku yang kini bingung bagaimana caranya agar aku bisa pulang.

Kini, keheningan menyapa kami mungkin beberapa menit, tak ada diantara kami untuk melanjutkan obrolan atau saran solusi.

" Em.. kak Kira." Ucap Dahyun sedikit mengagetkanku.

" Iya ?"

" Kalau kakak mau, aku bisa anterin kakak pulang. Bahaya kalau terus-terusan di sini. Lagian jam segini mau cari taksi juga susah kak." Dahyun pun menawarkan dirinya untuk sekedar mengantarkan ku pulang.

Mendengar perkataannya, membuatku refleks melihat kearah kendaraan yang Dahyun bawa adalah motor, sementara aku dari kecil tidak pernah naik roda jangankan motor sepeda pun aku tidak pernah menaikinya.

" Tapi, aku gak pernah naik motor. Kalau jatuh gimana." Ucapku malu, karena mana mungkin di jaman sekarang orang gak pernah naik motor.

" Aku bakalan bawa motornya agak pelan, biar kakak gak jatuh." Dahyun pun meyakinkannya sambil mengulurkan tangannya.

" Beneran gak apa, kamu gak ngebut kan?" Aku memastikan kembali, karena aku masih tidak yakin dengan kendaraan Dahyun.

" Iya kak pasti aku gak bawa ngebut, ayo kak, keburu semakin malam." Ucapnya lagi.

" Iya bentar aku ambil tas dulu ya." Ucapku setelah mengimbangi-ngimbang keputusan ku, dan aku langsung mengambil tas milikku.

Saat menaiki motor Dahyun, aku pun agak kesulitan karena tidak pernah naik motor atau memang motor Dahyun yang sulit untuk dinaiki, karena motor Dahyun yang memang cukup tinggi. Namun kesulitan itu tak berlangsung lama, Dahyun mengulurkan tangannya untuk membantu naik ke atas motor nya. Ku akui sikapnya cukup baik dibandingkan kesan pertama ku melihatnya.

" Aku siap" Ucapku sambil melingkarkan tanganku di perut Dahyun, karena aku masih takut ini pertama kalinya aku menaiki motor.

" I...ya kak." Dahyun pun menghidupkan motornya, namun mendengar suara motor Dahyun, membuatku mengencangkan pelukanku di perut Dahyun.

Dahyun mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Ternyata tidak semenyeramkan itu. Udara tengah malam membuatku sedikit menutupkan mata menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahku. Lamanya perjalanan membuatku lupa waktu, dan kini aku telah sampai di rumah milk orangtuaku.

" Kamu gak mau masuk dulu ?" Aku menawari Dahyun untuk masuk ke rumahku untuk sekedar meminum minuman panas.

" Gak usah kak, udah malam kali, kalau gitu aku permisi ya kak." Ucap Dahyun ambil menghidupkan motornya kembali.

" Dahyun boleh minta nomor kamu." Kataku sambil mengerahkan telepon genggam ku pada Dahyun.

Aku pun melihatnya termenung. Apakah salah aku meminta nomornya untuk memastikan dia pulang kerumahnya dengan selamat.

" Jangan salah paham, aku Cuma mau mastikan kamu sampai di rumah dengan selamat." Aku pun menjelaskan maksud ku meminta nomor teleponnya.

" Oh iya kak" Dahyun pun menyebutkan nomor telepon miliknya.

" Hati-hati ya, dan terima kasih." Ucapku melambaikan tanganku ke Dahyun setelah dia mulai menjalankan motor miliknya.

*** Mau baca cerita WenRene aku baru up ya, judulnya Takdir kita. Ada SaiDa nya juga

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang