Part 37 (Dahyun)

191 15 1
                                    

" Makasih." Ucap kak Sana kembali sambil mencoba mengambil kalung yang ada di tanganku, namun dengan cepat aku berjalan ke belangnya dan memakaikan kalung itu di leher kak Sana.

Setelah memakaikan kalung itu, aku pun menatap kak Sana dengan tatapan bertanya.

Namun, bukannya membuka mulutnya, dia hanya melewati ku seakan kami tak pernah kenal.

" Sampai kapan kamu mau menghindar." Ucapku dengan dingin, setelah melihat sikapnya yang terus-menerus menghindar jika aku meminta penjelasannya.

" Kita perlu bicara." Ucapku kembali sambil menarik tangan kak Sana, membawanya kearah pantai.

Kini dia mendudukkan diriku di sebuah bangku yang menghadap kearah pantai, ku lihat kak Sana mengikuti ku untuk duduk di kursi kayu ini.

Tak ada yang membuka suara, walaupun sudah 10 menit kami duduk di bangku ini, bahkan matahari hampir saja akan tenggelam karena hari yang akan segera berganti malam.

" Berbicaralah aku menginginkan kejujuran mu kak Sana." ucapku selembut dan setenang mungkin.

" Aku tak tahu harus mulai dari mana, aku bahkan gak tahu hubungan kita sekarang seperti apa. Aku juga tidak ingin membahas masa lalu Dahyun." Ucap kak Sana mampu membuatku menatap dirinya intens.

" Yang aku inginkan adalah kejujuran kamu, apakah kamu masih mencintai aku atau tidak kak Sana ?" Ucapku sambil menatap mata kak Sana.

" Em.. hiks... Kamu telah menikah Hiks.. dan aku juga seorang perempuan hiks... Aku memang masih mencintai kamu, hiks... Tapi bagaimana bisa aku menyakiti wanita lain demi kebahagiaan ku sendiri Dahyun hiks... Hiks....." Ucap kak Sana diselingi tangis dan membuatku memeluk tubuhnya serta menenangkannya.

Setelah beberapa saat, saat ku rasa kak Sana mulai tenang serta tiadak ada lagi tangisannya, aku pun melepas pelukanku dan menatap mata kak Sana kembali. " Hanya itu yang ingin ku dengar." Ucapku sambil mencium bibir kak Sana dengan lembut dan tak ku sangka kak Sana membalas ciumanku.

" Dahulu sangat manis, kenapa sekarang terasa asin, tapi manisnya masih ada kok." Ucapku yang sedikit menggoda kak Sana dan membuat mimik wajahku seolah seperti berpikir.

" Itu karena air mataku, nanti juga bakalan manis." Ucap kak Sana sambil mengerucutkan bibirnya dengan lucu.

" Nanti bakalan manis, kalau gitu aku cobain lagi ya." ucapku mencium bibir kak Sana kembali walaupun dengan singkat.

" Iya manis ya." Ucapku kembali sambil mencium bibir kak Sana lagi.

" Manis banget." Ucapku mencium bibir lagi dan lagi.

" Hahaha... Udah Dahyun-ah nanti lipstik ku rusak." Ucap kak Sana menghentikan ku, sambil mendorong bahuku pelan.

" Hahaha." Tawa kami serasa melodi indah yang beriringan dengan matahari yang mulai tenggelam.

Krukkk... Krukkk... Bunyi suara perutku membuat tawaku dan kak Sanaa berhenti.

" Kamu laper ?" Tanya kak Sana dengan senyum yang membuat ku sangat malu.

" Em... Em..." Ucap ku sambil menganggukkan kepalaku dengan pelan.

" Oke, kita cari makan yuk, papa nya anakku laper." Ucapku bangkit dari bangku kayu ini.

" Gimana kalo steik ? Aku tadi kalau gak salah ada lihat restoran steik di sana." Ucap kak Sana sambil menunjuk kearah kanannya.

" Iya kita makan steik." Ucapku sambil mengangguk, kak Sana yang mendengar ucapan ku langsung melangkahkan kakinya dan meninggalkan aku yang masih terduduk di bangku kayu.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang