Part 19 (Dahyun)

169 15 3
                                    


Setelah jalan-jalan dan berakhir dengan ciuman yang Irene berikan di pipiku, membuatku gelisah tak menentu.

“ Lu kenapa Kim ?” Tanya Chaeyeon yang sepertinya tak tahan melihat kegelisahan ku dari tadi.

“ Tahu ni lu, risih banget kita liatnya, ya kan Som.” Timpal Hyewon meminta persetujuan Somi.

“ Iya Won. Kita ini sahabat lu, cerita dong.” Sambung Somi pindah duduk di dekat ku di ikuti Chayeon dan juga Hyewon.

“ Gue bingung banget, lu bertiga gak liat tadi Irene nyium gue. Mana di situ kak Sana ada lagi. Kan cari mati gue namanya. Bantuin gue dong cari solusinya.” Ucapku sambil mengacak rambutku frustasi.

“ Gampang itu, tinggal minta maaf aja udah selesai.” Ucap Hyewon seenaknya dan disetujui oleh Chaeyeon dan Somi.

“ Gue juga tahu minta maaf, masalah ini gue chat gak di balas cuma di liat dong. Di telepon juga ditolak mulu. Bingung gue, bantuin cari solusi dong.” Ucapku hampir putus asa.

“ Kalau itu gampang. Yok, kekamar kita, kita bikin kejutan.” Ucap Somi sambil menaikkan kedua alisnya.

Mendengar usulan Somi, membuatku sedikitpun tak paham maksud dari perkataannya.

“ Udah gak usah kebanyakan mikir, angkat dia kawan.” Ucap Somi dan membuat Chaeyeon dan Hyewon mengangkat tubuhku.

Seketika sampai di kamar hotel yang kutempati bersama Somi, kami pun mulai mendekorasi ulang kamar itu sedemikian rupa.

“ Lu Kim, kan lu orang kaya, beli kek lilin, bunga, sama hadiah gitu buat permintaan maaf lu. Entar kita bantu dekor pokoknya lu tinggal mantap-mantap aja.” Ucap Hyewon sambil tersenyum geli.

“ Udah, pergi sana lu.” Ucap Chaeyeon mendorong ku keluar kamar.

“ Tadi aja narik-narik gue, sekarang gue nya di tendang. Dasar temen kampret.” Gumamku pada ketiga sahabatku itu.

Aku pun menimbang-nimbang kira-kira kado yang pantas aku berikan untuk kak Sana. Seketika aku pun teringat dengan gelang di merchant aksesoris yang kudatangi sebelumnya.

Dengan langkah cepat, aku pun mulai berjalan menuju merchant aksesoris tersebut. Tapi tak semudah dibayangkan, aku beberapa kali tersesat karena jalanan kota yang kurangku mengerti ini.

Setelah 30 menit berkeliling, aku pun sampai juga di merchant aksesoris tersebut. Rupanya keberuntungan masih berpihak kepadaku, merchant aksesoris itu hampir saja tutup dan gelang yang sebelumnya di pegang kak Sana juga masih ada di etalase toko.

“ I will buy this.” Ucapku sambil menunjuk gelang yang di pilih kak Kira sebelumnya. Dan membuat  pemilik merchant menjualkan gelang tersebut kepadaku.

“ Thank you.” Ucapku sambil tersenyum setelah mendapatkan gelang tersebut di tanganku.

Tak ingin berlama-lama, Setelah mendapatkan gelang, aku pun mulai berlari-lari kecil untuk kembali ke hotel, karena hari yang juga sudah hampir semakin larut.

Setelah beberapa menit, aku pun tiba di kamar hotel dengan nafas tersengal-sengal tanda bahwa aku sejak tadi berlari-lari dan hampir saja kehabisan nafas.

“ Lama benget sih lu Kim.” Ucap Somi tanpa melihatku.

“ Sorry, tadi gue kesasar.” Ucapku sambil menetralkan nafasku.

“ Bunga ? Lilin ? Hadiah ?” Tanya Hyewon padaku.

“ Mampus, gue lupa. Bunga sama lilinya. Kalau hadiahnya ada.” Ucapku sambil menepuk jidatku.

“ Udah gak apa. Untung tadi gue sebagai calon adik ipar lu udah belikan bunga sama lilin. Tu di meja.” Ucap Somi yang mampu membuatku tersenyum lega.

“ Som, lu memang calon adik ipar gue yang paling keren, tenang aja hubungan lu sama Chaeyoung bakalan gue buat mulus kaya jalan yang baru diaspal.” Ucapku sambil memeluk erat Somi.

“ Gue pegang kata-kata lu abang ipar.” Ucap Somi membalas pelukanku.

“ Yuk buruan, keburu makin malam.” Ucap Chaeyeon melepaskan pelukanku pada Somi.

Dengan cepat, kami pun mulai menghias kamar ini. Bunga kami tebar di sepanjang jalan beserta lilin-lilin kecil membentuk jalan setapak.

“ Oke, nanti gue bakalan telepon kak Sana. Setelah itu semuanya tergantung lu Abang ipar.” Ucap Somi sambil menepuk pundak ku.

“ Semangat bro.” Ucap Chaeyeon di ikuti Hyewon menyemangati ku.

“ Lu bertiga memang sahabat gue.” Ucapku sambil memeluk mereka bertiga.

“ Udah lah pelukannya, yok keluar.” Ucap Chaeyeon sambil melepaskan pelukan kami, dan menarik Hyewon dan juga Somi.

“ Abang ipar, entar cerita-cerita ya. Oh iya, gue gak bakalan balik kesini, malam ini gue numpang di kamar Chaeyeon sama Hyewon.” Ucap Somi sambil menaik turunkan alisnya.

“ Mesum lu kampret.” Ucapku sambil tersenyum malu.

Setelah ketiga sahabatku keluar, aku pun mulai mematikan lampu dan bersembunyi di tempat yang mungkin tidak terlihat oleh kak Sana.

Rupanya aku tidak menunggu lama, kini kak Sana terlihat masuk ke kamarku, wajah kaget yang sebelumnya menghiasi wajahnya, kini terganti dengan senyum tidak percaya yang kulihat dari cahaya minim yang ada di kamar.

Kulihat kak Sana mulai jalan mengikuti jalan setapak yang kami buat sebelumnya. Setelah tiba di tumpukan bunga berbentuk hati, aku pun mulai berjalan dan memeluk erat kak Sana.

“ Maaf.” Satu kata ku ucapkan dengan sangat penyesalan. Tak tahu kenapa, tiba-tiba saja bahu kak Sana bergetar. Apakah dia menangis, sekesal itu kah dia padaku ?

Ku balikkan tubuhnya hingga menghadap ke arahku. Kulihat matanya berkaca-kaca, tapi bahu nya bergetar, rupanya dia menahan tangisannya. Dengan cepat aku pun memeluk erat, sehingga dia pun juga ikut membalas pelukanku, disaat yang bersamaan tangisannya pecah seketika.

“ Hiks... Hiks....” Mendengar kak Sana menangis, aku hanya mengusap bahunya lembut, agar dia lebih tenang.

Setelah tangisannya reda, kak Sana menatapku dengan lembut dan sembab di wajahnya.

“ Maafin aku, harusnya aku lebih bersikap dewasa tentang hubungan kita. Kamu pasti kecewa kan sama aku yang bersikap kekanak-kanakan.” Ucap kak Sana namun terdengar lucu menurutku.

“ Aku gak kecewa sama kamu. Kamu berhak marah samaku. Karena aku dengan bodohnya gak bisa menghindari ciuman Irene. Maafin aku.” Ucapku sambil memegang bahunya lembut.

“ Sebagai permintaan maaf aku. Aku punya hadiah buat kamu.” Ucapku sambil mengeluarkan sebuah kotak, memperlihatkan gelang couple yang ku beli tadi.

“ Ini kan ?” Ucap kak Sana tak percaya dengan gelang yang kubawa.

“ Ya ini gelang yang kak Sana liat tadi kan. Sini aku pakaikan.” Ucapku sambil memegang tangan kak Sana dan memakaikan gelang titanium itu di pergelangan tangannya.

“ Sini aku pakaikan gelang yang satunya.” Ucap kak Sana sambil mengambil gelang yang satunya di pergelangan tanganku.

“ Makasih udah hadir di hidupku.” Ucapku sambil mencium bibir ranum kak Sana.

Ciuman yang semula biasa saja kini menjadi lumatan-lumatan yang semakin bergairah. Kini aku mengganti ciumaku yang semula di bibir kak Sana kini mulai turun menyusuri leher jenjangnya dengan kecupan-kecupan kecil. Sedangkan kak Sana pun asik meraba tubuhku, punggungku, dadaku bahkan perutku pun tak luput dari tangan hangatnya.

“ Akh.... Akh....” Tak tahu berapa kali desahan kak Sana lolos begitu saja, hingga suaranya memenuhi kamar yang kami gunakan ini.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang