" Kamu kuat kan angkat-angkat barang atau bahan makanan gitu ?" Tanyanya kembali memastikan bahwa aku apakah aku mungkin cocok dengan pekerjaan yang akan ku lamar sekarang." Ku..at kak, gini-gini saya sering olahraga kak." Jawabku dengan percaya diri, karena aku ingin memamerkan sedikit kelebihan ku di depan.
" Oke, kamu saya terima kerja disini dan besok mulai jam 8 pagi kamu udah mula bekerja ya. Nama saya Sana, kamu bisa panggil saya kak Sana, dan ini kak Jessica. Kalau kamu ada pertanyaan kamu bisa tanya kak Jessica atau karyawan yang lain. Semoga betah ya." Ucapnya tersenyum manis, dan membuatku mengetahui bahwa wanitaku ini bernama Sana. Nama yang sangat indah seperti orangnya.
" I..ya kak Sana, terima kasih." Ucapku masih gugup, apa lagi berkali-kali melihat senyum manisnya yang membuatnya beribu-ribu kali lebih cantik.
" Iya udah kalau gitu saya duluan ya." Kak Sana pun pamit dari hadapan kami. Pergi ke salah satu ruangan yang tertulis 'Gudang' di dekat pintunya.
" Kalau gitu saya juga permisi ya kak." Ucap ku pada kak Jessica.
" Kamu juga hati-hati di jalan ya Dahyun. Sampai jumpa besok" Ucap kak Jessica mengantarku ke depan Kafe.
Namun, saat aku akan menghidupkan motorku, telepon genggam ku berbunyi, nama Hyewon terpampang jelas di layar telepon genggamku.
" Ngapa bro?" Tanya ku pada Hyewon, karena kalau dia meneleponku di jam malam, pasti ada maksud tersembunyi yang ingin dia lakukan padaku.
" Lu gak ke sini ?" Tanya Hyewon balik tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.
" Ngapain, makan sate belut ?" Ucapku asal karena dia sedikit mengganggu mod ku.
" Wah enak tu kaya nya, nitip ye."
" Gak waras Lu Won, buruan apaan gue mau balik ini."
" Beli in martabak gue sama Chaeyeon lapar, sini sekalian kita nge Dota."
" Bilang dari tadi ogep, ya udah gue otw."
" Sip, di tunggu brother."
Giliran gini aja brother-brother an. Temen kampret. Aku pun langsung pergi dari kafe menuju tukang martabak langgananku. Namun di tengah perjalanan aku tak henti-hentinya tersenyum membayangkan betapa manisnya senyum kak Sana, wanita cantik yang menggetarkan hatiku.
Setelah beberapa saat aku pun sampai di rumah Hyewon yang memang cukup besar. Tanpa aba-aba aku pun masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju ruangan berkumpul kami yang memang terlihat seperti warnet-warnet icafe.
" Weh, mantap martabak kita dah sampai." Hyewon pun langsung merebut kantor plastik yang berisi martabak yang kubeli.
Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 11 malam.
" Gue balik ya." Ucapku setelah merenggangkan tubuhku yang sedikit terasa kaku setelah beberapa game yang kami mainkan.
" Gak nginep lu?" Tanya Hyewon padaku sambil meminum minumannya.
" Gak lah, ada kegiatan besok gua. Duluan ya." Ucapku sambil mengambil kunci motorku.
" Oke hati-hati bro." Ucap Chaeyeon sambil melambaikan tangannya, diikuti Hyewon.
Aku pun mengendarai motorku sambil bersenandung, bayang-bayang kak Sana terus datang di pikiranku. Wajahnya yang cantik, caranya berbicara, tertawa, tersenyum, semuanya tersimpan rapi di memori ku. Namun sekitar 15 menit aku mengendarai motorku. Aku pun melihat seseorang wanita yang tampak mondar-mandir di mobilnya, dan sesekali melihat ke telepon genggamnya. Tunggu dia sekilas mirip kak Sana setelah aku melewati wanita itu. Aku yakin jika itu kak Sana. Aku pun memutar balikkan motorku menuju wanita tadi.
Benar, dia kak Sana. Kulihat dia sedikit terkejut dan tampak sedikit takut atau tidak nyaman? Helm ku? Aku pun langsung melepaskan helm ku dan berjalan menujunya.
" Kak Sana?" Ucapku memastikan bahwa benar dia adalah Kak Sana, orang yang mengalihkan duniaku beberapa saat ini.
Dia yang mendengar suara sedikit mengerutkan keningnya, mungkin mengingat siapakah aku.
" Dahyun ?" Kak Sana memastikan.
" Iya kak, saya Dahyun, yang tadi ngelamar kerja." Ucapku dengan senyum.
" Oh iya, kakak kenapa sendiri disini, tempatnya juga agak sedikit gelap bahaya." Ucapku kembali setelah melihat situasi sekitar.
" Mobilku, tiba-tiba mati sendiri, aku juga gak ngerti." Kak Sana pun berbicara sedikit rileks sambil melihat mobilnya.
" Aku gak ngerti mobil kak jadi gak bisa cek mobil kakak." Ucapku sedikit tidak enak, karena tak dapat membantunya.
" Iya gak apa." Kulihat kini kak Sana menjadi sedikit gelisah. Keheningan menyapa kami mungkin 5 menit, tak ada diantara kami untuk melanjutkan obrolan.
" Em.. kak Sana." Ucapku sedikit gugup.
" Iya ?"
" Kalau kakak mau, aku bisa anterin kakak pulang. Bahaya kalau terus-terusan di sini. Lagian jam segini mau cari taksi juga susah kak." Aku pun menawarkan diriku untuk sekedar mengantarkannya. Kak Sana pun sekilas melihat kearah motorku.
" Tapi, aku gak pernah naik motor. Kalau jatuh gimana." Ucap kak Sana yang menurutku sedikit lucu. Bagaimana bisa ada orang yang tidak pernah naik motor. Aku berasumsi jika dia pasti orang yang sangat kaya.
" Aku bakalan bawa motornya agak pelan, biar kakak gak jatuh." Aku pun meyakinkannya sambil mengulurkan tanganku.
" Beneran gak apa, kamu gak ngebut kan?" Kak Sana memastikan kembali dengan raut wajah yang terlihat hanya lucu..
" Iya kak pasti aku gak bawa ngebut, ayo kak, keburu semakin malam." Ucapku lagi memastikan bahwa aku akan berkendara dengan aman.
" Iya bentar aku ambil tas dulu ya." Ucap kak Sana mengambil tas miliknya.
Kulihat Kak Sana tampak kesulitan untuk naik ke motorku, memang motorku adalah motor Sport yang memang sedikit lebih tinggi dari motor biasanya. Aku pun refleks memang tangannya agar kak Sana tidak jatuh saat menaiki motorku.
" Aku siap" Ucap kak Sana sambil melingkarkan tangannya di perutku, dan sukses membuatku panas dingin dan gugup, bagaimana bisa dia memeluk orang yang baru saja dikenalnya.
" I...ya kak." Aku pun menghidupkan motorku, dan membuat kak Sana mengencangkan pelukannya.
Aku mengendarai motorku dengan kecepatan sedang. Membonceng kak Sana dan bahkan di peluk olehnya, tak pernah terlintas di pikiranku sama sekali. Kini aku mengendarai motorku dengan detak jantung yang berdegup kencang.
Sekitar 20 menit aku mengendarai motorku, sampailah aku di sebuah rumah yang bisa di bilang sangat besar, pagar yang menjulang tinggi, yang hampir membuat rumah dibalik pagar itu tidak kelihatan.
" Kamu gak mau masuk dulu ?" Kak Sana menawariku mungkin karena tidak enak padaku yang mengantarkannya larut malam seperti ini.
" Gak usah kak, udah malam kali, kalau gitu aku permisi ya kak." Ucapku ambil menghidupkan motorku.
" Dahyun boleh minta nomor kamu." Kata kak Sana tiba-tiba yang mampu membuat jantungku seketika berhenti berdetak.
Aku pun mengerutkan termenung, apa yang baru saja aku dengar, kak Sana meminta nomorku.
" Jangan salah paham, aku Cuma mau mastikan kamu sampai di rumah dengan selamat, apa lagi ini udah malam banget." Kak Sana pun menjelaskan maksudnya.
" Oh iya kak" Akun pun menyebutkan nomor teleponku dengan lancar.
" Hati-hati ya, dan terima kasih." Ucap kak Sana melambaikan tangannya kepadaku.
Aku melebelkan bahwa hari ini adalah hari keberuntunganku.
" Terima kasih Tuhan telah memperlancar usahaku untuk mendekatinya, ku mohon bimbingan aku untuk kedepannya." Ucap ku berteriak senang setelah aku mengendarai motorku cukup jauh dari rumah kak Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Telah Menikah
Fanfiction' Kim Dahyun mahasiswa semester 4 merupakan pemuda tampan dan juga kaya, ia rela bekerja di cafe Sana sebagai pengurus gudang untuk mendekati Sana dan Membuatnya jatuh cinta. Sana adalah seorang wanita dewasa yang memiliki dua anak dan juga masih b...