Part 24 (Sana)

157 19 9
                                    


" Sana...." Teriak seseorang yang sangat ku ketahui suaranya.

" Dahyun..." Ucapku tak percaya, bahwa orang yang melihatku berciuman adalah Dahyun. Dia melihatku dengan tatapan tak percaya, sedih kecewa, serta matanya berkaca-kaca, apakah dia menangis?

Aku pun mendorong kuat tubuh Jeongyeon dan berjalan pelan menuju kearah Dahyun.

" Dahyun, ini gak seperti yang kamu lihat." Ucapku mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

" Kamu bilang ini gak seperti yang aku lihat, terus kamu mau bilang kalau kamu gak ciuman sama dia. Aku dengan jelas melihat kamu berciuman dengannya Sana." Ucap Dahyun yang mulai tersalut emosi, mendengar ucapan Dahyun, membuat hatiku semakin sakit dan sesak, air mataku tak dapat dibendung lagi.

" Hiks... Gak Dahyun, dia memaksa aku untuk menciumnya, sungguh benar-benar dipaksa Dahyun." Ucapku di selingi tangis.

" Apakah selama ini kamu menerima aku hanya kasihan. Apakah aku hanya pelampiasan mu saja. Aku kecewa sama kamu." Ucap Dahyun berlalu pergi.

Namun dengan cepat aku memeluknya dengan erat. " Gak, aku benar-benar mencintaimu, percaya padaku Dahyun." Ucapku sambil mengencangkan pelukanku.

" Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu tak akan pernah membiarkan dia menemui mu, apalagi sampai menciummu." Ucap Dahyun dingin yang seakan sebuah belati menembus jantungku. Dahyun melepaskan tanganku yang memeluk erat dirinya.

" Dahyun-ah, aku mohon kamu harus percaya sama aku. Dahyun-ah..." teriakku sambil menggedor-gedor kaca mobilnya.

" Hiks... Hiks... Aku mohon Dahyun, dengerin penjelasan aku." Ucapku terduduk di depan gerbang rumahku.

" Sudah kembali padaku, anak itu tak akan pernah kembali padamu lagi Sana. Hanya aku yang mau padamu." Ucap Jeongyeon yang membuatku tersalut emosi.

" Jeongyeon, ini salah kamu..." Ucapku sambil memukul-mukul dada Jeongyeon.

" Kau... " Ucap Jeongyeon sambil melayangkan tangannya kearah wajahku.

Tiba-tiba suara teriakan terdengar. " Jangan kau sentuh anakku." Ucap Papaku membuatku menoleh kearahnya.

" Baiklah aku tak akan menyentuhnya. Sampai jumpa di sidang nanti sayang." Ucap Jeongyeon meninggalkan kami dengan senyum yang membuatku jijik.

" Kamu gak apa Sana ? Kenapa kamu nangis." Ucap Mama sambil memelukku. Tak berniat mengatakan apapun, aku hanya memeluk erat Mamaku dan menangis sekencang-kencangnya.

Sudah seminggu semenjak kejadian itu, sudah seminggu juga aku tak dapat menghubungi Dahyun. Hubunganku dan Dahyyn rupanya diketahui oleh keluarga Dahyun, hingga mereka memintaku dengan terus terang untuk segera menjauhi Dahyun dan tidak menghubunginya lagi.

Mendengar permintaan keluarga Dahyun, aku berpikir mungkin ini jalan terbaik, sesungguhnya tidak ada orang tua mana pun yang ingin anaknya berkencan dengan seseorang yang usianya hampir seperti orangtuanya.

Hingga aku pun menyerah, aku berniat melupakan Dahyun dan memulai hidupku kembali setelah palu pengadilan di ketuk yang menandakan jika aku telah resmi bercerai dari Jeongyeon

" Mi, mami makan dong, mami udah seminggu ini makannya dikit-dikit banget loh, nanti kalau mami sakit gimana ?" Ucap Sana membawakan aku nampan yang berisi makan siangku. Entah saat nampan itu semakin dekat denganku, aroma masakan itu membuatku mual seketika.

" Huek... Huek..." Aku pun berlari-lari cepat menuju kamar mandi.

" Mami kenapa ?" Ucap Mina sambil memijat lembut tengkuk leherku.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang