Part 9 (Dahyun)

133 21 1
                                    


Kini aku merenung tak berdaya, setelah aku tahu kebenaran jika kak Kira telah menikah, telah menjadi seorang istri dan bahkan menjadi seorang ibu dari 2 anak. Sungguh aku merasa kacau sekali mengetahui fakta itu. Sekarang yang kulakukan adalah menyibukkan diriku di gudang kafe, membereskan dan menata kembali gudang yang cukup berantakan.

" Dahyun, saya bantuin ya, saya juga gak ada kerjaan." Ucap kak Sana sambil mengambil berkas yang ada sebelumnya, entah sejak kapan kak Sana sudah ada di gudang.

" I..ya kak." Ucapku gugup sambil tersenyum padanya, sunggu berada di satu ruangan dengannya adalah cobaan yang berat untukku.

Aku dan kak Sana pun mulai bekerja membereskan gudang. Membereskan dan merata barang adalah tugasku, sedangkan Kak Sana yang mencocokkan barang sesuai dengan berkas yang ada di tangannya. Namun saat sedang bekerja, tiba-tiba saja aku mendengar suara yang cukup keras yang berasal beberapa langkah dari tempatku berdiri, itu adalah tempat kak Sana yang sedang memeriksa kakinya, mungkin dia tersandung dan membuatku sedikit khawatir.

" Ahh..." Teriak kak Sana saat rak tersebut akan jatuh menimpa kearah nya. Membuatku berlari menuju kearahnya dan menahan rak tersebut dengan tubuhku.

Mataku terpejam dan sedikit meringis menahan sakitnya punggungku yang menahan rak yang jatuh dan juga tanganku yang sepertinya berdarah mungkin ada sesuatu yang tajam di belakang kak Sana, tapi syukur lah hanya tanganku yang terluka.Aku pun membuka mataku, jarak wajahku dan kak Sana sangatlah dekat, dapatku lihat wajah cantik kak Sana yang tanpa celah sedikitpun, wajah yang kecil, hidung yang kecil mancung dan bibir yang merah itu membuatku lagi-lagi terpesona dengannya. Sungguh pelet apa yang digunakan sehingga aku jatuh kedalam pesona nya lagi dan lagi.

" Kak Sana, Dahyun." Teriak seseorang mengagetkanku dan menyadarkan aku dari pesona kak Sana.

" Panggil yang lain Jess, kasihan Dahyun pasti keberatan nahan rak nya " Ucap kak Sana menoleh pada melihat kak Jessica, aksi kak Sana itu membuatku panas dingin, yang kulihat kini adalah leher janjang dan putih milik kak Sana. Cobaan apa lagi yang kau berikan padaku tuhan, aku ingin segera melupakan wanita ini.

" Iya kak, tunggu ya." Ucap kak Jessica, mungkin keluar mencari bantuan, aku tak tahu apa-apa karena aku tak sanggup untuk menggerakkan kepalaku dengan leluasa.

Tak butuh waktu lama, kak Jessica kini datang bersama beberapa karyawan kafe untuk mengangkat rak yang ada dipunggungguku.

Lega, namun masih terasa sakit, aku yakin mungkin beberapa tulang punggung ku keseleo atau mungkin patah, sungguh malang sekali nasibku.

" Kamu keruangan aku aja Dahyun, tangan kamu berdarah." Ucap kak Sana yang sedikit panik mungik dia melihat darah segar yang keluar dari tangan kananku.

Setelah masuk keruangan kerja kak Sana, aku pun langsung menduduki sofa panjang berwarna coklat yang ada di ruangan ini. Namun, saat aku menduduki sofa ini, punggungku tak sengaja bersentuhan dengan belakang sofa yang membuat meringis kesakitan. Pasti punggungku sangat luka.

" Sini tangannya biar aku obati." Mendengar ucapan kak Sana, pun menjulurkan tangan kananku yang terluka padanya.

Aku melihat kak Sana mengambil kapas dan membasahinya dengan antiseptik.

" Ehm..." Ringisku tertahan saat kapas basah itu menyentuh lukaku.

" Sakit ya, teriak aja kalau memang sakit banget." Ucap kak Sana yang hampir membuat ku sangat malu.

" Malu dong kak, masa aku udah gede gini masih teriak di obatin." Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

" Gak apa teriak aja, kan Cuma ada aku, orang lain gak bakalan denger." Ucapku terkesan meledek.

" Ah.. kak Sana." Ucapku sambil memajukan bibirku kembali. Kalau orang lain sih mungkin aku akan berteriak sekencang-kencangnya masalahnya yang didepan ku kak Sana orang yang aku suka, tidak mungkin aku berteriak di depannya.

" Oke, terserah kamu." Ucap kak Sana mengalah, dan lanjut mengobatiku. Namun hanya dapat mematung memandangnya yang sibuk membersihkan luka hingga menutup lukaku dengan perban.

" Cantik" bibirku mengucapkan 1 kata itu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Sungguh beruntung lelaki yang menjadi suami kak Sana, punya istri yang cantik seperti kak Sana dan anak yang baik seperti Mina dan Nako.

" Punggung kamu sakit ?" Tanya kak Sana yang mengagetkanku

" Gak apa kak, paling entar juga hilang sakitnya." Ucapku dengan senyum, memastikan bahwa aku baik-baik.

" Buka aja kaos kamu, biar aku liat seberapa parah." Mendengar perkataan kak Sana, membuat aku dengan refleks membuka kaos hitam milikku.

" Punggung kamu merah banget loh, kita ke dokter yuk." Ajak kak Sana padaku setelah melihat kondisi punggungku

" Ga...."

" Minatozaki Sana..."

Suaraku terpotong oleh seorang lelaki besar yang berdiri di depan pintu ruangan kak Sana dan menyebutkan nama kak Kira dengan berteriak.

" Ngapain kamu di sini." Ucap kak Sana setenang mungkin tanpa melihat kearah lelaki yang berdiri di pintu ruangan.

" Bagus sekali kau wanita jalang, kau pergi dari rumah untuk bermain bersama pemuda ingusan ini, aku jamin umurnya juga tidak jauh berbeda dengan Mina. Selera mu sangat rendah sekali." Ucap lelaki itu sambil tersenyum sinis. Tunggu apakah dia suami kak Sana, kenapa dia begitu kasar.

" Selera ku rendah ? Bukankah itu seleramu yang rendah, berselingkuh dan menghamili wanita yang bahkan lebih muda dari Mina. Kau hanya laki-laki brengsek yang tak punya malu." Ku lihat kak Sana seperti mulai tersalut emosi.

" Apa kau bilang wanita jalang." Ucap lelaki itu sambil yang melayangkan tangannya ke arah kak Sana dan dengan cepat aku pun menahan lengan lelaki itu, rupanya di cukup kuat juga ternyata.

" Lepaskan tangan kotormu" Ucap lelaki itu dengan sinis.

" Pergi dari sini atau saya laporkan anda kepolisi." Ucapku dengan penuh penekanan. Tak akan kubiarkan dia menyentuh kak Sana, walau hanya 1 centi pun.

Lelaki tua itu pun menghempaskan tangannya dan berniat memukulku saat tangannya telah terbebas dari cengkeraman ku. Tapi tidak semudah itu, dengan sigap aku pun menghindar dan mukul perut lelaki itu dengan sekuat tenagaku hingga akhirnya dia tersungkur.

" Pergi dari sini." Ucapku kembali. Aku pasti terlihat seperti sangat mempesona.

" Awas, aku tak akan pernah memaafkan kalian." Ucap lelaki itu dengan marah dan pergi meninggalkan ruangan kerja kak Sana.

" Kak Sana gak apa ?" Ucapku dengan lembut sambil berjalan ke arahnya, kulihat dia sedikit terguncang dengan kehadiran laki-laki tua tadi.

Kulihat mata kak Sana berkaca-kaca, tunggu apakah dia menangis. Tidak jangan menangis, tangisan mu akan membuat ku terasa sesak. Saat kak Sana menutup wajahnya dengan kedua tangan kecilnya, aku pun memeluknya erat, kulihat bahunya bergetar.

" Menangis lah, menangis tidak membuat seseorang terlihat lemah. Manusia kadang butuh menangis untuk menenangkan diri." Ucapku pelan, membuat kak Sana menangis sejadi-jadinya.

" Hikss.....Hikss... Hiks...."

" Aku putuskan, aku tak akan pernah mundur, aku tak perduli jika kamu perempuan yang telah menikah atau pun seorang istri aku tak perduli, aku kan merebut mu dari nya. Aku akan membuatmu bahagia bersamaku. Aku janji akan mengobati lukamu, mengganti tanggamu menjadi tawamu aku janji." Ucapku dalam hati bertekad untuk membahagiakan kak Sana dan memeluknya lebih kencang.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang