Leon mencabut airpods dari telinga kirinya dengan tatapan datar, sedangkan dahinya berkerut dengan begitu jelas. "Kamu bisa mendengar pembicaraanku, kan, Sebastian?" tanyanya tanpa intonasi berarti.
"Karena aku masih bisa menebak apa yang dikatakan gadis itu - ya aku mendengar semuanya," sahut pemuda berwajah oriental itu seraya mengalihkan pandangan dari smartphone model lamanya. "Kau sudah tahu jika kita, gadis itu, dan semuanya diawasi. Dan kau masih saja mencoba berbicara dengannya. Setelah semua yang kau ungkapkan, aku masih bisa yakin jika dirimu tidak sedang bertindak bodoh hanya karena cinta buta. Apa yang ssbenarnya kau rencanakan?"
Leon melipat kedua lengan, memandang Sebastian sinis. Sejujurnya, sampai sekarang dia masih menyimpan rasa kesal pada anak laki-laki itu. "Justru karena kita diawasi, tidak mungkin aku menjelaskan semuanya di ruangan ini. Percuma saja aku terjaga dua malam kalau hanya untuk merencanakan kegagalan."
Mendengarnya, senyum tipis di wajah Sebastian malah digantikan sebuah kekehan. "Ah, kau benar juga. Kalau begitu tetaplah diam. Sensor di ruangan ini masih bisa mendeteksi suara meski kau berbisik dengan suara paling kecil sekalipun. Lagi pula, aku tidak terlalu dibutuhkan dalam rencanamu kan?"
Hening cukup lama. Leon hanya merespons dengan alis terangkat yang artinya kira-kira, "Kamu mengerti maksudku." Ini sebenarnya terjadi karena dirinya masih belum bisa memaafkan Sebastian yang terlambat memberitahu jika semua obrolan mereka selama ini diawasi dengan kamera serta penyadap yang diletakkan di beberapa sudut ruangan. Hal itu tentu saja membuat Leon sempat khawatir setengah mati.
"Oh, iya. Kita ada di ruangan dengan kode 9359637H, sedangkan Sharon ada di 0459637H." Lelaki bermanik abu-abu itu mengernyit bingung sebab teman sekamarnya malah menyebut kode ruangan yang sejak awal tidak ia anggap sebagai hal penting. "Kode itu dibaca dari kanan ke kiri."
Lawan bicaranya terdiam. Seraya merebahkan diri di atas tempat tidur, ia mencoba mengurutkan kode seperti yang dimaksud Sebastian. "Kode 9359637H jika dibaca dari kanan akan menjadi H7369539, sedangkan ruangan Sharon akan menjadi ...." Dia tersentak ketika menyadari hal itu.
"Ya, tepat sekali. Sharon sebenarnya ada di ruangan tepat di sebelah kita. Begitu juga dengan ibu dan adikmu, juga keluarga Sharon." Sebastian tersenyum misterius. "Ruangan ini sengaja didesain seperti itu agar orang tidak menyangka jika mereka selama ini tidak terlalu jauh dengan keluarga dengan orang-orang terdekat.
"Sehingga, mau tidak mau mereka menuruti semua kata pemerintah - karena dalam situasi yang mereka anggap antara hidup dan mati, hanya itu yang bisa menyelamatkan kita semua. Yah, apa yang lebih mudah digunakan untuk menggerakkan manusia selain memanfaatkan rasa takut ini sendiri." Lagi-lagi, Sebastian tersenyum aneh di akhir penjelasannya.
Leon semakin kebingungan dengan sosok di dekatnya. Dia bergeser kemudian duduk di sebelah tempat tidur. "Lalu, kenapa kamu malah membeberkan semuanya di ruangan penuh kamera dan penyadap begini?"
"Setidaknya agar mereka tahu jika kelicikan kecil itu sudah diketahui orang lain. Mereka tentu tidak akan diam saja. Bahkan bisa saja mulai melenyapkan kita berdua, dan semua yang memiliki hubungan dengan si pengkhianat. Jika situasinya begitu, pasti akan ada inkonsistensi yang cepat atau lambat disadari masayarakat secara luas. Pada akhirnya, konspirasi ini akan terbongkar dengan sendirinya," terangnya seraya memelankan suara, "bukankah kau pun merencanakan hal sama?"
"Kamu aneh," ketus Leon lalu kembali melanjutkan aktivitas rebahan tersebut. Kali ini tidak tertarik untuk bangkit dalam waktu dekat sebab ia tengah mencoba me-review kembali rencananya.
Beberapa hari yang lalu, tepat sebelum Celine kabur, Sebastian mengatakan jika orang yang secara tidak langsung menyebabkan kekacauan di Area 18 adalah wali kota sendiri, Mr. Stuart Hayden. Sebastian juga membeberkan fakta jika ayah dari wali kota adalah orang yang cukup penting di sekte yang percaya jika populasi tidak boleh lebih dari tujuh setengah miliar populasi. Mengenai tujuannya, laki-laki itu seperti enggan mengatakannya dengan jelas.
Leon tahu jika 'orang-orang di balik layar' - yang tujuannya belum dia ketahui pasti - bisa dengan mudah mengetahui keadaan tubuh Celine melalui perangkat AI. Sehingga, bisa dikatakan menyadap pembicaraan kakaknya dengan gadis itu tidak akan memberikan banyak keuntungan.
Meski tak mau diakui, dia memiliki prinsip yang sama dengan Sebastian. Jika kelicikan mereka memiliki pengaruh besar terhadap tujuan serta ideologi yang mendasari adanya konspirasi ini, orang-orang itu pasti tidak akan tinggal diam dan mencoba melenyapkan siapa pun yang mengetahuinya.
Namun, dalam rencana yang diubah secara mendadak pasti akan ada hal janggal. Itulah yang menyebabkan konspirasi berskala besar - seperti mencakup kepentingan seluruh dunia - takkan bertahan lama. Warga sipil berpemikiran sepertinya cepat atau lambat akan menyadari kejanggalan dari cacatnya rencana tersebut. Itulah yang diinginkan Leon. Dia sungguh yakin masyarakat abad ke-22 sudah cukup cerdas untuk membongkar kelicikan orang di belakang pemerintahan dunia.
"Aku lupa memberitahumu. Mungkin kau tidak tertarik. Hari ini, Mr. Hayden mengadakan pertemuan pribadi dengan presiden." Di luar dugaan Sebastian, orang yang diajak bicara terperanjat dan langsung membelalakkan mata tak percaya.
"Jangan bercanda!"
------x---x------
Sementara itu di sebuah ruangan yang hanya berisi dua buah kursi dengan meja kecil di sebelahnya, duduklah seorang pria yang usianya hampir melewati angka lima puluh. Dia tampak begitu tenang. Beberapa benda mirip capung yang terbang di sekitarnya. Sampai akhirnya, pintu yang menjadi akses masuk kembali terbuka lebar.
"Akhirnya kau datang juga, Stuart." Pria itu menyambut dengan senyum bahagia. Dia pun dengan segera menonaktifkan benda mirip capung yang selalu mengikutinya ke manapun.
Orang berpakaian rapi yang baru saja datang membalas dengan raut wajah serupa. "Lama tidak bertemu, James."
*
25 April 2021, 14:40 WITA.
Jangan lupa vote dan comment-nya. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] We Will See the Sunshine Tomorrow
Science Fiction"Kita akan melihat cahaya matahari, besok." Hanya itulah janji yang bisa diberikan kepada Celine oleh Cyril, lelaki yang seolah sudah menjadi cahaya matahari bagi gadis itu. Virus H5N1 menyebabkan pandemi pada abad ke dua puluh dua. Memaksa para pem...