Sudah lebih dari empat bulan Dahyun memutuskan untuk sedikit membuat jarak dengan Sana, mengingat Irene yang sedang hamil. Membuatnya tidak tega harus menyakiti perasaan wanita yang sedang hamil itu.
Kini usia kandungan Irene sudah 19 Minggu. Pergerakan bayi yang ada di dalam kandungannya mulai dia rasakan.
" Aduh sayang kamu gerak." Ucap Irene sambil mengelus perutnya yang sudah semakin membesar.
" Aduh... Papa kamu pasti senang kalau kamu gerak-gerak." Ucap Irene sambil menitikkan air matanya bahagia.
Dahyun yang baru saja pulang membeli buah, melihat Irene yang terlihat bahagia, namun membuatnya bingung karena Irene yang juga mengeluarkan air mata.
" Kamu gak apa?" Ucap Dahyun khawatir, pasalnya sudah seminggu ini Irene demam, wajahnya juga terlihat semakin pucat.
" Aku gak apa, sini tangan kamu." Ucap Irene sambil tersenyum dan meraih tangan Dahyun untuk diletakkan di atas perutnya.
" Dia gerak, dia gerak." Ucap Dahyun dengan mata yang berbinar.
" Hai sayang, papa gak sabar mau ketemu kamu. Kamu juga kan gak sabar ketemu papa." Ucap Dahyun sambil Meletakkan telinganya di perut Irene.
" Iya Papa, aku gak sabar mau ketemu papa." Ucap Irene sambil menirukan suara anak kecil.
Sambil mengusap-usap perut Irene, Dahyun pun duduk di sebelah istrinya itu dan mulai mengobrol ringan.
" Kita ke dokter yuk, demam kamu gak turun-turun." Ucap Dahyun sambil mengusap kepala Irene.
" Tapi aku lemes banget mau ke dokter." Ucap Irene sambil meletakkan kepalanya di bahu Dahyun.
" Aku gendong kamu, aku takut kamu dan calon bayi kita kenapa-kenapa. Kita ke dokter ya." Ucap Dahyun membujuk Irene dengan lembut.
" Gendong." Ucap Irene sambil mengerucutkan bibirnya, dan membuat Dahyun gemas melihatnya.
Cup. " Gemes banget sih istri aku." Ucap Dahyun setelah mengecup singkat bibir Irene.
***
Setelah pulang dari rumah sakit, keduanya terlihat muram.
" Kalian berdua kenapa?" Tanya Mama Dahyun karena melihat anaknya yang tak bersemangat, serta menantunya yang masih sesenggukan menangis.
" Nanti aku jelasin ma, aku mau antar Irene ke kamar dulu." Ucap Dahyun menggandeng Irene kembali ke kamar mereka.
Ikut terduduk di samping Irene, Dahyun kembali mencoba berbicara kepada Irene mengenai saran dokter tadi.
" Kita lepasin dia, dan fokus dengan pengobatan kamu." Ucap Dahyun dengan lembut.
" Di mana hati kamu sebagai orang tua, kamu tega mau membunuh anak kamu sendiri." Ucap Irene yang berteriak cukup kencang, tak lupa air mata yang semakin membasahi pipinya.
" Aku gak perduli dengan kesehatan aku, lagian untuk sembuh dari kanker itu juga kecil. Hiks... Jadi biarkan aku menjaganya. Hisk... Biarkan aku melahirkannya, biarkan aku menjadi seorang ibu Dahyun-ah, aku mohon, hiks... hiks..." Irene hanya menangis meminta belas kasihan Dahyun.
***
Sudah dua bulan sejak Irene dinyatakan menderita kanker, sudah dua bulan juga Irene meminta Sana dan Tzuyu untuk menjadi teman mengobrol selama berada di rumah sakit.Namun, hari semakin hari kondisi Irene semakin parah, namun dia masih tetap pada pendiriannya untuk melahirkan anak didalam kandungannya, dan tak membiarkan tetapi apapun yang dapat membahayakan kandungannya.
Sadar dengan kondisinya yang sudah tidak baik-baik saja dan semakin parah, Irene mengajak Sana untuk berjalan-jalan di sekitaran rumah sakit.
" Kak Sana masih mencintai Dahyun?" Tanya Irene menatap lurus ke depan, tempat dia dapat melihat matahari senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Telah Menikah
Fanfiction' Kim Dahyun mahasiswa semester 4 merupakan pemuda tampan dan juga kaya, ia rela bekerja di cafe Sana sebagai pengurus gudang untuk mendekati Sana dan Membuatnya jatuh cinta. Sana adalah seorang wanita dewasa yang memiliki dua anak dan juga masih b...