Part 20 (Sana)

173 17 3
                                    


“ Huft....” Kuhembuskan nafasku dengan kuat. Saat ini aku sedang terbaring menghadap kesisi yang berlawanan dengan Mina dan Chaeyoung yang sejak tadi telah memasuki dunia mimpi mereka.

Aku hanya dapat melamun memandangi telepon genggam ku yang sejak dari tadi bergetar, entah itu karena chat ataupun panggilan yang di lakukan Dahyun. Liburan yang harusnya menyenangkan malah berakhir menyakitkan bagi ku, karena aku benar-benar marah kepada Dahyun, bagaimana tidak,  bisa-bisanya dia tidak menolak saat di cium oleh Irene, dia membuatku takut, takut karena Irene merupakan gadis yang cantik, selain itu dia juga trainee di agensi ternama yang terkenal dengan visual yang menawan, belum lagi dia begitu muda.

Aku benar-benar takut kehilangannya, bahkan dengan Jeongyeon pun aku tak pernah setakut ini.

Tak selang beberapa waktu, Dahyun tidak mengirimi ku chat atau memanggil ku melalui telepon.

“ Bagaimana ini, apakah dia marah padaku ? Harusnya bukannya aku yang marah.” Gumam ku yang masih uring-uringan. 20 menit telah berlalu, tapi tetap saja dia masih belum menghubungi ku lagi. Jadi benar dia marah padaku karena sikapku yang kekanak-kanakan ini ?

Dadaku sesak dan mataku terasa pedih. “ Tidak, aku harus menghubungi nya lebih dulu. Aku tidak ingin kehilangannya.” Gumam ku dan dengan sangat cepat aku pun langsung mencari kontak Dahyun untuk segera menghubungi nya. Namun saat ingin menyentuh ikon berwarna hijau itu, tiba-tiba Somi salah satu Chef di kafeku dan merupakan teman Dahyun meneleponku.

“ Hallo Somi...” Ucapku setenang mungkin.

“ Kak Sana, kak Sana gawat, Dahyun jatuh dari kamar mandi. Buruan kesini kak.” Ucap Sini dengan nada yang terdengar panik dari seberang sana.

“ Beneran, aku ke kamar kalian sekarang juga.” Ucapku tak kalah panik, dan berjalan cepat serta sedikit berlari-lari kecil agar aku segera sampai di kamar yang Dahyun tempati.

Saat aku membuka pintu kamar itu, lampu-lampu disana padam. Namun tidak gelap, lilin-lilin dan juga bunga berjejer membentuk jalan setapak. Kuikuti sesuai naluri ku, dan aku tiba di tempat kelopak bunga mawar yang di bentuk menjadi hati. Saat aku sedang melihat kelopak itu, sebuah tangan yang tak asing melingkar di perut.

“ Maaf.” Sebuah kata yang keluar dari bibirnya. Entah kenapa mendengar suaranya meminta maaf membuat dadaku kembali sesak, mataku pedas dan seakan ada air yang tidak bisa dibendung lagi.

Dahyun balikkan tubuhku hingga kami saling berhadapan. Dia hanya memandangku sekilas dan langsung memeluk tubuhku hingga terbenam di tubuhnya yang memang tinggi dan kekar. Tidak, aku tidak dapat menahannya, dadaku semakin sesak, nafasku tersendat, serta mataku seakan pedih dengan air yang hampir penuh di kelopak mataku, membuat tangisku pecah seketika.

“ Hiks... Hiks....” Mendengarku menangis, Dahyun hanya mengusap bahunya lembut, sungguh pelukannya dan usapan lembut yang dia berikan membuat suasana hatiku sedikit tenang, sesak di dadaku mengurang. Aku melepas pelukanku dan menatapnya.

“ Maafin aku, harusnya aku lebih bersikap dewasa tentang hubungan kita. Kamu pasti kecewa kan sama aku.” Ucapku dengan penuh penyesalan.

“ Aku gak kecewa sama kamu. Kamu berhak marah samaku. Karena aku dengan bodohnya gak bisa menghindar ciuman Irene. Maafin aku.” Ucap Dahyun sambil memegang bahuku dengan lembut.

“ Sebagai permintaan maaf aku. Aku punya hadiah buat kamu.” Ucap Dahyun sambil mengeluarkan sebuah kotak, memperlihatkan gelang couple yang ku lihat sebelumnya. Apakah tadi dia memperhatikanku ?

“ Ini kan ?” Ucapku tak percaya melihat gelang itu sekarang berada di depanku.

“ Ya ini gelang yang kak Sana liat tadi kan. Sini aku pakaikan.” Ucap Dahyun sambil memegang tanganku dan memakaikan gelang titanium itu di pergelangan tanganku.

“ Sini aku pakaikan gelang yang satunya.” Ucapku sambil mengambil gelang yang satunya di pergelangan tangan Dahyun.

“ Makasih udah hadir di hidupku.” Ucap Dahyun sambil mencium bibirku.

Ciuman yang semula biasa saja kini menjadi lumatan-lumatan yang semakin bergairah. Kini Dahyun mengganti ciumannya yang semula di bibirku kini mulai turun menyusuri leherku dengan kecupan-kecupan kecil yang membuatku bergidik geli. Tanganku pun asik meraba tubuhnya, punggungnya, dadanya bahkan perutnya pun tak luput dari tangaku.

“ Akh.... Akh....” Tak tahu berapa kali desahan ku lolos begitu saja, hingga suaraku memenuhi kamar ini.

Kubuka baju milik Dahyun, hingga terlihat lah dadanya yang bidang, serta perutnya yang berkotak-kotak. Kusentuh dada serta perutnya perlahan-lahan. Ah... Rasanya sudah lama aku tak melihat tubuhnya.

Setelah puas dengan tubuhnya, aku pun mencium kembali bibir milik Dahyun. Ciuman panas yang dia lakukan membuatku semakin menginginkannya. Kubuka baju dan celana hingga menyisakan bra dan juga celana dalamku. Melihat aku yang hanya memakai pakaian dalam, Dahyun pun meniduri aku di kasur yang ada di kamar tersebut....

Entah berapa kali aku dan Dahyun mencapai puncak orgasme, kini Dahyun tertidur memelukku dan membenamkan diri di dadaku. Melihatnya terlelap aku hanya mengusap kepalanya agar dia lebih nyenyak lagi tidurnya.

Kulihat jam telah menunjukkan jam 3.31 dini hari. Kulepas pelukan Dauyun dan mulai memungut pakaian ku dan memakainya kembali, aku harus segera kembali ke kamarku. Tidak mungkin aku tidur disini bersama Dahyun bisa-bisa aku akan di interogasi oleh anakku Mina dan Chaeyoung yang berstatus adik pacar brondong ku itu.

Setelah memasuki kamarku, aku pun segera membersihkan diriku yang lengket karena keringatku dan keringat Dahyun yang menyatu.

Setelah aku membersihkan diri, rupanya Mina menatap heran kearah ku, yang terbungkus dengan handuk di tubuhku serta rambutku yang masih basah.

“ Mami habis mandi ?” Tanya Mina dengan suara seraknya.

“ I.. ya, mami habis mandi.” Ucapku sedikit gugup.

“ Mami gak tidur emang ?” Ucap Mina yang sepertinya masih heran denganku.

“ Mami gak bisa tidur, jadi mami mandi, supaya badan mami lebih fresh. Ini sekarang mami mau lanjut tidur.” Ucapku sambil naik keatas tempat tidur.

“ Ya udah aku lanjut tidur ya mi.” Ucap Mina memposisikan tubuhnya untuk bersikap tidur kembali.

“ Good night my little girl.” Ucapku pada Mina.

Sekarang aku menatap langit-langit kamar dan mengigat kejadian beberapa menit yang lalu, kejadian betapa buasnya aku menerkam pacar brondong ku itu. Aku melakukan itu bukan karena nafsu, tapi itu murni karena aku mencintainya.

“ Terima kasih telah lahir.” Gumamku sambil memejamkan mataku, berharap jika dia akan hadir di mimpiku nanti.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang