Part 14 (Sana)

182 23 0
                                    

Mataku yang tertutup rapat kini mengejap-ngejap karena cahaya yang dengan lancangnya mengenai mataku yang sedang tertutup rapat sebelumnya.

Dengan setengah kesadaran ku, aku merasakan bahwa aku memeluk sesuatu yang hangat. Apakah ini bantal ? Tunggu sepertinya bukan, tidak mungkin bantal terasa sangat keras seperti ini. Tunggu apakah ini tubuh manusia. Seketika mataku terbelalak melihat si yang punya badan. Ah.. aku ingat ini tubuh Dahyun, entah berapa kali kami melakukannya tadi malam. Sungguh semalam itu benar-benar membuat gairahku memuncak, padahal sebelumnya aku tak pernah segairah itu, apakah karena aku yang memang sudah lama tidak melakukannya, entah lah mungkin itu salah satu faktornya.

Ku eratkan pelukanku pada dada bidang Dahyun  menempelkan telingaku di dadanya, merasakan detak jantung teraturnya. Hanya dengan mengingat kejadian semalam membuat ku sangat malu sekali.

Kurasakan, tubuh Dahyun menggeliat tanda bahwa dia telah sadar dari tidurnya.

“ Morning.” Ucapku serah sambil mengecup bibirnya singkat. Kulihat dia yang tampak sangat kaget, entah kaget dengan posisi kami yang memang terlalu intim dengan kondisi kami yang tidak mengenai pakaian di balik selimut hingga membuat kulit-kulit kami saling bersentuhan atau karena ciuman singkat yang kuberikan kepadanya.

“ Pa...gi...” Ucap Dahyun dengan gugup, kini kudengar detak jantungnya tidak setengah tadi melainkan terpompa sangat cepat.

“ Apakah kamu gak menyesal melakukannya bersamaku ?” tanyaku sambil memainkan dada Dahyun dengan telunjukku membentuk lingkaran.

“ Kenapa menyesal. Aku bahkan bersyukur karena aku melakukannya bersamamu. Itu adalah pengalamanku yang tak akan pernah aku lupakan.” Ucap Dahyun sambil mengusap bahuku lembut.

“ Jika kamu lahir lebih cepat, dan bertemu denganku lebih cepat, akan kah aku lebih bahagia ?” Ucapku menerawang ke atas.

“ Jangan pikirkan masa lalu. Pikirkan saja masa depan kita. Aku akan melindungi, menjaga, dan membuat kamu, Mina dan juga Nako bahagia.” Ucap Dahyun yang mampu menenangkanku.

“ Janji ?” Ucapku sambil menunjukkan jari kelingkingku.

“ Janji.” Ucap Dahyun menautkan kelingkingku dan kelingkingnya.

Saat sedang asik berbincang dengan Dahyun, rupanya membuatku masih sadar jika aku harus berada di rumah secepatnya, jika terlalu lama Nako dan Mina akan mencariku.

“ Kim, pulang yuk. Takur Nako nyari in.” Ucapku sambil duduk dan menarik selimut sebatas dadaku.

“ Kamu mandi aja di situ, nanti aku mandi di kamar sebelah.” Ucap Dahyun memberi usul.

“ Dahyun-ah gimana ni, celana dalamku robek. Kamu sih pakai dirobek segala. Terus aku pakai apa dong.” Ucapku dengan cemberut dan memperlihatkan celana dalamku yang telah robek akibat perbuatannya Dahyun.

Namun bukannya merasa bersalah kini dia hanya terkekeh geli. “ Dahyun-ah.” Ucapku ngambek, membuat Dahyunmemberhentikan tawanya. “ Bentar ya, aku cari dulu. Mungkin Chaeyeoung punya yang belum dipakai.”

“ Selimutnya udah mentok ni, sekarang aku mau lari kekamar mandi. Kamu tutup matanya.” Ucapku malu, karena walaupun kami telah melihat tubuh satu sama lain, tetap aja terasa aneh jika berhadapan tanpa busa tanpa melakukan apapun.

“ Iya, aku tutup mata.” Ucap Dahyun menutup matanya dan membuatku berlari-lari kecil menuju kamar mandi.

***

Kini, mobil yang di kendarai Dahyun sampai di depan gerbang rumahku, tapi walaupun begitu membuat seakan enggan untuk berpisah darinya. Aku tak tahu kenapa aku merasa seperti remaja labil yang baru pertama kali merasakan cinta.

“ Nanti kalau udah sampai rumah kabarin ya.” Ucapku sambil menatap matanya.

“ Iya nanti aku kabarin kalau aku udah sampai di rumah.” Ucap Dahyun dengan senyum manisnya.

“ Sekarang kamu cium aku, baru aku masuk kedalam.” Ucap ku sambil menutup mataku meminta ciuman darinya.

Cup, Dahyun pun mengecup bibir singkat dan mampu membuatku tersenyum senang.

“ Ya udah, aku masuk ya. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.” ucapku dari balik pintu mobil.

“ Iya, aku pulang ya.” Ucap Dahyun sambil melambaikan tangannya dan menjalankan mobilnya.

Aku pun berjalan pelan masuk kedalam rumahku. Namun saat memasak rumah, aku mendengar suara tangis yang tidak asing di telingaku, dia adalah Nako.

“ Mami.....” Teriak Nako berlari kearah ku dan memelukku.

“ Kok anak mami nangis. Nako jelek loh kalau nangis.” Ucapku sambil menghapus air matanya.

“ Hiks... Hiks... Mami kemana, Nako bangun cari-cari mami, tapi mami gak ada. Hiks...” Ucap Nako masih dengan Isak tangisnya.

“ Mami ada urusan. Tapi sekarang kan mami udah pulang. Nako udah mandi ?” tanyaku pada anak bungsu ku itu.

“ Nako nya bandel tadi Mi, tadi di suruh mandi tapi gak mau.” Ucap Mina yang tiba-tiba datang dari arah kamarnya.

“ Ya udah, sekarang kita mandi ya.” Ucapku sambil menarik lembut tangan Nako.

Setelah aku memandikan Nako, telepon genggam ku pun berbunyi tanda bahwa ada pesan masuk. Kubuka, ternyata itu pesan dari Dahyun.

Aku udah sampai rumah, Nako nyariin kamu?

Syukurlah. Iya dia tadi nangis-nangis nyariin aku. Kamu jangan lupa makan ya, entar sakit.

Iya aku bentar lagi mau makan.

Udah dulu ya. Aku mau bantuin mama ku bikin sarapan. I love you

I love you too

“ Mami kok senyum-senyum gitu liat handphonenya. Mami punya pacar ya ?” Tanya Mina yang mengagetkanku dengan penuh selidik.

“ Anak mami kepo. Yuk kebawah, bantuin nenek bikin sarapan.” Ucapku tersenyum sambil mengusap-usap kepala Mina dan menggandeng tangannya menuju ke arah dapur.

“ Oke Mi.” Ucap Mina sambil mengikutiku.

“ Mama masak apa ?” Ucapku kepada mamaku yang sedang sibuk menata beberapa bahan dan perlengkapan.

“ Masak apa ya ?” Ucap mamaku sambil tersenyum.

“ Pasti nenek mau masak makanan berat ya kan?” Ucap Mina yang mulai menebak.

“ Kok tahu sih ?” Ucap Mamaku terlihat heran.

“ Iya lah ma, kita tahu mana mau masak berat. Itu liat aja, ada udang, ayam, kaya mau hajatan aja.” Ucap ku sambil menunjukkan beberapa bahan utama yang belum di olah sama sekali.

“ Oh iya benar juga.” Ucap Mamaku tersenyum geli.

“ Tapi mama bingung mau masak apa. Kamu. Ada rekomendasi ?” Tanya mamaku menanyai pendapatku dan juga Mina.

“ Gimana udangnya di saos. Mama enak banget kalau bikin udang saos.” Ucapku sambil membayangkan betapa lezatnya masakan mama.

“ Kalau ayamnya di kecap, em.. pasti enak banget.” Ucap Mina menimpali.

“ Oke Menu pagi ini, Udang saos dan ayam kecap. Mina kamu kupas bawang.” Ucap Mamaku kepada Mina.

“ Siap laksanakan nek.” Ucap Mina bergaya seperti prajurit yang diberikan perintah.

“ Sana kami bersihkan ayam dan udangnya. Biar mama yang bikin bumbunya.” Ucap Mama dengan nada yang dibuat serius.

“ Siap Ma. Laksanakan.” Ucapku mencuci tanganku dan mengambil ayam yang telah di sediakan oleh mamaku.

Aku, mama dan juga Mina pun fokus dengan tugas kami masing-masing.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang