Semenjak kejadian memalukan diruang ku, saat Jeongyeon suamiku datang mengunjungiku dan salah paham tentang hubunganku dengan Dahyun serta berujung Jeongyeon yang marah besar, rupanya itu menjadi titik awal aku menjadi semakin dekat dengan Dahyun karyawan baruku, entahlah aku juga masih belum mengerti dengan perasaanku, apakah aku hanya menganggapnya sebagai pemuda saudara dari sahabat anakku atau sebagai pria orang yang mulai mengalihkan perhatianku. Tak jarang masing-masing kami meminta bantuan tanpa sungkan.Tok... Tok... Suara ketukan pintu cukup membuatku berhenti dari aktifitas ku yang mengecek beberapa laporan keuang kafe milikku.
" Masuk.." Ucapku mengalihkan pandanganku yang sebelumnya tertuju pada laptopku kini melihat ke arah pintu. Rupanya Dahyun yang mengetuk pintu ruangan ku.
" Kenapa Dahyun-ah ?" Tanyaku sambil melihat Dahyun yang tersenyum manis. Entah makin hari aku melihatnya semakin mempesona.
" Em... Nanti malam jam 9 kak Sana kira-kira sibuk gak ?" Ucap Dahyun sambil memegang pintu ruang ku.
" Em... Bisa gak ya" Kataku sambil memejamkan mataku berniat menggodanya.
" Kalau gak bisa gak apa..... Tapi bisa deh ya kak ?" Ucap Dahyun dengan sangat lucu.
" Oke emang mau kemana ?" Tanyaku sambil menopang kedua tanganku di antara daguku.
" Ada deh. Nanti aku jemput di sini atau di rumah kak Sana ?" Tanya Dahyun kembali.
" Di rumahku aja, aku sekalian bersih-bersih. Tapi nanti selesai sift kamu, kamu antarin aku pulang ya. Mobilku mau di pakai sama saudaraku lu." Ucapku sambil tersenyum manis.
" Siap bos cantik, aku ke bawah dulu ya." Ucap Dahyun sambil mengangkat tangan kirinya membentuk hormat, serta menutup pintu ruanganku kembali.
" Kira-kira mau kemana ya ngajakin aku pergi, tumben gak bilang-bilang mau pergi kemana, beliin kado ? Pergi main ? makan?" Gumamku sambil menebak-nebak tempat yang akan kunjungi nanti malam.
" Atau jangan-jangan Dahyun mau nembak aku. Akh.... Pasti aku sudah gila, lagian mana mungkin kalau Dahyun suka tante-tante kaya aku, udah lah mending aku kerja aja dulu." Gumamku sambil melanjutkan perkejaan ku.
Tok... Tok... Tok... lagi-lagi ketukan pintu menyadarkan aku dari fokusku terhadap laptop di depanku ini.
" Iya masuk." Ucapku sambil meluruskan pungguku yang terasa cukup kaku setelah beberapa jam duduk di kursi kerjaku.
" Mau pulang sekarang ? Udah jam 4 sore, sift ku selesai." Ucap Dahyun sang pengetuk pintu dengan senyum cerahnya. Perkataan Dahyun tersebut membuatku melihat jam di pergelangan tanganku.
" Ya udah ayo pulang sekarang." Ucapku sambil mengambil tas milikku yang berada di meja.
Sepanjang perjalanan menuju mobil Dahyun, aku pun tak lupa menyapa karyawan kafe.
" Aku pulang ya. Jess nanti tolong tutup kafe ya. Aku ada urusan hari ini jadi gak sempat kayanya buat nutup kafe." Ucap ku kepada Jessica sebagai penanggung jawab kafe ku.
" Siap kak bos, hati-hati ya. Dahyun jangan ngebut bawa mobilnya." Ucap Jessica memperingati Dahyun,
" Siap, kak Sana pasti aman sama aku, gak bakalan lecet." Ucap Dahyun sambil bercanda, dan membuatku memukul pelan punggungnya.
" Tu liat kak Jess, gimana mau ngebut kalau udah di pukul duluan." Ucap Dahyun mengadu pada Jessica.
" Ya udah kita duluan ya Jess." Ucapku tanpa sadar menggandeng tangan Dahyun.
Seperti biasa, Dahyun pasti selalu membukakan pintu penumpang di sebelah supir untukku, perhatian-perhatian kecil itu selalu membuatku tersanjung dengan sikapnya.
" Kenapa belum jalan." Ucapku sambil menatap heran kearah Dahyun yang sudah menghidupkan mesin mobil, tapi belum juga memasukkan gigi mobil apa lagi menginjak pedal gas.
" Kak Sana kebiasaan, pasti lupa terus kalau kita wajib pakai safety belt" Ucap Dahyun sambil mencondongkan badannya ke arahku mengambil tali pengaman itu. Membuatku sekali lagi melihat wajahnya dengan jelas dan juga dapat mencium aroma maskulin namun tidak terlalu kuat dari tubuhnya yang tercium cukup menenangkan untukku. Sungguh kejadian yang tak disangka, kini mataku dan matanya bertemu, dapat kulihat mata tajam namun teduh, dengan iris coklat yang bersinar, membuatku lagi-lagi mengagumi ketampanannya yang cukup sempurna itu.
Kring..... Kring.... Dering telepon genggam milikku mengagetkanku dan membuatku mendorong keras tubuh Dahyun agar segera menjauh dariku. Namun doronganku sepertinya terlalu kuat, sehingga membuat lengannya terbentur dengan dashboard mobil.
Dengan cepat aku pun langsung mengangkat panggilan yang berasal dari telepon genggam ku, sedang Dahyun mulai menjalankan mobilnya.
" Hallo pa ?" Ucap ku setelah menggeser ikon berwarna hijau di layar telepon genggam ku.
" Hallo San, kamu di mana ?"
" Di jalan pa, ini mau pulang kerumah kenapa pa ?."
" Oh ini ada di Taeyeon teman kuliah kamu kan, dia datang kerumah. Kirain kamu di kafe, mau papa suruh ke kafe aja, tapi karena kamu udah pulang jadi papa suruh tunggu di sini aja ya."
" Iya pa, ini Sana di jalan, paling sebentar lagi mau sampai ke rumah."
" Hati-hati ya."
Setelah menutup panggilan telepon dari papa, aku pun melihat kearah Dahyun yang tampak bediam tanpa membuka suaranya.
" Kenapa kamu diam ?" Tanya ku sambil menatap kearahnya yang sedang fokus menyetir.
" Kan kak Sana lagi teleponan, masa iya aku mau teriak-teriak, kan gak mungkin." Ucap Dahyun yang tampak masih fokus menyetir.
" Beneran kamu gak marah sama aku, karena dorong kamu tadi ?" Ucapku sambil memincingkan mataku menatapnya dengan penuh selidik.
" Beneran. Jangan natap gitu, nanti kalau kak Sana suka sama aku gimana, aku gak tanggung jawab loh." Ucap Dahyun tanpa melihat kearah ku.
" Oke, aku gak bakalan gangguin kamu lagi. Fokus nyetirnya ya supir ganteng." Ucapku sambil memainkan telepon genggamku.
Kini setelah beberapa menit perjalanan kau pun sampai di halaman rumah orang tuaku, tampak kulihat seseorang yang asing namun sangat ku kenal sedang asik berbincang-bincang dengan kedua orang tuaku dan juga Nako anak laki-lakiku. Orang asing itu adalah Derren sahabatku saat di duduk di bangku kuliah.
" Gak mau mampir dulu Dahyun-ah." Ajakku pada Dahyun.
" Lain kali aja kak, buru-buru takut gak keburu soalnya. Jangan lupa ya kak, jam 9 aku jemput kakak. Aku pergi dulu" Ucap Dahyun sambil menjalankan mobil miliknya.
Setelah mobil Dahyun meninggalkan halaman rumah, aku pun berjalan menuju orang-orang yang sedang bercanda di taman rumah.
" Ah Sana udah pulang. Duduk sayang. Pulang sama siapa ?" Ucap Papa memberiku ruang untuk aku duduki.
" Ada deh, papa kepo deh." Ucapku sambil bersender di bahu papaku.
" Aduh jiwa kepo kakek muncul nih, kasih tahu dong siapa." Ucap papa mengacak pelan rambutku.
" Nanti deh kapan-kapan aku kasih tau." Ucapku sambil tersenyum pada papa.
" Oh iya, Kapan sampai kamu sampai Kim Taeyeon ?" Ucapku kembali kepada Taeyeon dengan senyum tipis.
" Dari semalam aku udah nyampe kesini. Cuma gara-gara suntuk jadi nya aku mampir kesini. Ternyata kamu udah semakin tua ya San." Ucap Taeyeon meledekku.
" Liat, aku gak punya kerutan, wajahku masih tetap cantik. Kamu aja yang keliatan kaya kakek-kakek. Iya kan Nako" Ucapku meminta persetujuan Nako.
" Hahaha iya, oom kaya Kakek Nako." Ucap Nako dengan gemas, membuat Taeyeon memperlihatkan wajah cemberutnya dan membuat kami semua tertawa karena tingkahnya itu. Segala macam pembahasan kami bahas, mulai dari yang penting hingga tak penting pun kami bicarakan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Telah Menikah
Fanfic' Kim Dahyun mahasiswa semester 4 merupakan pemuda tampan dan juga kaya, ia rela bekerja di cafe Sana sebagai pengurus gudang untuk mendekati Sana dan Membuatnya jatuh cinta. Sana adalah seorang wanita dewasa yang memiliki dua anak dan juga masih b...