Part 17 (Dahyun)

164 20 5
                                    

*Irene muncul*

Di suatu tempat dengan suasana yang ramai, kini kami tiba di bandara internasional Incheon, terlihat beberapa orang asing memenuhi bandara ini, entah itu datang maupun pergi.

“ Sini Chae, biar gue bawain tas lu.” Ucap Somi sambil mengambil koper Chaeyoung yang terbilang cukup besar, entah apa isi koper itu, padahal kami di Korea hanya 2 hari saja, tapi kopernya seperti orang yang ingin pindah rumah.

“ Hati-hati jangan sampai lecet, kalau lecet awas aja lu. Koper baru itu.” Ucap Chaeyoung sambil mengepalkan tangannya.

“ Iya-iya, berat banget ya ternyata, coba kamu pegang tangan aku mungkin kopernya jadi ringan.” Ucap Somi menggoda Chaeyoung mengadakan tanganya agar digandeng Chaeyoung.

“ Bang Dahyun, temen lu ni. Ngapain coba tiba-tiba dia ngikut, bilangin dong bang.” Ucap Chaeyoung mengadu padaku dan mengerucutkan bibirnya.

“ Yuk, cari taksinya.” Ucapku tanpa memperdulikan adikku Chaeyoung.

Kami pun mulai mencari taksi dan dan memesan hotel di tengah-tengah kota Seoul, untuk sekedar beristirahat dan meletakkan barang-barang bawaan kami. Setelah sampai di hotel, kami pun langsung membagi kamar, menjadi 3 kelompok. Dengan kamar pertama di isi oleh para wanita, Chaeyoung, Mina dan kak Sana. Kamar kedua di isi oleh Chaeyeon dan juga Hyewon. Sedangkan kamar ketiga di isi oleh ku dan juga Somi.

Tak lama kami beristirahat, kami langsung keluar dan berkeliling menikmati keindahan negeri ginseng itu. Untuk berbelanja ataupun sekedar jalan-jalan.

Saat di tengah jalan, tepat di pasar tradisional aku mendengar seseorang wanita yang memanggil namaku.

“ Dahyun-ah... Chaeyoung-ah....” Ucap Seseorang itu terdengar akrab.

“ Kak Irene.” Ucap Chaeyoung sambil meluk wanita yang memanggil namaku dan juga Chaeyoung.

“ Dahyun-ah...” Ucap Irene sambil memelukku. Sekilas aku melihat kearah kak Sana, wajahnya menunjukkan kebingungan dan ketidak sukaan akan kehadiran Irene yang tiba-tiba datang di rombongan kami, apalagi dia yang langsung memelukku erat.

“ Pada mau kemana guys ?” Tanya Irene pada kami semua dan tersenyum ramah.

“ Jalan-jalan aja kok kita kak.” Ucap Chaeyoung mewakili kami semua.

“ Mau aku temenin ?” Tawar Irene dengan wajah cerahnya.

“ Boleh-boleh, lagian takut kita tersesat juga. Kan kita baru pertama kali kesini.” Ucap Chaeyoung menyambut Irene dengan senang hati. Sambil mengangkat kedua alisnya menatapku dengan senyum penuh arti.

Mungkin karena Chaeyoung tahu bahwa aku dulu menyukai Irene saat SMA. Sikap Irene yang manja kepadaku, membuatku salah paham akan perasaannya padaku.

“ Yuk jalan sekarang, gimana kita ke Merchant Kpop terbesar di Seoul ?” Ucap Irene memberi usul dan di sambut antusias oleh kami.

“ Setuju.” Ucap kami semua kecuali aku yang enggan dan kak Sana yang tampak menatap tangan Irene yang melingkar sempurna di lenganku.

Kami pun mengunjungi berbagai macam tempat, mulai dari merchant perlengkapan KPop, oleh-oleh, hingga makanan khas pun kami kunjungi.

“ Dahyun-ah coba rasain deh.” Ucap Irene sambil mencoba menyuapi aku kue berbentuk ikan.

“ Iya.” Ucapku sambil mencoba mengambil kue ikan yang berbeda di tangannya.

“ Em.. biar aku yang suapin.” Ucap Irene sambil  menggelengkan kepalanya dan mencoba menyuap ku kembali.

“ Gak usah biar aku aja.” Ucapku tetap mencoba mengambil kue ikan yang ada di tangannya Irene.

“ Buruan ahh... ” Ucap Irene sambil membuka mulutnya mengisyaratkan aku untuk melakukan hal yang sama. Dengan terpaksa aku pun membuka mulutku dan melihat kearah kak Sana untuk kesekian kalinya. Kulihat dia membuang pandangannya dariku, sepertinya dia marah.

“Bagaimana nasib hubunganku setelah ini ya tuhan, dan kapan Irene akan melepas tangannya dari lengaku.” Ucapku dalam hati sambil sesekali melepaskan tangan Irene.

“ Oh iya, di Korea itu barang-barang couple itu hal yang wajib banget loh, kesana yuk.” Ucap Irene sambil menarik-narik tanganku menuju merchant aksesoris.

Sontak kami pun mengerubungi merchant aksesoris itu.

“ Chae, bagus ini. Coba sini in tangan kamu.” Ucap Somi sambil memegang tangan Chaeyoung dan memakaikan cincin di jari manisnya.

“ Gak, gue gak suka. Bang, temen lu ini, kasih tahu dong.” Rengek Chaeyoung padaku. Tapi tidak aku gubris, karena dari tadi aku hanya sibuk melihat kak Sana yang sedang memilih gelang.

“ how much is this ” Ucap kak Sana pada pemilik merchant.

“ 50.000 Won.” Ucap Pemilik itu sambil mengembangkan jarinya membentuk angka 5.

“ Wen ini gimana bagus gak ?” Ucap Irene padaku dan memperlihatkan sepasang kalung couple.

“ Sorry Irene, aku gak suka barang kaya gitu.” Ucapku menolak, karena pasti dia akan membelinya dan menyuruhku untuk memakai yang satunya lagi, seperti yang dia lakukan saat kami SMA.

Mendengar perkataanku membuat kak Sana meletakkan gelang yang dari tadi di pegangnya. Tunggu apakah kak Sana bermaksud membeli itu untukku dan untuknya. Apakah aku salah berbicara, tapi maksud agar Irene tidak melewati batas denganku. Aku pasti membuatnya kesal.

Setelah beberapa jam kami berkeliling, dering telepon genggam milik Irene membuatnya harus berhenti dan mengecek telepon genggamnya.

“ Kayanya aku harus pergi dulu, bentar lagi aku ada latihan, karena sebentar lagi aku bakalan debut.” Ucap Irene dengan nada tak enak hati setelah melihat telepon genggamnya.

“ Oh iya, kak Irene jadi trainee dimana ?” Tanya Mina dengan antusias.

“ Aku trainee di agensi SM.” Ucap Irene dengan senyum manisnya dan di sambut antusias oleh Chaeyoung dan juga Mina.

“ Berarti kakak seagensi sama Cimol kesayangan aku dong. Boleh mintain tanda tangannya gak kak.” Ucap Chaeyoung bahagia dan penuh harap.

“ Aku juga dong kak, mintain tanda tangannya Dedek Icung dong” Ucap Mina dengan mata berbinar.

“ Oke, entar aku mintain. Aku duluan ya.” Pamit Irene. Namun sebelum pergi, dia meninggal kecupan singkat dipipiku yang mampu membuatku senam jantung. Bukan senam jantung karena aku menyukainya, tapi lebih kearah takut jika itu menimbulkan salah paham diantara aku dan kak Sana nantinya.

Aku pun langsung melihat kearah kak Sana. Entah kenapa tiba-tiba aura yang dia keluar sangat berbeda, biasanya dia terlihat tersenyum cerah bagaikan malaikat, tapi sekarang tak ada senyum diwajah cantiknya, melainkan wajah datar yang sangat menakutkan bagiku.

“ Oh tuhan apa yang harus aku lakukan nanti.” Ucapku dalam hati dengan sangat frustasi.

Setelah dari merchant aksesoris, kamu pun sepakat untuk segera kembali ke hotel, sekedar meletakkan belanjaan kami yang memang sudah membuat tangan kami terasa sakit karena masing-masing dari kami berbelanja cukup banyak.

Setelah sampai di hotel, aku menarik lembut tangan kak Sana sebelum dia masuk kedalam kamarnya.

“ Kenapa ?” Tanya kak Sana yang terdengar dingin dengan aura yang terlihat gelap, sehingga membuat bulu kudukku merinding.

“ Kita bisa bicara bentar ?” Ucapku dengan nada yang sedikit memohon.

“ Aku capek Dahyn, nanti aja kita ngobrolnya. Aku mau masuk ke kamar dulu.” Ucap Kak Sana yang membuat dadaku terasa ditusuk oleh belati yang sangat tajam.

“ Ya udah, istirahat ya. Aku balik ke kamar ku dulu.” Ucapku sambil melepaskan tangannya yang sebelumnya aku pegang, dan berjalan menuju kamar ku yang hanya berjarak 2 kamar setelah kamar kak Sana.

Dia Telah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang